Daftar isi
Batu kandung kemih atau bladder calculi merupakan kondisi ketika pembentukan batu terjadi di dalam kandung kemih [1,2,3,4,5,6].
Batu tersebut terbentuk dari mineral yang mengendap dan kemudian mengeras di mana hal ini lebih berpotensi terjadi pada pria dengan usia 50 tahun ke atas.
Pada pria lansia dengan riwayat pembesaran prostat, risiko pembentukan batu kandung kemih menjadi lebih tinggi.
Nyeri akan menyertai saat buang air kecil ketika saluran urine mengalami penyumbatan akibat keberadaan batu kandung kemih.
Tinjauan Batu kandung kemih adalah kondisi ketika pengendapan dan pengerasan material (zat atau limbah) di dalam kandung kemih terjadi dan tak dapat dikeluarkan melalui urine.
Batu kandung kemih adalah batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih di mana asalnya adalah dari mineral serta zat-zat sisa yang mengendap [6].
Pembentukan batu ini pun dapat terjadi pada ginjal sehingga disebut dengan batu ginjal.
Pada batu kandung kemih, kurangnya asupan cairan dalam tubuh serta garam berlebih menjadi pemicu penyakit ini.
Gejala-gejala pada kondisi batu kandung kemih antara lain adalah :
Sementara itu, batu ginjal adalah kondisi zat-zat limbah dalam darah yang seharusnya ginjal saring justru menumpuk, mengendap, lalu mengristal sehingga menjadi material keras.
Pengendapan dan pengerasan zat limbah di dalam ginjal disebut dengan batu ginjal.
Umumnya, batu ginjal disebabkan oleh kurangnya asupan air putih.
Batu ginjal dapat menyumbat aliran urine yang kemudian membuat ginjal bengkak dan ginjal kehilangan fungsinya secara permanen.
Batu ginjal biasanya akan menimbulkan sejumlah gejala seperti :
Perkembangan pembentukan batu kandung kemih seringkali bermula dari urine yang usai buang air kecil tersisa di kandung kemih.
Beberapa kondisi medis mampu menjadi penyebab kandung kemih menjadi sulit untuk dikosongkan bahkan di saat sedang ingin buang air kecil.
Beberapa faktor berikut adalah yang kerap kali menjadi pemicu batu kandung kemih karena mampu menghambat proses pengosongan kandung kemih [1,2,3,4,5,6,7] :
Tinjauan Penyebab batu kandung kemih seringkali adalah urine yang tersisa di dalam kandung kemih setiap usai buang air kecil. Proses pengosongan kandung kemih yang tidak berjalan dengan sempurna dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Efek operasi, faktor jenis kelamin dan usia, dan kondisi medis tertentu mampu meningkatkan risiko batu kandung kemih.
Batu kandung kemih biasanya tidaklah menimbulkan gejala yang terlalu berarti, bahkan ketika ukuran batu cukup besar.
Namun, ada kalanya batu tersebut membuat dinding kandung kemih iritasi dan saluran urine menjadi terhambat.
Bila hal tersebut terjadi, maka beberapa gejala berikut inilah yang kemungkinan timbul [1,2,3,4,5,6,7].
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Saat gejala-gejala di atas mulai dialami, maka penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
Pemeriksaan secepatnya adalah langkah terbaik dalam menurunkan risiko perburukan kondisi dan komplikasi.
Bahkan pada orang-orang yang memang sudah didiagnosa memiliki batu kandung kemih, sebaiknya cek kesehatan rutin supaya penyakit dapat terpantau.
Tinjauan Sering buang air kecil, buang air kecil terasa nyeri, perut bagian bawah terasa sakit, urine berdarah, buang air kecil tersendat, maupun sensasi terbakar pada waktu buang air kecil adalah tanda-tanda umum dari batu kandung kemih.
Setelah merasakan gejala yang tak wajar pada perut bawah, nyeri pada waktu buang air kecil, dan gejala lain yang telah disebutkan, penting untuk segera ke dokter.
Beberapa metode pemeriksaan yang dokter terapkan untuk mendeteksi dan mengonfirmasi batu kandung kemih antara lain adalah [5,6,7] :
Dokter umumnya akan memeriksa fisik pasien terlebih dulu, khususnya perut bagian bawah apakah terdapat pembesaran pada kandung kemih.
Pemeriksaan fisik juga meliputi pemeriksaan rektum atau dubur yang berguna dalam mendeteksi apakah pasien mengalami pembesaran prostat.
Dokter juga akan menanyakan riwayat gejala yang selama ini pasien alami.
Pengambilan sampel urine kemudian akan diperiksa untuk mendeteksi keberadaan mineral yang mengalami kristalisasi serta bakteri.
Melalui pemeriksaan ini, biasanya dokter pun akan tahu apakah pasien mengalami infeksi saluran kencing.
Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-X atau yang dikenal sebagai metode rontgen ini dapat mendeteksi keberadaan batu di dalam kandung kemih.
Tak hanya itu, batu di ureter dan ginjal pun akan terdeteksi melalui sinar-X.
Tes pemindaian ini memanfaatkan gelombang suara yang akan menghasilkan gambar kondisi dari struktur organ tubuh pasien yang mengalami gejala.
Dari hasil gambar tersebut jugalah dokter akan mampu mendeteksi adanya batu pada kandung kemih pasien.
Untuk mendeteksi bahkan batu berukuran sangat kecil di bagian kandung kemih pasien, tes pemindaian seperti CT scan akan diterapkan oleh dokter.
Karena tes ini memiliki tingkat sensitivitas tinggi, maka proses deteksi batu kandung kemih pun jadi lebih mudah.
Tinjauan Pemeriksaan dalam mendeteksi dan mengonfirmasi batu kandung kemih dilakukan dengan metode pemeriksaan fisik, rontgen/sinar-X, USG, CT scan, dan tes urine.
Dokter perlu mengetahui lebih dulu ukuran batu di dalam kandung kemih pasien sebelum menentukan pengobatan yang paling sesuai [3,4,5,6,7].
Pada kasus batu kandung kemih berukuran kecil, maka biasanya penanganan medis tidak terlalu diperlukan.
Dokter hanya akan menyarankan pasien meminum banyak-banyak air putih supaya batu-batu kecil di dalam kandung kemih dapat dikeluarkan melalui urine saat buang air kecil.
Tindakan medis ini dilakukan oleh dokter dengan memasukkan alat bernama sistoskop ke dalam kandung kemih pasien.
Terdapat alat khusus yang perlu dokter sambungkan dengan sistoskop di mana alat tersebut akan mengeluarkan gelombang suara atau sinar laser.
Untuk pasien dengan batu yang berukuran besar pada kandung kemih, maka prosedur inilah yang paling direkomendasikan.
Guna alat dan prosedur ini adalah agar batu di dalam kandung kemih pasien dapat benar-benar hancur sehingga mudah dikeluarkan.
Selain cytolitholapaxy, prosedur operasi pun akan dianjurkan oleh dokter, terlebih ketika ukuran batu kandung kemih terlampau besar.
Jika ukuran batu yang besar juga terlalu keras sehingga sulit dihancurkan dengan prosedur cytolitholapaxy, operasi biasa dapat ditempuh pasien.
Ukuran batu yang terlampau besar dan terlalu keras memang jarang, namun bila terjadi, hal ini perlu diangkat menggunakan prosedur bedah.
Langkah operasi juga menjadi solusi perawatan bagi pasien batu kandung kemih yang juga memiliki pembesaran prostat.
Operasi ini dapat menangani kedua masalah tersebut di saat yang sama.
Tinjauan Pada kasus batu kandung kemih berukuran kecil, banyak minum air putih akan sangat membantu dalam mengeluarkan batu secara alami saat buang air kecil. Namun ketika batu berukuran besar, pasien perlu menempuh cystolithopalaxy atau operasi pengangkatan batu.
Batu kandung kemih yang tidak ditangani dengan cepat atau tidak berhasil keluar dengan mengonsumsi banyak air putih dapat memicu komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang paling perlu diwaspadai antara lain adalah [4,7] :
Batu kandung kemih adalah kondisi yang dapat dicegah dan berbagai upaya di bawah ini bisa dilakukan [3,5] :
Tinjauan Pencegahan terbaik yang bisa dilakukan agar terhindar dari batu kandung kemih adalah tak menahan buang air kecil, menghindari makanan tinggi lemak, gula dan garam, minum air putih banyak-banyak setiap hari, mengecek kesehatan rutin khususnya bagi penderita kondisi medis tertentu, serta segera ke dokter bila gejala tak wajar mulai dialami.
1) Reza Kurniawan, Tarmono Djojodimedjo, & Anny Setijo Rahaju. UNAIR NEWS. Mengenal Profil Pasien Batu Saluran Kemih.
2) Reza Kurniawan, Tarmono Djojodimedjo, & Anny Setijo Rahaju. 2020. Indonesian Journal of Urology. Profile of Patients with Urinary Track Stone at Urology Department Soetomo Hospital Surabaya in January 2016-December 2016.
3) Stephen W. Leslie; Hussain Sajjad; & Patrick B. Murphy. 2019. National Center for Biotechnology Information. Bladder Stones.
4) Anonim. 2018. National Health Service. Overview-Bladder stones.
5) Glenn M. Preminger, MD. 2020. Merck Manuals. Urinary Calculi.
6) Anonim. RadiologyInfo.org for Patients. Kidney and Bladder Stones.
7) M J Steggall. 2001. National Library of Medicine. Urinary Tract Stones: Causes, Complications and Treatment.