Penyakit & Kelainan

Batuk Rejan – Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Shinta Pradyasti
Batuk rejan atau yang dikenal juga sebagai pertusis adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit ini ditandai dengan batuk hebat terus-menerus yang tidak terkontrol disertai dengan

Batuk rejan atau yang dikenal dengan istilah pertusis adalah jenis penyakit saluran pernafasan yang memengaruhi hidung dan tenggorokan di mana penyebab utamanya adalah infeksi bakteri [3,4,5,6,7,9].

Kondisi ini umumnya ditandai dengan batuk yang keras dalam waktu yang lama dan terus-menerus disertai sulit bernafas. Saat menarik nafas panjang, akan keluar suara “whoop”.

Jenis penyakit menular ini dapat terjadi mulai dari bayi hingga orang dewasa, namun bayi dan balita jauh lebih berisiko mengalaminya.

Tinjauan
Batuk rejan dikenal juga dengan istilah pertusis, yaitu penyakit saluran pernafasan menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Fakta Tentang Batuk Rejan

  1. Pada tahun 2013, terdapat 28.639 kasus batuk rejan di Amerika Serikat [1].
  2. Menurut Badan Kesehatan Dunia / World Health Organization (WHO), 95% kasus batuk rejan yang sangat fatal dan mematikan terjadi di negara-negara berkembang [1].
  3. Menurut WHO dan data dari Global Burden of Disease Study, pada tahun 2013 dari sekitar 16 juta orang yang menderita batuk rejan, 16.000 diantaranya meninggal dunia [1].
  4. Menurut laporan dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention), kasus batuk rejan menurun drastis di Amerika Serikat sejak imunisasi pada anak menjadi program wajib dan rutin (dari kurang lebih 260.000 penderita pada tahun 1934 menjadi kurang lebih 1.000 penderita pada tahun 1976) [1].
  5. Di Indonesia, menurut data survei Kementerian Kesehatan RI tahun 2012, kasus batuk rejan paling tinggi adalah di Aceh dan Papua yang menyerang kelompok usia antara 20-44 tahun [2].
  6. Dalam kurun waktu 10 tahun (dari 1980 hingga 1990) data WHO menyatakan bahwa kasus batuk rejan di Indonesia mengalami penurunan dari 32.999 kasus menjadi 30.014 kasus [2].
  7. Vaksin DPT (difteri, pertusis dan tetanus) memiliki tingkat efektivitas sebesar 80-90% dalam mencegah infeksi bakteri penyebab batuk rejan/pertusis [1].
  8. 1 dari 200 bayi yang usianya belum mencapai 6 bulan dan menderita batuk rejan dilaporkan meninggal karena kerusakan otak dan pneumonia, sedangkan kasus batuk rejan pada anak yang lebih besar dan orang dewasa cenderung lebih ringan [3].

Penyebab Batuk Rejan

Batuk rejan adalah sebuah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh jenis bakteri Bordetella pertussis [4,5,6,7].

Bakteri ini menjadi pemicu pelepasan toksin atau racun di saluran pernafasan sehingga peradangan terjadi.

Batuk rejan adalah jenis penyakit menular di mana penyebaran dan penularannya hanya terjadi dari manusia ke manusia melalui bersin dan batuk.

Batuk rejan pun lebih rentan menyerang anak-anak, khususnya bayi dan balita karena cenderung lebih mudah tertular dari orang dewasa yang sudah terkena infeksi.

Meski anak-anak memiliki risiko lebih tinggi untuk tertular dan mengalami batuk rejan, penyakit ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia.

Namun berikut ini adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang menderita batuk rejan [3,4,5,6,7,9]:

  • Tinggal bersama dengan orang yang mengalami batuk rejan.
  • Bayi yang berusia di bawah 6 bulan karena belum cukup usianya untuk memperoleh vaksinasi.
  • Orang yang belum mendapatkan vaksin DPT .
  • Wanita hamil dan lansia
  • Sering melakukan interaksi apalagi kontak fisik dengan penderita batuk rejan.
  • Memiliki sistem daya tahan tubuh yang lemah.
  • Melakukan kunjungan ke suatu wilayah yang sedang terkena wabah batuk rejan.
Tinjauan
Penyebab utama batuk rejan adalah Bordetella pertussis yang menginfeksi saluran pernafasan dan menimbulkan peradangan. Namun, bayi di bawah usia 6 bulan, wanita hamil, lansia, serta orang-orang dengan daya tahan tubuh lemah serta yang belum memperoleh vaksin lebih rentan terkena infeksi bakteri ini.

Gejala Batuk Rejan

Batuk rejan lebih rentan menyerang anak-anak khususnya balita karena sistem daya tahan tubuh yang belum sekuat orang dewasa.

Hal ini menjadi alasan mengapa gejala-gejala batuk rejan pada orang dewasa lebih ringan daripada gejala pada anak.

Gejala umumnya dapat terjadi sekitar 5-10 hari setelah terkena paparan bakteri tersebut yang umumnya terjadi melalui udara.

Meski begitu, ada pula orang-orang yang sebenarnya sudah terkena paparan bakteri hanya saja gejala baru muncul setelah beberapa minggu.

Perkembangan gejala batuk rejan terdiri dari tiga tahapan yang perlu diwaspadai [4,5].

Tahap Pertama

Gejala pada tahap awal atau pertama ini terjadi sekitar 1-2 minggu dengan gejala yang mirip dengan penyakit flu, yaitu :

  • Bersin-bersin
  • Mata berair
  • Hidung berair
  • Tubuh kelelahan
  • Batuk ringan
  • Demam ringan

Tahap Kedua

Penderita gejala tahap pertama dapat berlanjut ke tahap kedua di mana gejala-gejala berikut ini dapat terjadi selama 1-6 minggu :

  • Batuk keras
  • Kesulitan bernafas
  • Tubuh sangat lelah terutama setelah batuk-batuk panjang
  • Saat mengambil nafas panjang terdengar bunyi “whoop” yang baru dilanjutkan dengan batuk-batuk
  • Muntah (selama batuk atau setelah batuk)

Tahap Ketiga

Tahap ini adalah tahap akhir di mana pemulihan berlangsung dan keparahan batuk yang sebelumnya meningkat serta sangat parah dapat mulai berkurang pada tahap ini.

Meski tahap ini adalah tahap pemulihan, bagi penderita yang mengalami infeksi saluran pernafasan dapat, risiko batuk untuk kambuh lebih besar.

Tinjauan
Ada tiga tahap gejala pada kondisi batuk rejan, yaitu tahap pertama atau awal kemunculan gejala yang bisa berlangsung selama 1-2 minggu dan mirip gejala flu. Tahap kedua adalah perkembangan gejala tahap pertama sehingga menjadi lebih buruk dan bisa berlangsung sampai 6 minggu. Sementara tahap ketiga adalah masa pemulihan di mana batuk yang parah mulai mereda.

Pemeriksaan Batuk Rejan

Untuk mengetahui apakah gejala benar-benar mengarah positif pada penyakit batuk rejan, maka dokter akan melakukan serangkaian metode diagnosis ini :

  • Pemeriksaan Riwayat Kesehatan : Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar riwayat medis pasien serta segala bentuk gejala yang dialami oleh pasien, berapa lama gejala tersebut sudah dirasakan, dan sebagainya [3,4,5,9].
  • Pemeriksaan Fisik : Dokter memeriksa fisik pasien dengan mendengarkan batuk pasien [3,4,5,9].
  • Kultur Tenggorokan atau Hidung : Dokter akan mengambil sampel cairan dari dahak atau lendir yang berasal dari tenggorokan atau hidung untuk memeriksa keberadaan bakteri penyebab gejala batuk pada pasien [3,6,9].
  • Tes Darah : Dokter melakukan tes darah agar mengetahui kadar sel darah putih di mana bila kadarnya cukup tinggi maka ini bisa menjadi indikator peradangan atau infeksi dalam tubuh pasien [3,4,6,9].
  • Sinar-X Dada : Rontgen dada diperlukan untuk mengetahui adanya peradangan pada paru-paru ataupun cairan pada organ tersebut. Hal ini berkaitan dengan pneumonia yang bisa saja menjadi risiko komplikasi dari batuk rejan [6,9].
Tinjauan
Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan adalah pemeriksaan utama yang dokter lakukan. Bila perlu, beberapa tes lanjutan seperti pengambilan sampel cairan dahak atau lendir dari hidung/mulut, tes darah dan rontgen dada akan dilakukan.

Pengobatan Batuk Rejan

Pengobatan batuk rejan dibagi menjadi dua metode, yaitu pemberian obat-obatan dan perawatan secara mandiri di rumah.

Hanya saja, hal tersebut lebih diterapkan pada orang dewasa penderita batuk rejan, sedangkan anak-anak atau balita perlu sampai harus dirawat di rumah sakit.

1. Obat Antibiotik

Batuk rejan terjadi karena infeksi bakteri, maka obat yang paling utama diresepkan oleh dokter untuk menanganinya adalah antibiotik [1,4,5,6,7,9].

Untuk pemulihan yang lebih cepat antibiotik diberikan untuk membasmi bakteri di dalam tubuh pasien.

Hindari obat batuk biasa yang bisa dibeli di toko obat atau apotek terdekat tanpa resep dokter.

Untuk batuk biasa, mungkin obat tersebut akan sangat efektif menyembuhkan, namun untuk batuk rejan tingkat efektivitasnya sangat rendah.

2. Penanganan Mandiri

Selain mengonsumsi obat resep dokter, ada pula beberapa langkah mandiri yang bisa dilakukan di rumah untuk mendukung pemulihan kondisi tubuh dari gejala batuk rejan yaitu [5,6] :

  • Banyak beristirahat untuk dapat merilekskan pikiran sekaligus fisik.
  • Makan dengan porsi kecil tapi sering, khususnya bagi yang mengalami gejala muntah selama batuk.
  • Banyak mengonsumsi air putih supaya tubuh tetap terhidrasi dengan baik, hal ini juga perlu diterapkan pada anak-anak.
  • Sering mencuci tangan untuk menjaga sisi higienisnya.
  • Menghindari alergen, bahan-bahan kimia yang kuat, serta asap rokok.

Pengobatan Batuk Rejan pada Anak

Pada penderita batuk rejan yang masih usia anak-anak, biasanya rawat inap di rumah sakit adalah bentuk pengobatan terbaik [4,6].

Batuk rejan adalah jenis penyakit mematikan bagi anak balita, maka perawatan medis di bawah pengawasan dokter jauh lebih diperlukan.

Bahkan pemberian makanan, nutrisi dan cairan dapat diberikan melalui infus apabila anak tak bisa makan ataupun minum.

Pengobatan Batuk Rejan pada Wanita Hamil

Untuk penderita batuk rejan yang sedang hamil, vaksin DPT sangat direkomendasikan, khususnya jika usia kehamilan antara 20-32 minggu [8].

Vaksinasi ini tergolong aman bagi ibu hamil dan janin karena tujuan memperoleh vaksin pun sebagai perlindungan bagi bayi di dalam kandungan.

Tinjauan
Obat antibiotik adalah penanganan utama bagi penderita batuk rejan. Selain itu, minum banyak air putih, istirahat cukup, serta pola makan dan hidup bersih yang dijaga akan sangat membantu untuk pemulihan. Sementara itu, bagi anak penderita batuk rejan perlu dirawat di rumah sakit, sedangkan wanita hamil penderita batuk rejan perlu diberi vaksinasi sebagai solusi.

Komplikasi Batuk Rejan

Batuk rejan yang tidak segera ditangani dapat menjadi lebih buruk dan menyebabkan beberapa risiko komplikasi kesehatan, baik pada bayi dan anak-anak serta pada orang dewasa [4,6,7].

Komplikasi pada Anak-anak dan Balita

  • Sleep Apnea : Sekitar 65% anak dengan batuk rejan dapat mengalami apnea tidur/sleep apnea.
  • Pneumonia : Sekitar 23% anak dengan batuk rejan dapat meningkatkan risiko pneumonia atau infeksi paru.
  • Kejang : Sekitar 1,1% anak penderita batuk rejan dapat mengalami kejang atau konvulsi secara tidak terkendali.
  • Kematian : Kurang lebih 1% anak penderita batuk rejan, khususnya usia bayi yang belum dapat menjalani vaksinasi berisiko meninggal dunia.
  • Ensefalopati : Sekitar 0,3% anak penderita batuk rejan berisiko menderita penyakit otak seperti ensefalopati (gangguan fungsi atau struktur otak sebagai efek dari suatu penyakit).
  • Dehidrasi : Pada anak penderita batuk rejan, nafsu makan yang turun ditambah rewel yang terus-menerus bisa menyebabkan tubuhnya tidak mendapat asupan secukupnya sehingga dehidrasi terjadi.

Komplikasi pada Remaja dan Orang Dewasa

Walau risiko komplikasi jauh lebih besar terjadi pada balita, khususnya bayi-bayi yang usianya belum genap 6 bulan, bukan berarti remaja dan orang dewasa penderita batuk rejan tidak dapat mengalami komplikasi.

Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang tergolong umum terjadi pada penderita batuk rejan usia remaja hingga dewasa untuk diwaspadai [4] :

  • Pneumonia : Kurang lebih 2% remaja maupun orang dewasa penderita batuk rejan dapat meningkatkan risiko komplikasi pneumonia.
  • Kehilangan Kontrol Kandung Kemih : Gangguan ini dialami oleh sekitar 28% orang dewasa penderita batuk rejan.
  • Berat Badan Turun : Penurunan berat badan terjadi pada kurang lebih 33% penderita batuk rejan karena gejala yang dialami cukup membuat nafsu makan turun.
  • Patah Tulang Rusuk : Batuk yang terlalu parah bisa sampai menyebabkan patah tulang rusuk pada kurang lebih 4% penderitanya.
  • Pingsan : Sekitar 6% orang dewasa penderita batuk rejan dapat mengalami kehilangan kesadaran.

Pencegahan Batuk Rejan

Upaya mencegah batuk rejan dapat dilakukan melalui beberapa cara, seperti vaksinasi, obat-obatan, maupun menjaga kebersihan.

1. Vaksinasi

Pencegahan paling baik dan paling direkomendasikan adalah vaksinasi, khususnya bagi bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa dan wanita hamil yang bertujuan untuk menghindarkan pula penderita dari komplikasi [1,3,4,5,6,9].

Vaksinasi DPT tidak hanya dapat mencegah pertusis atau batuk rejan, namun juga difteri dan tetanus.

Vaksinasi yang dimaksud pun perlu ditempuh 5 kali bagi bayi hingga usia anak :

  • Usia 2 bulan
  • Usia 4 bulan
  • Usia 6 bulan
  • Usia 15-18 bulan
  • Usia 4-6 tahun

Sedangkan untuk wanita hamil, vaksinasi dapat ditempuh ketika usia kandungan antara 20-32 minggu untuk melindungi ibu dan janinnya [8].

Bahkan ketika sebelumnya sang ibu hamil pernah mengalami batuk rejan dan sembuh, vaksinasi tetap dianjurkan untuk mencegah infeksi berulang atau penyebaran infeksi ke janin.

Selama kehamilan, bagi yang ingin memperoleh vaksinasi untuk pertusis dan flu bisa mendapatkannya di saat yang sama, namun tentunya dengan lebih dulu mengonsultasikannya dengan dokter.

2. Antibiotik

Antibiotik tak hanya dapat digunakan oleh penderita batuk rejan, sebab dokter berkemungkinan memberikan antibiotik preventif bagi anggota keluarga atau orang terdekat penderita batuk rejan supaya tidak mudah tertular.

Tidak hanya bagi seseorang yang tinggal serumah dengan penderita batuk rejan, obat antibotik preventif biasanya diberikan dokter kepada [3,4,6] :

  • Wanita hamil
  • Orang yang memiliki kondisi medis tertentu seperti asma
  • Orang yang daya tahan tubuhnya cenderung lemah
  • Bayi yang usianya masih kurang dari 12 bulan

3. Menjaga Diri

Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan adalah salah satu cara mencegah batuk rejan menyebar.

Bagi penderita gejala batuk rejan, pastikan untuk menutup mulut dan hidung setiap kali bersin maupun batuk. Pakailah tisu untuk menutup mulut dan hidung supaya lebih aman [4].

Cucilah juga tangan dengan sering menggunakan air dan sabun, gosok-gosok kurang lebih 20 detik untuk menjamin kebersihannya; hal ini berlaku bagi yang sedang sakit maupun yang tidak.

Cairan pembersih tangan berkandungan alkohol pun dapat digunakan untuk membersihkan tangan bila tidak tersedia air dan sabun.

Tinjauan
Vaksin DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus), pemberian antibiotik preventif, serta menjaga kebersihan diri adalah langkah-langkah untuk mencegah batuk rejan serta menurunkan risiko komplikasinya.

1) Jennifer J. Brown, PhD. 2015. Everyday Health. 10 Essential Facts About Whooping Cough.
2) Anonim. 2016. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Kenali Pertusis dan Cara Pencegahannya.
3) Anonim. 2019. Australian Government - Department of Health. Whooping cough (pertussis).
4) Anonim. 2019. Center of Disease Control and Prevention. About Pertussis.
5) Jamie Eske & Vincent J. Tavella, DVM, MPH. 2019. Medical News Today. What to know about whooping cough in adults.
6) Mayo Clinic Staff. 2019. Mayo Clinic. Whooping cough.
7) Dan Brennan, MD. 2018. WebMD. Whooping Cough: Causes, Symptoms, and Treatment.
8) Anonim. Queensland Government. Whooping cough vaccination during pregnancy.
9) Familydoctor.org editorial staff. 2017. Familydoctor.org from from the American Academy of Family Physicians. Whooping Cough.

Share