Bayi mengejan saat ingin atau sedang buang air besar adalah hal biasa, terutama jika diikuti dengan keluarnya kotoran dari dalam tubuh.
Namun, ada kalanya bayi tidak BAB walau terlihat sering mengejan.
Para orang tua jangan terburu khawatir dan panik, ketahui beberapa kemungkinan sebabnya untuk kemudian bisa mengatasi secara benar.
Bayi baru lahir yang sering mengejan bisa jadi sedang belajar buang air besar [1,2].
Tentu karena belum bisa bicara atau mengekspresikan diri dengan benar, bayi akan mengejan saat perutnya sedang tidak nyaman [1,2].
Bayi pun belum tahu cara mengendalikan kondisi di dalam perutnya sehingga mengejan bisa jadi merupakan tanda ia mencoba buang air besar [1,2].
Grunting baby syndrome adalah istilah yang digunakan untuk kondisi ini sehingga membedakannya dari sembelit [1,2].
Grunting baby syndrome sendiri adalah kondisi saat bayi sering mengejan ketika masih beradaptasi dengan segala pergerakan dan masalah di dalam perutnya [1,2].
Jadi, grunting baby syndrome dengan sembelit adalah dua hal yang berbeda [1].
Bila orang dewasa bisa dengan mudah merilekskan dasar panggul saat ingin menggerakkan usus dan isinya agar lebih mudah mengalir keluar dari dalam tubuh, bayi belum bisa melakukannya [1,2].
Orang dewasa menekan saluran pencernaan dengan menggunakan otot-otot perut sehingga feses bisa bergerak keluar melalui usus, sementara kemampuan bayi belum sampai pada tahap tersebut [1,2].
Alasan lain yang mungkin menjadi dasar dari bayi mengejan adalah sembelit atau sulit buang air besar [2,3].
Gangguan pencernaan ini berkaitan dengan feses yang keras sehingga meskipun bayi sudah mengejan feses sulit untuk keluar dari dalam tubuhnya [2,3].
Bayi yang belum bisa bicara menjadi lebih sulit untuk mengungkapkan rasa sakit dan ketidaknyamanannya ketika ingin buang air besar namun tidak kunjung keluar walau sudah mengejan [2].
Sembelit pada bayi tidak hanya menyebabkannya sering mengejan, tapi juga sering menangis dan rewel [2,3].
Jika bayi benar susah buang air besar, kondisi ini dapat didasari oleh sejumlah faktor, seperti :
Saat memasuki masa MPASI, transisi yang dialami bayi dari ASI ke makanan lebih padat dengan berbagai macam tekstur bisa cukup menyulitkan bagi pencernaannya [3,4].
Sembelit bisa menjadi efek dari adaptasi pencernaan si kecil terhadap makanan padat yang masuk ke tubuhnya [3,4].
Dibandingkan dengan ASI, susu formula jauh lebih sulit untuk dicerna oleh tubuh bayi.
Komposisi nutrisi di dalam susu formula berbeda sehingga hal ini bisa membuat feses bayi lebih besar dengan tekstur lebih keras sehingga lebih sulit keluar dari dalam tubuhnya.
Sembelit seringkali dikaitkan dengan asupan cairan yang kurang, begitu pula yang dapat terjadi pada bayi [3,5].
Bayi sering mengejan tapi tidak BAB bisa jadi disebabkan feses yang terlalu keras dan kering sehingga tidak bisa langsung keluar [3,5].
Penyakit ini juga bisa menjadi faktor risiko sembelit pada bayi sehingga bayi mengejan terus-menerus tanpa bisa mengeluarkan fesesnya [6].
Gangguan usus besar ini membuat feses berada di dalam usus dan terjebak di sana [6].
Pada penyakit ini, bayi mengalami kelainan pembentukan dan perkembangan saraf usus besar sehingga tidak sempurna dalam fungsinya [6].
Bayi laki-laki biasanya memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit Hirschprung, termasuk bayi yang memiliki penyakit jantung bawaan dan riwayat Down syndrome [6].
Hiperkalsemia merupakan kondisi kelebihan kadar kalsium dalam tubuh sehingga berpotensi menyebabkan masalah ginjal, tulang, otak serta jantung [7].
Bayi sering mengejan bisa menandakan adanya kadar kalsium berlebih di dalam darahnya [7].
Sering mengejan tapi tidak BAB bisa menandakan sembelit dan sembelit ini berpotensi berkaitan erat dengan hiperkalsemia [7].
Bila segala cara sudah dilakukan namun tidak membuahkan hasil, bayi masih juga sembelit, pastikan untuk membawanya ke dokter dan melakukan pemeriksaan darah [7].
Bayi yang sembelit juga bisa disebabkan oleh penyakit Celiac, yakni sejenis gangguan autoimun di mana gejala timbul setiap anak mengonsumsi makanan atau minuman mengandung gluten.
Gluten sendiri ada pada biskuit, sereal, pasta atau bahkan roti yang biasanya mungkin orang tua berikan sebagai asupan sehari-hari bagi si kecil yang sudah MPASI.
Hipotiroidisme adalah sebuah kondisi saat kelenjar tiroid tidak terlalu aktif sehingga menghasilkan hormon tiroid lebih sedikit daripada seharusnya [8].
Walau hipotiroid adalah kondisi yang lebih umum terjadi pada wanita lansia, bayi pun tetap berpotensi mengalaminya di mana salah satu tanda utamanya adalah sembelit [8].
Tips Mengatasi Bayi Sering Mengejan Tapi Tidak BAB
Bayi dengan kondisi sembelit biasanya tidak hanya sering mengejan tapi tidak keluar feses, tapi saat orang tua menyentuh bagian perut si kecil juga akan terasa keras [1,2].
Nafsu makan bayi pun ikut turun, sering menangis, sering buang angin, dan lebih sering tampak tidak nyaman [1,2].
Ketika sudah demikian, orang tua dapat mencoba berbagai upaya mandiri, seperti [1,2] :
Segera bawa ke dokter anak untuk pemeriksaan dan identifikasi penyebab apabila cara-cara tersebut kurang efektif; maka jika benar disebabkan sembelit, dokter bisa memberi penanganan secepatnya.
1. Carissa Stephens, R.N., CCRN, CPN & Lana Burgess. Why do newborn babies grunt?. Medical News Today; 2018.
2. Dr. Po-Chang Hsu, MD, MS. Newborn Grunting: Why Is This Happening?. Mom Loves Best; 2022.
3. Nationwide Children’s Hospital. Constipation: Infant. Nationwide Children’s Hospital; 2022.
4. Longwood Pediatrics. Starting Baby on Solid Food. Longwood Pediatrics; 2022.
5. National Health Service. Bottle feeding challenges. National Health Service; 2022.
6. Jolanda M. Denham, MD. Hirschsprung Disease. KidsHealth; 2018.
7. Victoria J Stokes, Morten F Nielsen, Fadil M Hannan, & Rajesh V Thakker. Hypercalcemic Disorders in Children. Journal of Bone and Mineral Research; 2017.
8. Healthline. How to Identify and Treat Celiac Disease in Infants. Healthline; 2022.