Ada saat ketika perjalanan menggunakan pesawat harus dilakukan, bahkan ketika sedang hamil. Jika kandungan sehat, maka terbang dengan pesawat seharusnya aman-aman saja.
Trimester kedua biasanya adalah waktu terbaik bagi ibu hamil untuk melakukan perjalanan dengan pesawat karena morning sickness sudah berlalu dan ukuran perut belum terlalu besar dan membatasi gerak. Tetapi bagaimana dengan ibu yang usia kandungannya masih di trimester pertama?
Daftar isi
Jika Anda sedang hamil dan berencana untuk bepergian menggunakan pesawat, maka konsultasikan dulu rencana ini dengan dokter kandungan atau bidan.
Beberapa ibu hamil menghindari terbang di trimester awal karena mereka merasa mudah lelah dan masih mengalami mual-mual di tahap ini.
Sebelum memesan tiket, periksa dulu kebijakan airline yang akan digunakan untuk memastikan mereka mengijinkan ibu hamil untuk terbang dengan pesawat mereka. Sebagian besar airline akan meminta penumpang yang usia kandungannya diatas 28 minggu untuk membawa surat keterangan dari dokter atau bidan yang menyatakan:
Sebelum melakukan perjalanan menggunakan pesawat di usia kehamilan berapapun, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mengenai durasi terbang, rencana aktivitas selama bepergian, dan bagaimana kondisi kandungan Anda hingga saat itu.
Kondisi di dalam pesawat, seperti perubahan tekakan udara dalam kabin serta kelembaban yang rendah, dibarengi dengan perubahan fisik pada ibu hamil, tentu akan menimbulkan pengaruh, termasuk meningkatnya detak jantung dan tekanan darah.
Risiko yang berhubungan dengan durasi penerbangan yang lama (lebih dari 4 jam), kurangnya gerak selama masa itu serta rendahnya kelembaban kabin, adalah edema atau pembengkakan di kaki dan penggumpalan darah (thrombosis) yang bisa terjadi pada semua penumpang pesawat. [1, 2, 3, 4]
Mengenakan stoking kompresi akan mengurangi risiko terjadinya penggumpalan darah dan menumpuknya cairan di bagian kaki. Hal-hal berikut juga bisa menekan risiko thrombosis: [1, 3, 4]
Karena turbulensi udara selama penerbangan tidak bisa diprediksi dan risiko trauma yang ditimbulkan oleh kejadian ini bisa cukup parah, maka ibu hamil yang melakukan penerbangan harus selalu memakai sabuk pengaman walau lampu penanda sudah dimatikan.
Sabuk pengaman harus dipasang di tulang pinggul bagian bawah, antara perut dan pelvis.
Selain itu, ibu hamil juga sebaiknya menghindari makanan atau minuman yang bisa memicu penumpukan gas di perut sebelum terbang karena gas ini akan memuai di ketinggian dan menyebabkan rasa tidak nyaman.
Jika ibu mudah mabuk kendaraan, maka bisa meminta obat pereda mual pada dokter kandungan atau bidan sebelum melakukan perjalanan.
Bila kondisi kandungan sehat dan normal, perjalanan dengan pesawat aman untuk dilakukan oleh ibu hamil sejak trimester pertama hingga usia kandungan memasuki 36 minggu. Beberapa penerbangan internasional membatasi penerbangan hanya hingga usia kandungan 28 minggu.
Namun, ibu hamil juga harus tahu bahwa kedaruratan pada kehamilan umumnya terjadi di trimester pertama dan ketiga, sehingga harus menjadikan ini pertimbangan bila mereka ingin melakukan perjalanan dengan pesawat. [4]
Naik pesawat biasanya tidak disarankan jika ibu hamil mengalami komplikasi, termasuk: [1, 3, 4, 5]
Perjalanan yang menggunakan penerbangan internasional sebaiknya tidak dilakukan bila: [2]
Informasi yang tersedia saat ini menyebutkan bahwa suara, getaran, dan radiasi kosmik tidak berbahaya atau hanya menimbulkan sedikit sekali risiko bagi ibu hamil yang bepergian dengan pesawat sesekali.
Badan pengawas kebijakan dan perlindungan atas radiasi (International Commission on Radiological Protection) mengatakan bahwa paparan maksimal atas radiasi selama satu tahun tidak boleh melebihi 1 millisievert (mSv) bagi masyarakat umum dan tidak boleh melebihi 1 mSv selama masa kehamilan yang dihitung 40 minggu. [2, 4]
Bagi kebanyakan ibu hamil yang menggunakan pesawat, risiko paparan seperti yang disebutkan diatas tentu sangat kecil. Bahkan penerbangan antarbenua paling lama pun hanya akan memberikan paparan sebanyak 15% dari batasan yang ditentukan tersebut. [4]
Oleh karena itu, ibu hamil yang melakukan penerbangan sesekali selama masa kehamilannya sangat sedikit kemungkinannya mencapai batas maksimal paparan radiasi.
Namun, ibu hamil yang harus sering melakukan penerbangan karena alasan pekerjaan bisa saja terpapar radiasi lebih dari batas maksimal. Untuk itu, di awal kehamilan, mereka harus sudah tahu apa risiko yang mungkin terjadi jika masih terus terbang. [2, 4]
Konsultasi dengan dokter kandungan dalam hal ini sangat penting.
1. NHS Staff. Is it safe to fly while pregnant? National Health Service; 2018.
2. Traci C. Johnson, MD. Safe Flying While Pregnant. WebMD; 2019.
3. Heidi Murkoff. Flying Restrictions During Pregnancy. What to Expect; 2019.
4. Committee on Obstetric Practice. Air Travel During Pregnancy. American College of Obstetricians and Gynecologists; 2018.
5. Jane Chertoff, Holly Ernst, PA-C. Is It Safe to Fly When Pregnant? Healthline Parenthood; 2018.