Penyakit & Kelainan

Borderline Personality Disorder: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Borderline Personality Disorder?

Borderline personality disorder atau BPD merupakan kondisi gangguan kepribadian atau gangguan mental yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang terlalu sering [1,2,3,4,5,6,7,8].

Tidak hanya suasana hati, pada kondisi BPD ini, cara berpikir terhadap diri sendiri dan orang lain pun turut berubah-ubah sehingga mampu memengaruhi keseharian penderita.

Perilaku impulsif dan perubahan suasana hati/mood yang terlalu sering serta tiba-tiba dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada suatu hubungan sosial penderita dengan orang lain.

Tinjauan
Borderline personality disorder adalah gangguan kepribadian dan mental ditandai dengan perubahan suasana hati yang terlalu sering, pola pikir, dan pola perilaku.

Fakta Tentang Borderline Personality Disorder

Prevalensi BPD dibandingkan dengan gangguan mental atau kepribadian lainnya pada populasi global tergolong rendah, namun prevalensi pada pengaturan perawatan cukup tinggi [1].

Diketahui prevalensi pasien rawat inap psikiatris adalah 20%, pasien rawat jalan psikiatris, sementara perawatan primer BPD adalah 6,4% [1,3].

Sementara itu, prevalensi BPD pada populasi global menurut studi epidemiologi pada tahun 2007-2008 yang berskala besar menunjukkan angka 1,6% dengan prevalensi seumur hidup 5,9% [3].

Hasil dua buah survei epidemiologi populasi umum Amerika Serikat menunjukkan bahwa prevalensi BPD seumur hidup berbanding seimbang antara wanita dan pria [1].

Namun, lebih banyak wanita dengan BPD jauh yang mencari penanganan daripada pria dengan BPD dan oleh karena itulah dilaporkan sekitar 80% pasien yang memperoleh pengobatan BPD adalah wanita [1].

BPD pada populasi umum terjadi hanya sekitar 2-3% kasus secara total, dengan kasus yang hanya ditemukan sebanyak 1% di Amerika Serikat [10].

Namun untuk prevalensi BPD di Indonesia, masih belum terdapat data yang jelas.

Walau demikian, diperkirakan kasus di Indonesia cukup tinggi karena di negara ini sebetulnya terdapat individu-individu dengan perilaku kekerasan (perilaku agresif dan impulsif) yang berpotensi menjadi gejala BPD.

Penyebab Borderline Personality Disorder

Penyebab BPD belum diketahui secara pasti, namun terdapat sejumlah faktor risiko seperti fungsi dan struktur otak, lingkungan, serta sosial yang mampu menjadi pemicu seseorang mengalami BPD.

1. Faktor Kondisi Otak

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perubahan pada beberapa bagian otak seperti struktur dan fungsi dapat menyebabkan perubahan emosi [1,2,4,5].

Inilah yang kemudian memunculkan perilaku agresif atau impulsif pada seseorang karena zat tertentu pada otak seperti serotonin (pengendali suasana hati) dapat terganggu.

2. Faktor Genetik

Anggota keluarga (orangtua atau saudara kandung) dengan kondisi gangguan mental atau kepribadian seperti BPD ini dapat meningkatkan risiko seseorang dalam keluarga tersebut untuk memiliki kondisi yang sama [1,2,3,4,5].

3. Tekanan Selama Masa Kecil

Orang-orang penderita BPD diketahui melaporkan bahwa diri mereka memiliki riwayat pelecehan fisik atau seksual, penyiksaan hingga pengabaian oleh orangtua selama masa kecil [1,2,3,4,5].

Terpisah dari orangtua atau kerabat dekat sejak kecil dapat membuat seseorang mampu mengembangkan BPD, khususnya juga bila berkaitan dengan adanya konflik antar anggota keluarga.

4. Gangguan Mental Tertentu

Pasien BPD diketahui rata-rata memiliki kondisi gangguan mental/kepribadian lain yang menyertai, seperti [3] :

Meski demikian, orang-orang dengan masa kecil penuh dengan pengalaman traumatis atau kondisi otak yang kurang normal tidak selalu dan semuanya akan mengalami borderline personality disorder.

Ada pula pada beberapa kasus di mana orang-orang tanpa faktor risiko tersebut tetap bisa menderita BPD.

Tinjauan
Faktor gangguan fungsi atau struktur pada otak, faktor genetik, tekanan/trauma selama masa kanak-kanak, hingga gangguan mental tertentu mampu menjadi pemicu timbulnya borderline personality disorder.

Gejala Borderline Personality Disorder

Gejala yang ditimbulkan BPD sangat luas dan terklasifikasi menjadi beberapa area, seperti ketidakstabilan emosional, gangguan pola pikir atau persepsi, ketidakstabilan hubungan sosial dengan orang lain, serta perilaku impulsif [1,2,4,5].

Ketidakstabilan Emosional

Emosi-emosi negatif umumnya dirasakan oleh penderita BPD secara lebih sering atau intens, seperti halnya :

  • Panik
  • Sedih
  • Takut (seperti diteror)
  • Malu
  • Marah
  • Kosong
  • Kesepian dalam waktu yang lama

Dalam waktu singkat, penderita BPD pada area ketidakstabilan emosional akan mengalami perubahan suasana hati yang drastis dan tergolong sangat parah.

Bahkan ketika timbul keinginan bunuh diri karena merasa putus asa, lalu beberapa waktu kemudian merasa positif kembali adalah hal yang umum.

Ada pula kasus di mana seseorang merasa jauh lebih baik di pagi hari, namun ada pula yang merasa lebih baik di malam hari.

Penderita BPD mengalami perubahan emosi dengan pola yang bervariasi, namun intinya perubahan suasana hati tak dapat diduga sama sekali.

Gangguan Persepsi atau Pola Pikir

Penderita BPD dapat mengalami berbagai perubahan pada pola pikirnya, seperti beberapa hal ini :

  • Pikiran-pikiran Negatif

Penderita BPD umumnya dapat memiliki pemikiran-pemikiran negatif terutama mengenai dirinya sendiri.

Contoh pikiran negatif yang dapat timbul adalah anggapan bahwa diri sendiri adalah seorang pribadi yang buruk atau merasa bahwa diri sendiri tidak ada.

Saat timbul pemikiran-pemikiran negatif ini, ada keraguan yang juga menyertai sehingga akhirnya penderita pasti akan mencari tahu suatu hal yang dapat memastikan bahwa pikiran-pikiran tersebut tidak benar.

  • Pengalaman Aneh yang Singkat

Penderita BPD pun dapat mendengar suara-suara di luar kepala pada satu waktu dan hal ini dapat berlangsung selama beberapa menit.

Suara-suara yang didengar ini dapat berupa perintah untuk melukai diri sendiri atau bahkan perintah untuk melukai orang lain di mana penderita sendiri seringkali tak benar-benar yakin apakah suara itu nyata.

  • Pengalaman Tak Wajar dalam Jangka Waktu Lama

Kondisi ini adalah ketika penderita BPD mengalami halusinasi (terdengar suara di luar kepala) yang cukup sering namun kemudian ditambah pula dengan suatu keyakinan yang tak wajar.

Keyakinan penderita dapat berupa kepercayaan bahwa keluarganya sedang mencoba membunuhnya diam-diam.

Ketidakstabilan Hubungan dengan Orang Lain

Penderita BPD seringkali merasa terabaikan yang pada akhirnya menimbulkan perasaan marah dan cemas secara berlebihan.

Orang dengan BPD akan merasa orang lain mengabaikannya terutama ketika penderita sedang berada pada masa-masa paling membutuhkan.

Karena hal tersebut, ada beberapa hal yang kemungkinan dapat dilakukan secara berlebihan dan tidak pada tempatnya oleh penderita BPD seperti :

  • Menelepon orang lain tengah malam
  • Mengirim pesan atau menelepon orang lain secara terus-menerus
  • Terlalu lekat, dekat dan bergantung pada orang lain dan cenderung enggan untuk melepaskan orang tersebut
  • Mengancam bunuh diri pada orang lain bila orang tersebut sampai meninggalkan

Perilaku Impulsif

Penderita BPD dapat mengalami perilaku impulsif yang umumnya dapat membahayakan diri sendiri dan sulit untuk mengendalikan perilaku tersebut.

  • Dorongan Melukai Diri Sendiri

Perilaku impulsif dapat berupa timbulnya dorongan yang cukup sering untuk melukai dan membahayakan diri sendiri.

Aktivitas seperti mengiris lengan atau menyulut kulit diri sendiri dengan rokok adalah contoh gejala perilaku impulsif yang sudah parah.

Seseorang dapat benar-benar melakukan hal tersebut ketika rasa stres dan kesedihan yang dirasakan sangat berlebihan di mana hal ini berpotensi berujung pada percobaan bunuh diri.

  • Dorongan Melakukan Aktivitas Tidak Bertanggung Jawab

Selain dorongan membahayakan diri sendiri, perilaku impulsif dapat berupa keterlibatan penderita BPD pada aktivitas-aktivitas sembarangan yang tidak bertanggung jawab.

Penyalahgunaan narkoba, berjudi, pesta minuman keras, hingga seks bebas adalah bentuk pergaulan bebas yang dapat dilakukan penderita.

Tak seluruh gejala akan dialami oleh penderita BPD dan hanya sebagian gejala yang akan terjadi pada sebagian besar kasus BPD.

Namun perlu diketahui bahwa hal-hal yang dianggap biasa dapat memicu gejala BPD, seperti timbul kemarahan atau tekanan pada penderita BPD ketika harus pergi ke luar kota dan berpisah sebentar dengan orang terdekat.

Frekuensi terjadinya gejala serta tingkat keparahannya bisa berbeda-beda antara satu penderita BPD dengan penderita BPD lainnya.

Hal-hal itu serta lama berlangsungnya gejala ditentukan oleh tiap individu penderita BPD.

Tinjauan
Gejala borderline personality disorder mencakup empat area, yaitu ketidakstabilan emosional sehingga sering berubah-ubah suasana hati, gangguan pola pikir sehingga memiliki persepsi diri yang negatif dan salah, ketidakstabilan hubungan dengan orang lain, serta perilaku impulsif sehingga cenderung melukai diri sendiri.

Pemeriksaan Borderline Personality Disorder

Metode pemeriksaan yang umumnya digunakan untuk mendiagnosa borderline personality disorder antara lain dengan [4,5] :

  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan riwayat medis
  • Ajuan pertanyaan secara mendetil oleh dokter
  • Evaluasi psikologis melalui pengisian kuesioner oleh pasien
  • Diskusi dan konsultasi mengenai gejala-gejala yang dialami pasien

Metode-metode pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan untuk penderita gejala BPD usia dewasa dan bukan untuk anak-anak maupun remaja.

Ini karena gejala yang terjadi pada usia anak biasanya akan hilang dengan sendirinya saat anak beranjak dewasa.

Penanganan Borderline Personality Disorder

Terapi dan obat-obatan adalah cara penanganan yang umumnya diberikan kepada pasien yang didiagnosa positif mengalami BPD.

Melalui Terapi

Psikoterapi adalah terapi yang paling umum diberikan kepada pasien BPD di mana pasien akan dibantu oleh terapis profesional.

Melalui terapi ini, pasien akan dibimbing untuk dapat berinteraksi dengan orang lain secara lebih baik dan meningkatkan kemampuan mengekspresikan diri lebih efektif kepada orang lain.

Berikut ini adalah beberapa daftar jenis terapi yang dapat menolong seseorang dengan BPD.

1. Terapi Perilaku Kognitif

Pasien memerlukan terapi ini agar dapat mengidentifikasi perilaku dan pola pikir yang salah terhadap dirinya sendiri maupun orang lain [1,4,5,6,7].

Melalui jenis terapi ini juga, terapis akan membantu pasien untuk dapat mengubah serta memperbaiki masalah interaksi pasien dengan orang lain yang kurang efektif.

2. Dialectical Behavior Therapy (DBT)

DBT adalah metode terapi yang digunakan untuk mengatasi gejala-gejala BPD di mana terapis akan mendekati pasien untuk membantu mengelola emosi yang negatif dan menoleransi segala bentuk kesulitan [1,3,4,5,6,7].

Selain itu, DBT adalah metode terapi yang sangat bisa diandalkan untuk meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain.

3. Mentalization-Based Therapy (MBT)

MBT adalah bentuk terapi yang membantu proses identifikasi pikiran sekaligus perasaan pasien dibantu oleh terapis profesional [1,5,7].

Untuk pasien BPD yang mengalami gejala perubahan pola pikir, terapis akan membantu menciptakan perspektif atau sudut pandang yang berbeda dari suatu situasi yang sedang dihadapi.

MBT pun merupakan sebuah terapi yang akan melatih pasien untuk berpikir sebelum bereaksi atau bertindak.

4. Komunitas Terapeutik (Therapeutic Communities / TC)

TC adalah bentuk terapi yang direkomendasikan atau diperuntukkan bagi pasien BPD yang sudah sangat lama mengalami masalah emosional dan pernah melakukan percobaan melukai atau mengakhiri hidup [1,2,3,7].

Terapis akan membantu pasien meningkatkan kemampuan interaksi sosial dengan orang lain sehingga kondisi psikologis yang kompleks dapat diatasi.

Pada metode TC, pasien secara individu atau kelompok akan diminta untuk tinggal selama 1-4 hari dalam seminggu di sebuah rumah besar.

Di tempat ini, pasien diharapkan dapat melakukan aktivitas yang telah dirancang yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan sosial, seperti :

  • Pertemuan komunitas reguler (diskusi antar pasien mengenai masalah apa saja, terutama masalah yang timbul di komunitas tersebut)
  • Pekerjaan rumah tangga
  • Mempersiapkan makanan
  • Aktivitas olahraga
  • Aktivitas permainan
  • Aktivitas rekreasi

Ketika kemampuan sosial meningkat, maka rasa percaya diri pasien juga akan bertambah.

5. Schema-Focused Therapy

Terapi ini adalah metode di mana pasien BPD dibantu untuk proses identifikasi kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi dan memicu pola pikir serta perilaku yang negatif [1,6].

Setelah kebutuhan pasien teridentifikasi, maka hal ini akan diusahakan untuk dipenuhi.

Terapi ini umumnya bermanfaat di kemudian hari bagi pasien dalam upaya bertahan hidup dan menghadapi segala bentuk kesulitan yang dihadapi dan kerap menjadi faktor yang menyakitkan.

6. Transference-Focused Psychotherapy (TFP)

Metode psikoterapi psikodinamik seperti TFP ini diperlukan pasien untuk memahami emosi yang timbul dari diri sendiri [1,2,3].

Psikoterapi ini juga dapat membantu pasien dalam memahami kesulitan antapribadi melalui hubungan yang dibangun bersama antara pasien dengan terapis.

Ilmu yang diterima oleh pasien dalam metode terapi ini akan bermanfaat untuk pasien dalam menghadapi segala bentuk situasi yang kemungkinan akan dihadapi di masa mendatang.

7. Terapi Seni / Arts Therapies

Terapi seni selain dapat meningkatkan kreativitas pasien (individu maupun kelompok) sangat bermanfaat dalam membantu mengekspresikan perasaan maupun pikiran secara verbal [5].

Ada terapis yang akan mendampingi dan membimbing pasien dengan program-program seperti terapi musik, terapi drama, terapi gerakan menari, dan terapi seni.

Sesi terapi biasanya mingguan dan berlangsung selama 2 jam untuk tiap sesi.

Bagaimana bila tidak tersedia psikoterapi khusus untuk pasien BPD? [6]

Pada wilayah yang terpencil, kemungkinan menjumpai terapis psikoterapi profesional sangat kecil.

Namun untuk daerah-daerah yang tersedia psikoterapi khusus seperti yang telah disebutkan, pasien BPD perlu segera dirujukkan ke layanan perawatan tersebut.

Psikoterapi khusus tetap merupakan jenis terapi yang unggul serta efektif dalam membantu memperbaiki suasana hati, pola perilaku dan pola pikir pasien.

Biasanya, sekalipun tidak tersedia program khusus untuk psikoterapi di daerah-daerah kecil, rujukan akan diberikan kepada pasien ke psikoterapis profesional dan berpengalaman.

Rujukan ini memungkinkan pasien untuk mendapatkan perawatan terapi yang berbeda-beda dengan bimbingan terapis yang juga berbeda-beda sesuai bidangnya.

Melalui Obat-obatan

Hingga kini belum benar-benar ada obat untuk borderline personality disorder yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration).

Namun bila pun dokter memberikan resep obat, maka obat antidepresan, penstabil suasana hati, atau antipsikotik adalah yang umumnya diberikan ketika gejala BPD timbul bersama dengan kecemasan, perilaku impulsif dan depresi [1,3 4,5,7].

Obat lainnya yang secara umum mampu menenangkan suasana hati pasien BPD yang berubah-ubah.

Tinjauan
Penanganan borderline personality disorder umumnya adalah dengan terapi-terapi khusus yang bertujuan untuk memperbaiki perilaku, suasana hati, dan pola pikir pasien BPD. Selain itu, obat-obatan dosis rendah antidepresan hingga antipsikotik kemungkinan pun diresepkan oleh dokter untuk menenangkan gejala pasien.

Komplikasi Borderline Personality Disorder

BPD dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada penderitanya karena gangguan kepribadian ini cenderung mampu merusak berbagai area kehidupan pasien.

  • Percobaan melukai diri sendiri berkali-kali, seperti membakar diri atau mengiris lengan sehingga sering harus dirawat di rumah sakit.
  • Tidak menyelesaikan pendidikan.
  • Berkali-kali kehilangan pekerjaan atau memiliki pekerjaan yang bergonta-ganti.
  • Sering terlibat dalam aksi kekerasan.
  • Sering terlibat dalam konflik, baik itu dalam hubungan pacaran atau rumah tangga yang berujung pada perpisahan/perceraian.
  • Kehamilan yang tak direncanakan akibat seks bebas.
  • Kecelakaan lalu lintas karena perilaku impulsif dan perilaku yang berisiko tinggi.
  • Infeksi penyakit menular seksual.
  • Percobaan bunuh diri.

Pencegahan Borderline Personality Disorder

Belum diketahui bagaimana cara mencegah BPD, namun penanganan secepatnya pada penderita gejala BPD adalah cara pencegahan terbaik agar tidak berujung pada komplikasi yang serius.

Untuk mencegah agar BPD tidak terjadi sama sekali, hal ini tidak memungkinkan untuk saat ini, namun untuk mencegah agar BPD tidak semakin serius berikut ini hal-hal yang bisa diupayakan [8,9] :

  • Intervensi awal, yaitu menempuh pemeriksaan dan perawatan BPD ketika gejala sudah mulai timbul dan disadari.
  • Pelatihan untuk kesehatan mental yang dibantu atau didampingi oleh ahli terapis profesional.
  • Melibatkan keluarga maupun sahabat dalam mencegah BPD dan mendukung intervensi awal penderita gejala BPD.
Tinjauan
Pencegahan total agar seseorang tidak mengalami borderline personality disorder belumlah ada, namun pencegahan agar gejala tidak menjadi lebih serius dapat dilakukan dengan segera memeriksakan diri dan pelatihan melalui terapi-terapi khusus yang melibatkan dukungan terapis profesional maupun kerabat.

1) Filiz Kulacaoglu & Samet Kose. 2018. PubMed Central US National Library of Medicine National Institutes of Health. Borderline Personality Disorder (BPD): In the Midst of Vulnerability, Chaos, and Awe.
2) Martin Brüne. 2016. Evolution, Medicine & Public Health. Borderline Personality Disorder, Why ‘fast and furious’.
3) Jennifer Chapman; Radia T. Jamil; Carl Fleisher. 2019. National Center for Biotechnology Information. Borderline Personality Disorder.
4) Anonim. 2017. National Institute of Mental Health. Borderline Personality Disorder.
5) Anonim. 2019. National Health Service. Overview-Borderline personality disorder.
6) Harvard Health Publishing. 2010. Harvard Medical School. Treating borderline personality disorder.
7) Robert S. Biskin, MD & Joel Paris, MD. 2012. PubMed Central US National Library of Medicine National Institutes of Health. Management of borderline personality disorder.
8) Andrew Chanen, Carla Sharp, Perry Hoffman, & Global Alliance for Prevention and Early Intervention for Borderline Personality Disorder. 2017. World Psychiatry - Official Journal of the World Psychiatric Association (WPA). Prevention and early intervention for borderline personality disorder: a novel public health priority.
9) Harvard Health Publishing. 2019. Harvard Medical School. Borderline Personality Disorder, What Is It?
10) Andri, AAAA Kusumawardhani. 2007. Research Gate. The Neurobiology of Borderline Personality Disorder: Biological Approach in Impulsive and Aggressive Behavior.

Share