Tinjauan Medis : dr. Fithriani Salma
Campak adalah penyakit saluran nafas sangat menular yang disebabkan oleh infeksi virus morbili. Penyakit campak juga dikenal dengan sebutan Morbili/Measles/Rubeola. Berbeda dengan campak jerman (Rubella)
Daftar isi
Campak merupakan suatu kondisi ketika seluruh tubuh dipenuhi ruam kemerahan yang disebabkan oleh infeksi virus di mana lebih rentan terjadi pada usia bayi dan anak-anak [1,2,3,4,5,6,7].
Campak termasuk jenis penyakit menular yang umumnya ditandai dengan batuk kering, demam, bersin-bersin, dan mata yang berair.
Walau penularannya cukup cepat dan mudah, yakni dari sebaran dan kontaminai cairan batuk atau bersin penderita, tanpa penanganan apapun campak dapat sembuh dalam waktu 1 minggu hingga 10 hari.
Setelah mengalami campak pertama kalinya, sangat jarang ditemukan kasus campak yang terjadi berulang atau setidaknya dialami dua kali.
Tinjauan Campak merupakan jenis penyakit menular oleh infeksi virus yang utamanya ditandai dengan demam, bersin, batuk, mata berair, serta ruam pada kulit. Campak memang identik menyerang anak-anak, namun tak menutup kemungkinan orang dewasa dengan imun rendah bisa mengalaminya.
Menurut lapiran dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Data dan Informasi, kasus campak mengalami penurunan angka dari 9,2 menjadi 5,6 per 100.000 populasi di Indonesia dari tahun 2011-2017 [1].
Hanya saja, ada peningkatan sedikit pada angka kasus campak dari tahun 2015 hingga 2017 yang meski demikian tetap tidak setinggi angka awal [1].
Campak rubeola adalah jenis campak yang menjadi penyebab morbiditas dan kematian global paling banyak, khususnya di Asia Tenggara dan Afrika [2].
Menurut laporan WHO (World Health Organization/Badan Kesehatan Dunia), sebelum program vaksinasi diselenggarakan di seluruh dunia, campak dapat menjadi penyebab 2,6 juga kasus kematian [2,5].
Bahkan menurut WHO, pada tahun 2015 terdapat 134.200 kasus kematian yang disebabkan oleh campak dengan 15 kasus kematian per jamnya [2].
Menurut laporan CDC (Centers for Disease Control and Prevention), pada tahun 2018 terdapat 372 kasus campak di seluruh dunia dan pada tahun 2019 terdapat 764 kasus [2].
Penting bagi para orangtua untuk mengetahui adanya dua jenis campak yang dapat terjadi pada buah hati, yaitu sebagai berikut [7,8].
Jenis campak yang disebabkan oleh virus Rubeola adalah yang paling umum dijumpai dan diderita oleh anak.
Campak Rubeola ini penularannya terjadi melalui sentuhan/kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang menderita campak jenis ini.
Selain itu, penularan sangat mungkin terjadi melalui udara khususnya jika sedang mengobrol dengan penderita maupun menghirup cairan bersin atau batuk si penderita.
Hal ini meningkatkan risiko seseorang tertular campak walaupun sudah tidak lagi berada di tempat yang sama dnegan penderitanya.
Jenis campak ini disebabkan oleh virus Rubella yang penularannya dapat terjadi melalui udara (cairan batuk atau bersin penderita yang tak sengaja terhirup).
Untuk jenis campak ini, anak yang sudah lebih besar ataupun orang dewasa jauh lebih rentan mengalaminya.
Bila daya tahan tubuh sedang melemah, para remaja hingga orang dewasa pun bisa terkena campak Rubella.
Campak Rubella juga sangat berbahaya apabila sampai menyerang wanita hamil.
Hal ini dikarenakan virus mampu menginfeksi dan mengancam jiwa janin yang sedang dikandung.
Hanya saja bila dibandingkan dengan campak Rubeola, campak Rubella tidaklah separah itu.
Imunisasi MMR (measles, mumps dan rubella) adalah yang paling dianjurkan untuk mencegah penyakit campak.
Tinjauan Jenis penyakit campak terklasifikasi menjadi dua kondisi, yakni campak rubeola dan campak rubella di mana campak rubeola adalah yang paling umum diderita dan memiliki risiko bahaya lebih tinggi.
Penyebab utama penyakit campak adalah virus, baik itu Rubeola atau Rubella [1,2,3,4,5,6,7].
Virus akan masuk dan menyerang hidung serta tenggorokan anak maupun orang dewasa kemudian menimbulkan berbagai gejala.
Bila satu orang sudah terinfeksi lalu bicara, bersin atau batuk, cairan yang berasal dari hidung atau mulut berada di udara yang bisa saja terhirup oleh orang lain kapan saja tanpa disadari.
Orang lain yang tak sengaja menghirup cairan di udara yang telah terkontaminasi virus dapat terserang infeksi virus tersebut, terutama ketika daya tahan tubuh sedang kurang baik.
Cairan dari tubuh penderita yang menempel pada permukaan benda mati pun tetap mengandung virus yang aktif selama beberapa jam.
Ketika orang lain menyentuh benda yang telah terkontaminasi tersebut lalu tak sengaja memegang hidung, mata atau mulut hal ini menjadi peluang bagi virus untuk masuk dan menginfeksi.
Kurang lebih 90% orang yang memiliki kontak dengan penderita atau terpapar cairan dari penderita pasti terinfeksi.
Seseorang memiliki tingkat kerentanan lebih tinggi terinfeksi virus campak apabila :
Tinjauan Virus rubeola dan rubella adalah penyebab utama penyakit campak. Namun tubuh seseorang yang kekurangan vitamin A, usia bayi dan anak-anak, serta kurangnya daya tahan tubuh (baik pada anak maupun remaja dan dewasa) dapat menjadi pemicu campak mudah menyerang.
Gejala campak yang paling utama dan umum adalah demam, namun beberapa kondisi lain pun dapat menyertai seperti [1,2,3,4,5,6,7] :
Suhu tubuh dapat mengalami peningkatan selama beberapa hari yang bahkan bisa sampai lebih dari 40 derajat Celsius.
Demam ini seringkali diikuti dengan timbulnya ruam pada kulit yang bertahan selama kurang lebih 7 hari; kemunculan ruam biasanya 3-4 hari setelah gejala awal campak dialami.
Area telinga adalah lokasi kemunculan ruam pertama kali yang kemudian ruam menyebar hingga leher dan seluruh kepala sebelum sampai ke bagian tubuh lain.
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Timbulnya ruam pada kulit anak memang tidak selalu menunjukkan bahwa kondisi tersebut adalah campak.
Namun hindari mendiagnosa gejala sendiri dan segera bawa anak ke dokter apabila gejala semakin buruk dalam beberapa hari.
Bila para orangtua memiliki kecurigaan bahwa gejala mengarah pada campak, suhu tubuh anak sangat tinggi dan demam bertahan sangat lama, segera konsultasikan dengan dokter.
Ada beberapa tahap yang akan dialami oleh seseorang dari awal dirinya terkena paparan infeksi virus penyebab campak.
Berikut ini merupakan tahapan gejala yang terjadi selama kurang lebih 2-3 minggu pada penderita.
Tinjauan Demam, batuk kering, bersin, hidung berair, hingga timbul ruam adalah gejala yang dialami penderita campak pada umumnya. Segera periksakan diri ke dokter bila suhu tubuh makin tinggi dan gejala lain makin buruk.
Diagnosa campak biasanya dilakukan oleh dokter dengan memeriksa fisik pasien.
Dokter akan melihat karakteristik ruam pada kulit pasien.
Bila terdapat titik kecil berwarna putih pada ruam merah, maka hal ini dapat mengarah pada penyakit campak.
Meski begitu, untuk memastikan lebih lanjut agar tidak terjadi kesalahan diagnosa dokter akan meminta pasien untuk tes darah.
Pengambilan sampel darah serta air liur untuk diperiksa di laboratorium sangat penting untuk mengonfirmasi penyakit campak pada pasien.
Selain itu, tes urine juga kiranya diperlukan untuk mendeteksi keberadaan virus di dalam tubuh pasien.
Gejala campak yang ringan biasanya akan mereda dan hilang tanpa penanganan apapun dalam waktu 7-10 hari saja.
Pada gejala awal dan masih ringan tanpa komplikasi, memperbanyak asupan cairan serta istirahat adalah cara terbaik untuk memulihkan diri.
Namun ketika gejala tak kunjung reda dan timbul tanda-tanda memburuk, beberapa penanganan yang umumnya dilakukan antara lain :
Bila pasien menderita campak karena tubuhnya kekurangan vitamin A, dokter kemungkinan akan memberikan suplemen vitamin A dosis tinggi [2].
Biasanya setelah diberi vitamin A, gejala campak dapat mereda dan umumnya tindakan ini dilakukan bagi pasien campak dengan tingkat gejala parah.
Dosis besar suplemen vitamin A pun lebih aman diberikan kepada pasien campak yang usianya di atas 1 tahun.
Ibuprofen atau acetaminophen adalah obat penurun demam yang biasanya diresepkan oleh dokter [2,6,7].
Pasien harus menggunakan obat ini sesuai resep dokter karena penggunaan berlebih dapat membahayakan organ hati anak.
Sementara itu, penggunaan aspirin hanya dianjurkan bagi penderita yang usianya sudah 16 tahun.
Antibiotik tak mampu menyembuhkan infeksi virus karena antibiotik diperuntukkan bagi penyakit yang disebabkan oleh bakteri [4].
Hanya saja, dokter akan memberi resep antibiotik apabila virus campak berkembang dan menyebabkan komplikasi berupa infeksi bakteri dalam tubuh pasien.
Selain dari pemberian obat-obatan tersebut, ada beberapa cara lain dalam menangani penyakit campak, yaitu antara lain [2,3,4,6,7] :
Tinjauan Pemberian obat-obatan mulai dari pereda demam dan nyeri, suplemen vitamin A, serta antibiotik (jika terjadi infeksi bakteri) dilakukan untuk menangani campak. Selain itu, pasien campak pun diminta untuk banyak beristirahat, minum banyak cairan, menghindari paparan rokok, serta mengonsumsi herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Komplikasi umumnya menyerang 10-40% pasien campak dan dapat berupa beberapa kondisi berikut dan patut untuk diwaspadai [2,3,4,6] :
Ada pula komplikasi yang sangat jarang, yaitu gangguan penglihatan hingga kehilangan penglihatan, komplikasi otak yang fatal, hingga masalah pada jantung dan sistem saraf.
Bentuk pencegahan penyakit campak meliputi pencegahan infeksi baru maupu pencegahan penularan/penyebarannya.
Untuk mencegah infeksi campak baru, maka berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Pada kondisi penyakit campak yang sudah terjadi, pencegahan agar tidak menyebar dan menular ke orang lain dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut :
Tinjauan Langkah pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah infeksi baru (peningkatan daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat maupun vaksinasi) serta mencegah penyebaran infeksi (melalui isolasi diri dan vaksinasi).
1) Anonim. 2018. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Campak dan Rubella di Indonesia.
2) Noah P. Kondamudi & James R. Waymack. 2019. National Center for Biotechnology Information. Measles.
3) Hussein Y Naim. 2014. Human Vaccines & Immunotherapeutics. Measles virus, A pathogen, vaccine, and a vector.
4) Leung AK, Hon KL, Leong KF, & Sergi CM. 2018. PubMed Gov US National Library of Medicine National Institutes of Health. Measles: a disease often forgotten but not gone.
5) Hayley Gans, MD; Yvonne A Maldonado, MD; Martin S Hirsch, MD; Sheldon L Kaplan, MD; & Elinor L Baron, MD, DTMH. 2020. UpToDate. Measles: Epidemiology and transmission.
6) Anonim. 2018. National Health Service. Overview-Measles.
7) Michelle P. Tellado, MD. 2019. KidsHealth. Measles.
8) Rosa C. 1998. PubMed Gov US National Library of Medicine National Institutes of Health. Rubella and rubeola.