Kehamilan & Parenting

14 Cara Melatih Anak Berjalan Sendiri

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Anak tumbuh dan berkembang dengan cepat. Setelah anak dapat tengkurap dan mengendalikan kepala dengan mudah, ia akan mulai belajar untuk duduk sendiri (usia 4-7 bulan). Pada usia 7-10 bulan anak akan mulai merangkak[1].

Seiring pertumbuhan otot anak menjadi makin kuat dan rasa ingin tahu yang makin besar, anak akan mulai mengangkat tubuhnya untuk berdiri dengan berpengangan pada benda tertentu atau berpegangan orang tuanya[1].

Segera setelah berdiri, anak akan mulai belajar melangkah dan berjalan, biasanya terjadi pada usia 10-15 bulan. Pada tahap ini anak memerlukan bantuan orang tua untuk belajar berjalan[1, 2].

Orang tua dapat melakukan cara berikut untuk membantu anak melatih berjalan:

1. Memastikan Kesiapan Anak

Sebelum mulai melatih anak untuk berjalan, orang tua perlu memastikan bahwa anak sudah siap, dengan kata lain anak sudah memiliki otot yang cukup kuat untuk belajar berjalan. Hal ini ditandai dengan anak yang sudah dapat duduk sendiri, merangkak, berdiri sendiri, dan mulai melangkah sambil berpegangan[2, 3].

Menurut American Academy of Pediatrics (AA), umumnya anak mulai berjalan sekitar usia 12 bulan, tapi bisa juga terjadi lebih cepat atau lebih lama[2].

Jika anak sudah bisa duduk sendiri, kita bisa melatih otot anak agar lebih kuat dan siap untuk berdiri dan mulai belajar berjalan. Misalnya dengan mendudukkan anak pada kursi kecil dengan kaki mencapai lantai, kemudian minta anak untuk mengambil mainan di lantai untuk melatih tubuhnya bergerak naik dan turun[2].

Latihan ini memungkinkan anak mempraktikkan transisi seperti bangkit untuk berdiri. Mendudukkan anak di kursi kecil membantu meletakkan fokus pada kaki dan mengembangkan kekuatan pada tubuh bagian bawah[2].

2. Mempersiapkan Ruangan untuk Melatih Berjalan

Mempersiapkan ruangan di dalam rumah sebelum mulai melatih anak untuk berjalan penting untuk memastikan keamanan bagi anak[2].

Cara mempersiapkan ruangan untuk melatih anak berjalan meliputi[2]:

  • Membersihkan lantai dari benda-benda berserakan yang berpotensi menyebabkan tersandung
  • Memindahkan barang dekoratif yang mudah rusak atau pecah ke tempat lain, misalnya vas bunga
  • Memasang penutup outlet dan menggulung kabel berlebih, pastikan lantai yang akan digunakan sebagai tempat anak latihan berjalan bebas dari kabel dan peralatan elektronik lain

Jika tidak memungkinkan untuk membersihkan lantai di semua ruangan, kita dapat mengunci ruangan yang tidak disiapkan untuk anak latihan berjalan. Atau bisa juga dengan memagari ruangan yang termasuk tempat latihan berjalan anak[2].

3. Berjalan Tanpa Alas Kaki

Untuk anak yang baru belajar berjalan, dianjurkan untuk tidak mengenakan alas kaki. Kaos kaki juga sebaiknya tidak digunakan saat berlatih berjalan[2, 4].

Berjalan tanpa alas kaki memungkinkan anak untuk mempelajari lingkungannya, seperti merasakan tekstur permukaan yang berbeda, misalnya antara karpet dan lantai kayu. Saat mengenali tekstur yang berbeda otak anak akan menyesuaikan otot dan sendi untuk bekerja dengan lebih sesuai[2].

Respon ini disebut sebagai proprioceptive feedback. Penggunaan alas kaki dapat mengurangi sinyal yang dikirim ke otak anak mengenai permukaan di bawah kakinya[2, 5].

Selain itu, berjalan tanpa alas kaki membantu memperkuat otot pada kaki untuk lebih meningkatkan stabilitasnya. Untuk memungkinkan tubuh berjalan, otot-otot di kaki perlu belajar menjaga keseimbangan dan menahan berat badan[3].

4. Memberikan Sokongan

Untuk mengarahkan anak melatih berjalan, sebaiknya memberi sokongan dengan memegangi batang tubuh, bukan dengan memegangi tangannya[2].

Menyokong batang tubuh anak akan membantu anak mengembangkan cara berjalan yang lebih alami dan tidak condong ke depan pada jari kaki. Anak perlu mendistribusikan berat badan ke seluruh bagian kaki untuk mengembangkan pola gerakan yang kuat pada tubuh bagian bawah[2].

Sementara saat membantu berjalan dengan memegangi tangan anak, tubuh anak akan condong ke depan dan tidak menahan berat badan secara merata pada kakinya[2].

5. Mengurangi Ketakutan dan Meningkatkan Motivasi Anak

Jika anak sudah dapat berdiri sendiri tapi terlihat takut atau ragu-ragu untuk mencoba melangkah, kita dapat meningkatkan motivasi anak untuk memicunya mengambil langkah pertama[2, 4].

Adanya benda yang dapat digunakan sebagai pegangan dapat membantu mengurangi ketakutan anak. Orang tua sebaiknya juga berada di dekat anak dengan tangan terbuka untuk menangkap tubuh anak jika jatuh[3].

Saat anak tahu ada yang menjaga dan ia tidak akan sakit saat jatuh, ketakutan anak akan makin berkurang sehingga anak akan lebih berani untuk mulai berjalan[3].

Saat anak mulai berdiri kita bisa membantunya dengan menjajarkan perkakas yang stabil untuk digunakan sebagai pegangan anak. Kemudian mencoba memancing anak untuk berjalan maju[2, 4].

Untuk menarik perhatian anak dapat digunakan mainan yang disukai. Meletakkan mainan tersebut beberapa langkah di depan anak dapat memotivasi anak untuk mulai berjalan[2, 5].

Selain mainan, kita juga bisa meletakkan makanan yang disukai anak pada jarak tertentu. Anak akan mencoba untuk mendekat dan meraihnya[5].

Cara ini bekerja dengan baik untuk meningkatkan motivasi anak selama belajar merangkak maupun berjalan[2].

6. Melatih Gerakan Naik-Turun

Berjalan lebih banyak berfokus pada gerakan maju. Akan tetapi, melatih gerakan tubuh untuk naik dan turun dapat bermanfaat dalam latihan berjalan[2].

Gerakan naik-turun berperan penting untuk membangun kekuatan otot tubuh bagian bawah dan memungkinkan anak belajar untuk memindahkan berat badan saat berdiri. Saat tubuh bergerak naik, kaki harus mengambil alih tugas menyeimbangkan dan menyokong tubuh[2].

Kita dapat menggunakan hal yang menarik perhatian anak untuk melatih gerakan naik-turun, misalnya dengan meniup gelembung tinggi. Anak akan terpancing untuk menggerakkan tubuh naik untuk meraih gelembung di atas kepalanya[2].

Melatih gerakan naik-turun juga bisa dilakukan dengan memindahkan mainan anak pada permukaan dengan tinggi berbeda-beda. Pastikan untuk tetap berada di dekat anak untuk menjaga keamanannya[2, 5].

Cara lain untuk melatih gerakan naik turun ialah dengan memegangi anak dan membiarkannya melompat-lompat dengan kakinya saat di pangkuan. Gerakan anak melompat-lompat dapat memperkuat tubuh bagian bawah dan menjaga keseimbangan tubuh[5].

7. Berjalan dengan Merambat

Jika anak dapat menaikkan tubuh dan berdiri dengan mudah, langkah selanjutnya ialah berjalan merambat dengan berpegangan pada sofa dan meja. Pada tahap ini anak menggerakkan dan memindahkan berat badan dari satu benda ke benda lain yang digunakan sebagai pegangan[2].

Anak akan berjalan dengan berpegangan dalam waktu yang makin lama. Berjalan dengan berpegangan memberikan latihan pada kaki dan meningkatkan stamina anak secara umum[2].

Berjalan merambat mengaktifkan otot pada pinggul dan paha. Seiring waktu anak akan lebih sedikit bergantung pada pegangan di tangan dan lama kelamaan tidak lagi perlu untuk berpegangan[2].

8. Memberi Mainan untuk Didorong

Untuk mendukung latihan berjalan anak, dapat diberikan mainan untuk didorong, seperti kereta belanja kecil dan kereta bayi[2, 5].

Sebaiknya memilih mainan yang kokoh dan memiliki cukup ketahanan pada jenis lantai rumah. Beberapa mainan dapat digunakan lebih baik pada lantai keras sementara beberapa yang lain lebih baik digunakan di atas karpet[2, 5].

Mainan untuk didorong memungkinkan anak untuk lebih mandiri sementara tetap memiliki dukungan dinamik tambahan. Dengan memberikan mainan, kegiatan melatih berjalan juga menjadi lebih menyenangkan untuk anak[2].

Mainan dapat berjalan dengan cepat saat didorong anak. Untuk anak yang belum bisa berjalan dengan stabil, sebaiknya memilih mainan yang memungkinkan gerak pelan. Selain itu, sebaiknya anak tetap didampingi selama bermain untuk mencegahnya terjatuh[2].

9. Melatih Anak untuk Berjalan Tanpa Pegangan

Kita bisa melatih anak untuk mulai berjalan tanpa pegangan dengan memberikan satu atau dua mainan untuk dipegang. Gunakan mainan berukuran kecil dan ringan[2].

Saat anak berjalan merambat sambil berpegangan, mulailah berikan satu mainan untuk dipegang. Kita bisa memberikan satu mainan lain untuk dipegang dengan kedua tangan atau memberikan mainan berukuran lebih besar yang perlu dipegang dengan dua tangan[2].

Memberikan mainan akan membuat tangan anak berpindah fokus dari gerakan menyokong saat berpegangan. Saat anak memegang mainan, tangannya akan lebih jarang mencari pegangan sehingga menstimulasi tubuh untuk menjaga keseimbangan tanpa berpegangan[2].

10. Lakukan Secara Bertahap dan Perlahan

Berjalan merupakan hal baru bagi anak, yang mana perlu dipelajari sedikit demi sedikit. Anak akan mulai berjalan perlahan dengan mengambil 1 atau 2 langkah dalam satu waktu[3].

Saat melatih anak berjalan, pastikan untuk tetap mendampingi di dekat anak untuk menjaganya aman dari cedera. Jika anak baru bisa berjalan untuk 2 langkah, orang tua yang mendampingi hendaknya duduk dalam jarak jangkauan dua langkah anak[3].

Selanjutnya kita dapat memotivasi anak untuk melangkah lebih banyak baik dengan ucapan atau menggunakan mainan yang diletakkan di depannya untuk diambil sendiri[5].

Lakukan latihan secara rutin dan konsisten untuk membantu anak lebih terbiasa dengan berdiri dan berjalan sendiri. Anak memerlukan waktu untuk melatih seluruh otot di tubuhnya untuk menjaga keseimbangan dalam berjalan[3, 5].

Melatih berjalan sebaiknya dilakukan rutin dan konsisten beberapa kali sehari, misalnya setiap pagi dan siang hari. Setiap latihan berjalan sebaiknya dibatasi hingga maksimal 30 menit[4].

Terkadang anak yang sudah mulai berjalan dapat tiba-tiba berhenti. Misalnya karena anak merasa lebih tertarik pada kegiatan baru seperti menyendok makanan dengan tangannya sendiri. Anak bisa juga kembali memilih merangkak setelah sebelumnya terjatuh saat berjalan[4].

Pada kasus ini orang tua perlu kembali memancing motivasi anak untuk berjalan dan meyakinkan anak mengenai keamanan dengan selalu mendampingi dan menjaga agar tidak terjatuh[4].

Seiring waktu, saat anak terbiasa berjalan, kita bisa mengurangi sokongan dan bantuan yang diberikan secara bertahap. Sehingga anak dapat mulai berjalan secara mandiri[3].

Kebanyakan anak sudah dapat berjalan menjelang usia 15 bulan, tapi beberapa anak dapat lebih cepat atau lebih lambat. Ada pula anak yang cenderung kurang aktif sehingga belum bisa berjalan dengan baik karena jarang berlatih[5].

Orang tua yang mendampingi perlu mengajak dan memicu motivasi anak yang kurang aktif dengan lebih sabar. Jika anak belum berjalan hingga usia 18 bulan, sebaiknya diperiksakan ke dokter anak[2].

Keterlambatan kemampuan berjalan tidak selalu menandakan adanya masalah pada anak, tapi terkadang anak memerlukan bantuan ekstra untuk dapat menyesuaikan diri untuk berjalan dengan dua kaki[2].

11. Belajar Menaiki Tangga

Saat anak sudah cukup pandai berjalan, bisa mulai diajarkan cara menaiki tangga. Saat melatih anak berjalan menaiki tangga, orang tua perlu mendampingi dengan lebih dekat dan mewaspadai risiko jatuh[2].

Untuk menaiki tangga, anak perlu dibiarkan bergerak naik menggunakan tangan, lutut, dan kaki. Gerakan ini memerlukan kerja dari seluruh otot tubuh anak[2].

Menaiki tangga dapat memperkuat otot pada batang tubuh dan kaki serta memungkinkan terjadinya disosiasi tubuh bagian bawah, yaitu anak mulai dapat membedakan gerakan tubuh bagian atas dan bagian bawah[2].

12. Merayakan Keberhasilan Kecil

Merayakan momen setiap kali anak berhasil mencapai tahap tertentu dapat meningkatkan motivasi dan semangat anak. Orang tua dapat memberi pujian dan menyemangati saat anak berhasil berjalan satu langkah lebih banyak dari sebelumnya atau dapat berjalan tanpa pegangan[3, 5].

Pujian dan senyum dari orang tua dapat menjadi motivasi paling baik bagi anak. Sehingga anak akan merasa senang telah mencapai sesuatu dan lebih semangat berlatih berjalan[5].

13. Teman untuk Ditiru

Melihat kakaknya atau teman seusianya berjalan, dapat menjadi dorongan untuk anak sehingga ia mulai ingin berjalan[3, 5].

Saat melihat adanya teman seusia, anak akan memiliki keinginan untuk bermain bersama. Sehingga jika temannya berjalan, anak pun akan ikut memberanikan diri untuk berjalan[5].

Anak dapat melihat teman seusianya yang juga kadang terjatuh lalu berdiri lagi serta melihat temannya mendapat pujian saat berhasil berjalan[3].

14. Hindari Penggunaan Alat Bantu Jalan Bayi

Alat bantu jalan bayi (baby walker) sebenarnya dapat menjadi sangat berbahaya. Walker berbeda dari mainan untuk didorong. Anak akan duduk di bagian dalam walker, bukan berdiri di belakangnya seperti saat ia memegang mainan yang didorong[2].

Walker juga memiliki roda pada bagian bawahnya yang dapat bergerak dengan bebas saat anak mendorong dengan kaki. Penggunaan walker memungkinkan anak untuk bergerak ke sekeliling ruangan meski belum bisa berjalan sendiri[2, 4].

Akibatnya terdapat potensi lebih tinggi bagi anak untuk jatuh dari tangga, tergelinding ke kolam, menabrak kabel, atau meraih dan memegang benda berat dan berbahaya[2].

Selain tingkat bahaya yang tinggi, penggunaan walker juga tidak dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics. Studi menunjukkan bahwa walker dapat memperlambat perkembangan motorik, menghambat perkembangan tulang belakang yang normal, dan mempengaruhi postur anak[2, 4].

1. Kaelin Zawilinski. Ways to Help Baby Learn to Walk. Parents; 2015.
2. Ashley Marcin, reviewed by Kristen M. Moyer, MD, Internal Medicine, Pediatrics, Hospice and Palliative Medicine. How to Teach Your Baby to Walk. Healthline; 2020.
3. Marissa Labuz. 14 Tips to Get Your Baby or Toddler Walking. Teaching Littles; 2020.
4. Jennifer Kelly Geddes, reviewed by Micah Resnick, M.D., F.A.A.P. When Do Babies Start Walking? What to Expect; 2021.
5. Layne Gibbons. 15 Ways to Get the Baby Walking Faster (And 5 Things That Will Just Slow Them Down). Moms; 2021.

Share