Stroke merupakan penyebab utama kedua kematian di seluruh dunia. Stroke terjadi ketika salah satu pembuluh darah yang membawa oksigen untuk otak pecah atau tersumbat[1].
Apabila aliran darah ke otak terhambat selama 3 hingga 4 menit atau lebih dapat menyebabkan kematian pada bagian otak tersebut[2].
Penyebab terjadinya stroke hampir sama dengan penyakit jantung koroner atau penyakit pembuluh darah vaskular lain [2]. Terdapat dua jenis stroke, yaitu:
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Global Burden of Disease (GBD), faktor resiko potensial yang dapat dimodifikasi merupakan 90% dari penyebab stroke. Faktor-faktor tersebut yaitu hipertensi, peningkatan kadar lemak dan diabetes[1].
Diketahui pula bahwa lebih dari 75% faktor resiko yang diakibatkan oleh faktor-faktor yang dapat diubah tersebut dapat diringankan dengan mengendalikan faktor resiko yang terjadi akibat kebiasaan atau gaya hidup, seperti kebiasaan merokok, tingkat aktivitas fisik yang rendah, pola makan tidak sehat, dan obesitas abdominal [3].
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit stroke sejak dini, yaitu :
Daftar isi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke baik pada pria maupun wanita. Penting untuk melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin, agar dapat segera dilakukan penanganan ketika terdapat peningkatan tekanan darah[4].
Apabila tidak segera dilakukan tindakan penanganan, tekanan darah tinggi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke 4 hingga 6 kali lebih tinggi[5].
Keadaan tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penebalan pada pembuluh darah dan pembentukan plak dari lemak atau kolesterol, apabila salah satunya terlepas dari pembuluh darah selanjutnya dapat menghambat atau bahkan menutup suplai darah untuk otak [6].
90% hingga 95% tekanan darah tinggi disebabkan karena faktor genetik atau faktor gaya hidup. Sebagai pencegahan terjadinya tekanan darah tinggi yaitu dengan mengubah gaya hidup, diantaranya dengan mengurangi konsumsi garam, menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan, dan menjaga berat badan tetap ideal. Tekanan darah yang dianjurkan yaitu pada angka 120/80 mmHg [4, 7].
Pasien diabetes mellitus tipe 2 memiliki kemungkinan mengalami stroke 2 hingga 4 kali lebih tinggi. Apabila tidak ditangani dengan baik, diabetes mellitus dapat memicu terbentuknya penumpukan lemak atau penyumbatan pembuluh darah[5].
Pada individu dengan diabetes mellitus, penting untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin mengkonsumsi obat yang telah diresepkan serta diimbangi dengan konsumsi makanan sehat dan berolahraga untuk menjaga kadar gula darah pada angka normal [6, 8].
Hampir seluruh penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan total kolesterol merupakan faktor terjadinya stroke[4].
Sumbatan yang diakibatkan oleh kolesterol pada pembuluh darah arteri dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke [5].
Oleh karena itu, penting untuk selalu memastikan lemak dan kolesterol berada pada kadar normal, yaitu pada[5]:
Untuk mendapatkan kadar kolesterol yang normal dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan beragam, dan melakukan aktivitas fisik yang rutin. Apabila kedua hal tersebut sudah tidak cukup untuk menjaga kadar kolesterol normal, dapat dilakukan dengan mengkonsumsi bantuan obat [5].
Individu dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang lebih sehat seperti dengan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, makanan berserat, makanan dengan kandungan asam lemak omega seperti terdapat pada diet mediterranean diketahui memiliki resiko penyakit kardiovaskular dan stroke yang lebih rendah[3].
Mengurangi asupan natrium dan meningkatkan asupan potasium, mengurangi konsumsi sugar sweetened beverage (minuman bersoda, minuman olahraga, minuman elektrolit, minuman berperisa buah, dll), mengkonsumsi produk rendah lemak dari susu dan olahannya[3].
Sealin itu, dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayur juga disarankan untuk dapat menurunkan tekanan darah tinggi yang kemungkinan besar juga dapat menurunkan resiko terjadinya stroke [4].
Konsumsi ikan secara rutin dapat mengurangi resiko stroke, berlainan dengan konsumsi rutin daging-dagingan yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian stroke[8].
Kebiasaan konsumsi teh dan kopi yang tidak berlebihan (3 sampai 4 cangkir) juga dapat menurunkan resiko stroke dibandingkan pada individu yang tidak mengkonsumsinya, hal ini kemungkinan dikarenakan kandungan antioksidan pada teh atau kopi yang dapat meningkatkan fungsi endotelial[8].
Meningkatkan konsumsi buah dan sayur (lebih dari 5 sajian per hari) juga terbukti dapat mengurangi risiko kejadian stroke [8].
Penurunan berat badan pada individu obesitas dapat menurunkan resiko stroke dan juga resiko penyakit lain seperti infark miokardial, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi berat badan akibat obesitas yaitu dengan perubahan kebiasaan atau gaya hidup yang didalamnya termasuk menjaga pola makan dan rutin berolahraga [4].
Aktivitas fisik banyak dikaitkan dengan kejadian stroke berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan. Berolahraga secara rutin akan berperan dalam penurunan berat badan dan menurunkan tekanan darah[4].
Pada orang dewasa, aktivitas fisik yang disarankan yaitu setidaknya olahraga aerobik tingkat sedang selama 40 menit dan dilakukan tiga sampai empat kali dalam satu minggu[6].
Meningkatkan aktivitas fisik dapat dimulai dengan hal-hal kecil seperti lebih memilih untuk menaiki tangga dibandingkan lift atau berjalan-jalan ketika pagi hari. Berolahraga secara teratur dapat menurunkan risiko kejadian stroke hingga 30% [8].
kebiasaan merokok merupakan salah satu penyebab stroke yang dapat diubah. Pada studi terbaru, perokok pasif juga dikaitkan sebagai penyebab terjadinya stroke[4].
Kebiasaan merokok dapat mengentalkan darah yang selanjutnya dapat menambah plak yang terbentuk pada pembuluh darah arteri[6].
Resiko stroke menurun hingga 50% setelah seseorang berhenti merokok selama satu tahun dan faktor resiko dapat dianggap setara dengang individu yang bukan perokok setelah berhenti merokok selama 5 tahun [8].
1) Walter Johnson, Oyere Onuma, & Mayowa Owalabi, dan Sonal Sachdev. ncbi.nlm.nih.gov. Stroke: a global response is needed. 2016
2) Michael Dansinger. Webmd.com. The Link Between Stroke and Diabetes. 2021
3) Jeyaraj Pandian, Seana Gall, Mahesh Kate, Gisele Silvia, Rufus Akinyemi, Bruce Ovbiagele, Pablo Lavados, Darcos Gandhi, & Amanda Thrift. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Prevention of stroke: a global perspective. 2018
4) Fan Caprio & Farzaneh Sorond. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Primary and Secondary Stroke Prevention. 2018
5) Regina Wheeler, Review James Beckerman. Webmd.com. What Can Help Prevent a Stroke? 2021
6) Anonim. Health.harvard.edu. 7 things you can do to prevent a stroke. 2020
7) J. David Spence. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Stroke Prevention. 2020
8) Hakan Sarikaya, Jose Ferro, & Marcel arnold. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Stroke Prevention - Medical and Lifestyle Measure. 2015