Anak pilih-pilih makanan mungkin merupakan hal biasa namun cukup membuat kesal dan khawatir para orang tua.
50% orang tua di seluruh dunia memiliki masalah ini, di mana anak balita atau anak usia prasekolah seringkali menjadi pemilih-milih makanan [1].
Selain menjadi lebih sulit bagi orang tua dalam menyiapkan makanan bagi si kecil, asupan nutrisi yang tubuh anak terima pun dikhawatirkan tidak maksimal [1].
Untuk itu, beberapa cara mengatasi anak pilih-pilih makanan berikut kiranya dapat membantu para orang tua.
Daftar isi
Anak-anak yang menjadi pemilih dalam hal makanan biasanya terpengaruh dari orang tuanya yang juga merupakan pemilih makanan [2].
Menurut sebuah hasil studi, anak-anak usia balita cenderung terbuka terhadap jenis makanan apapun dan ingin mencoba makanan baru ketika orang-orang di sekitar mereka pun mengonsumsi makanan tersebut [2].
Hal ini juga dibuktikan oleh sebuah studi yang melibatkan 160 keluarga di mana orang tua yang mengonsumsi sayuran memiliki anak-anak yang juga akan mengonsumsi sayuran karena anak mengobservasi orang tuanya [3].
Anak sulit makan mungkin disebabkan oleh penampilan makanan yang kurang menarik dan kurang menggugah seleranya.
Tidak masalah jika para orang tua ingin memberikan makanan baru yang anak belum pernah coba, namun tak ada salahnya menjadi lebih kreatif dan bermain dengan warna [1].
Sajian warna-warni seperti merah, kuning dan hijau dari variasi buah dan sayur bisa membuat anak lebih mudah tergoda [1].
Coba tambahkan sayur-sayuran hijau, wortel, dan paprika pada menu sup atau pizza agar anak tertarik.
Para orang tua juga dapat membiarkan anak untuk makan bersama dengan anak-anak lain, khususnya teman-temannya [4].
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa asupan kalori anak meningkat ketika ia mengonsumsi makanan bersama teman-teman sebayanya [4].
Anak juga menjadi lebih mudah terbuka dan tertarik dengan makanan-makanan baru ketika bersama teman-temannya [4].
Anak menjadi sulit makan dan pilih-pilih makanan karena biasanya mereka sudah terbiasa dengan cemilan-cemilan tak sehat seperti permen, keripik kentang, minuman soda, dan junk food lainnya [5].
Memberi anak makanan-makanan ini sah-sah saja, asalkan tidak sepanjang waktu atau sewaktu-waktu ketika mereka meminta [5].
Pastikan mereka lebih banyak mengonsumsi makanan sehat, baik makanan besar maupun kudapan dan berikan permen, keripik maupun minuman soda sekali-kali [5].
Metode pemberian imbalan kepada anak agar mau makan makanan yang telah disiapkan memang banyak diterapkan oleh orang tua [1,2].
Namun, sebaiknya tidak menawari anak imbalan berupa makanan yang tidak sehat. Imbalan tidak harus dalam bentuk makanan, tapi juga bisa secara verbal, yaitu orang tua memberi pujian kepada anak karena mereka mau dan mampu menghabiskan makanan mereka [1,2].
Atau, bisa juga dengan memberikan waktu tambahan bermain, memberikan stiker lucu, atau alat tulis yang mereka suka sebagai imbalan [1,2].
Para orang tua sebaiknya tidak mudah menyerah dan berkecil hati ketika anak terlalu memilih-milih makanan, tetap perkenalkan makanan jenis-jenis baru kepada mereka.
Sebuah hasil studi menunjukkan bahwa anak-anak yang secara konsisten dikenalkan dengan makanan baru sebanyak 15 kali pada akhirnya bersedia mencoba makanan tersebut [6].
Membujuk bukan berarti memaksa, perkenalkan sedikit demi sedikit dan pelan-pelan agar anak perlahan tergerak untuk mencobanya.
Anak yang suka pilih-pilih makanan akan lebih sulit lagi untuk makan ketika terdistraksi oleh lingkungan sekitarnya, terutama jika di sekelilingnya ada televisi, mainan, smartphone, atau lainnya [7].
Pastikan orang tua secara disiplin meminta anak makan tanpa adanya distraksi dengan tidak memperbolehkan anak makan sambil menonton TV atau bermain games [7].
Tidak hanya warna dan rasa, anak akan lebih tertarik dengan makanan yang dihias dan dibentuk selucu mungkin [8].
Tak ada salahnya berkreasi untuk membuat bentuk atau hiasan pada makanan yang bervariasi setiap hari agar anak tidak bosan [8].
Dengan cara ini, biasanya anak akan makan lebih cepat dan lahap; sebab menurut para ahli, sebaiknya anak tidak makan lebih dari 30 menit [7].
Bila makan bersama-sama dengan anak, terutama anak yang memilih-milih makanan, pastikan orang tua memilih mengonsumsi makanan yang sama [9].
Agar anak mau makan makanan yang ia tidak terlalu suka, siapkan makanan atau masakan yang sama untuk satu keluarga [9].
Hindari membuatkan anak makanan yang berbeda walaupun anak sendiri yang meminta [9].
Salah satu yang paling penting adalah orang tua sebaiknya menetapkan jadwal makan anak secara konsisten dengan rentang waktu antar jam makan sesuai dengan keputusan setiap orang tua [7].
Konsistensi ini akan membuat anak lebih disiplin dalam hal makan; biasanya hal ini dapat membantu si kecil juga untuk tidak terlalu memilih makanan [7].
Walaupun anak menjadi pemilih-milih makanan adalah hal yang wajar, orang tua tetap perlu mewaspadai hal ini [7].
Jika anak mengalami diare, muntah-muntah, disfagia (kesulitan menelan), kesulitan mengunyah, sering menangis saat makan, pertumbuhan melambat, serta perilaku kecemasan dan agresif yang mengarah pada autisme, segera bawa anak ke dokter [7].
Para orang tua yang harus menghadapi anak pilih-pilih makanan, jangan terburu cemas karena berbagai cara mengatasi anak-anak pilih-pilih makanan di atas dapat coba diterapkan.
Namun jika cara-cara tersebut kurang efektif dan anak mengalami gejala-gejala yang tampak kurang normal, secepatnya periksakan ke dokter untuk mendapat bantuan medis.
1. Kathryn Walton, Leon Kuczynski, Emma Haycraft, Andrea Breen & Jess Haines. Time to re-think picky eating?: a relational approach to understanding picky eating. The International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity; 2017.
2. Jason Lam. Picky Eating in Children. Frontiers in Pediatrics; 2015.
3. Michelle Draxten, MPH, RD, Jayne A. Fulkerson, PhD, Sarah Friend, MPH, RD, Colleen F. Flattum, MS, RD, & Robin Schow, MPH. Parental role modeling of fruits and vegetables at meals and snacks is associated with children’s adequate consumption. HHS Public Access; 2015.
4. Stéphanie A. Ward, Mathieu F. Bélanger, Denise Donovan, & Natalie Carrier. Relationship between eating behaviors and physical activity of preschoolers and their peers: a systematic review. The International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity; 2016.
5. Rachel E. Blaine, Alexandria Kachurak, Kirsten K. Davison, Rachel Klabunde, & Jennifer Orlet Fisher. Food parenting and child snacking: a systematic review. The International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity; 2017.
6. Betty Ruth Carruth, Paula J Ziegler, Anne Gordon, & Susan I Barr. Prevalence of picky eaters among infants and toddlers and their caregivers' decisions about offering a new food. Journal of the American Dietetic Association; 2014.
7. Christina Ong, MBBS, FRCPCH, Kar Yin Phuah, BSc Hons, ADS, Endrina Salazar, MBBS, MMed, & Choon How How, MMed, FCFP. Managing the ‘picky eater’ dilemma. Singapore Medical Journal; 2014.
8. Rachael Burgess. How to Deal with Picky Eaters. Rachael Burgess; 2019.
9. Sarah DiGiulio. What makes kids picky eaters — and what may help them get over it. NBC News; 2018.