Autisme: Penyebab – Gejala dan Cara Menangani

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Autisme?

Autisme adalah gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun yang berupa gangguan interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang. [1, 2, 3]

Anak yang menderita autisme termasuk salah satu jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengalami gangguan neurobiologis dengan adanya hambatan fungsi saraf otak yang berhubungan dengan fungsi komunikasi, motorik sosial, dan perhatian. Hambatan yang dialami berupa gangguan perkembangan saraf otak dan perilaku yang muncul pada tiga tahun pertama usia anak.[1,2,3]

Orang dengan autisme mungkin mengalami masalah dalam belajar. Namun mereka memiliki keahlian lain. Misalnya, mereka mungkin mengalami kesulitan berkomunikasi tetapi sangat ahli dalam seni, musik, matematika, atau memori. Karena itu, mereka mungkin berhasil dengan sangat baik pada tes analisis atau pemecahan masalah. [3]

Fakta-Fakta Autisme

Berikut merupakan fakta-fakta mengenai Autisme:[1,2,3]

  • Anak laki-laki cenderung menderita autisme dengan perbandingan 4:1
  • Gejala autisme biasanya terjadi pada usia di bawah 3 tahun
  • Sebanyak 50% dari idiot savants (retardasi mental yang menunjukkan kemampuan luar biasa) adalah penyandang autisme
  • Vaksinasi tidak menyebabkan autisme
  • Autisme tidak bisa disembuhkan namun bisa ditangani dengan terapi
  • Anak-anak yang lahir dari orang tua yang lebih tua berisiko lebih besar mengalami autisme.

Jenis-Jenis Gangguan Autisme

Autisme merupakan spektrum gangguan perkembangan pada anak, berikut adalah macam-macam gangguan autisme: [1]

  • Gangguan Autistik (biasa disebut autis)

Penyandangnya memilki masalah interaksi sosial, komunikasi, dan imajinasi.

Anak-anak Asperger sering kali merupakan anak-anak yang luar biasa cerdas. Mereka menggunakan dan mengerti perbendaharaan kata secara luas, tetapi mereka memiliki minat yang sangat sempit dan menunjukkan banyak kekurangan dari segi sosial. Seorang anak dengan sindrom Asperger bisa sangat ahli mengenai mesin cuci, tapi mesin cuci adalah satu-satunya hal yang mau ia bicarakan.

  • Gangguan Perkembangan Menurun atau Nontipikal Autisme

Gangguan ini memiliki gejala yang menyerupai autistik namun perilaku yang ditunjukkan tidak serepetitif autistik. Gangguan ini biasanya terdeteksi saat anak berusia 4 tahun.

Sindrom ini hanya terjadi pada anak perempuan. Pada usia satu hingga empat tahun, terjadi perubahan cara berkomunikas yaitu dengan cara gerakan tangan yang diulang dan pergantian gerakan tangan.

  • Gangguan Disintegrasi Anak

Gangguan ini dialami anak-anak yang berkembang secara normal namun kemudian dengan cepat kehilangan banyak keterampilan sosial, bahasa, dan mental, biasanya antara usia 2 sampai 4 tahun. Seringkali, anak-anak ini juga mengalami gangguan kejang.

Penyebab Autisme

Berikut merupakan penyebab autisme pada anak:[1]

  • Genetik atau keturunan.
  • Kekurangan asupan nutrisi saat hamil.
  • Infeksi atau pendarahan saat hamil.
  • Tingginya kandungan dopamin dan serotonin dalam darah.
  • Keracunan logam berat.

Beberapa faktor mungkin berkontribusi pada autisme, termasuk gen yang dimiliki anak sejak lahir atau faktor lingkungan anak tersebut. Seorang anak memiliki risiko lebih besar mengalami autisme jika memiliki anggota keluarga yang juga mengidap autisme. Penelitian telah menunjukkan bahwa hal itu tidak disebabkan oleh pola asuh yang buruk, dan bukan disebabkan oleh vaksin. [4, 5]

Gejala Autisme

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah mengidentifikasi kemungkinan tanda bahaya untuk gangguan spektrum autisme pada anak-anak, termasuk:[5]

  • Tidak menanggapi namanya pada usia 12 bulan.
  • Tidak menunjuk pada objek untuk menunjukkan minat selama 14 bulan.
  • Menghindari kontak mata atau lebih memilih menyendiri.
  • Marah karena hal kecil.
  • Mengepakkan tangan, mengayunkan tubuh, atau berputar-putar.
  • Memiliki reaksi yang tidak biasa dan terkadang intens terhadap cara mencium, rasa, rasa, dan/atau tampilan.

Jika ada kekhawatiran kuat bahwa anak Anda menunjukkan kemungkinan tanda-tanda autisme, maka evaluasi diagnostik harus dilakukan. Hal ini biasanya melibatkan wawancara dan tes berbasis permainan dengan anak Anda yang dilakukan oleh psikolog, dokter anak perkembangan-perilaku, psikiater anak atau penyedia lainnya. [5]

Faktor Risiko Autisme

Gangguan spektrum autisme memengaruhi anak-anak tanpa memandang ras dan kebangsaan, berikut adalah faktor risiko anak mengalami autisme:[4]

  • Jenis kelamin anak. Anak laki-laki lebih berisiko terkena autisme daripada anak perempuan dengan perbandingan kemungkinan 4:1.
  • Riwayat penyakit keluarga. Keluarga yang memiliki satu anak dengan gangguan spektrum autisme memiliki peningkatan risiko memiliki anak lagi dengan gangguan tersebut.
  • Penyakit lainnya. Anak-anak dengan kondisi medis tertentu memiliki risiko gangguan spektrum autisme atau gejala mirip autisme yang lebih tinggi dari biasanya.
  • Bayi yang terlahir prematur. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 26 minggu memiliki risiko lebih besar mengalami autisme.
  • Usia orang tua saat kehamilan. Ibu hamil di usia yang tidak lagi muda dan ayah yang berusia lanjut cenderung melahirkan anak autisme.

Diagnosis Anak Autisme

Autisme dapat didiagnosis dengan mengamati karakteristik anak menurut DSM-IV. Berikut merupakan karakteristik anak autisme yang dijadikan panduan diagnosis: [1]

1. Gangguan Kualitatif dalam Interaksi Sosial

  • Tidak bisa bermain dengan teman seumurannya.
  • Tidak dapat merasakan empati sepeerti apa yang dirasakan orang lain.
  • Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang saling berkaitan.

2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi

  • Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak memiliki perkembangan dalam komunikasi (dan tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
  • Sering mengalami kesulitan menggunakan bahasa dalam konteks yang sesuai dan mengulang kata-kata.
  • Kesulitan dalam berkomunikasi karena tidak tahu kapan giliran berbicara.
  • Kesulitan dalam mengekspresikan emosi melalui nada suara.
  • Karakteristik dalam perilaku dan pola bermain.
  • Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
  • Menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.
  • Minatnya terbatas dan diulang-ulang.
  • Hiperaktif atau hipoaktif.

3. Gangguan Pemusatan Perhatian

  • Impulsifitas.
  • Koordinasi motorik terganggu.
  • Kesulitan dalam melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari.

Cara Menangani Autisme

Autisme dapat ditangani dengan memberikan pendidikan khusus, antara lain:[1]

  • Kelas Transisi

Kelas yang diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi dan memerlukan layanan khusus sesuai dengan kebutuhan anak.

  • Program Pendidikan Terpadu

Dilaksanakan di sekolah regular. Anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain yang diperlukan. Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung kemampuan masing-masing anak.

  • Program Pendidikan Inklusi

Dilaksanakan oleh sekolah regular yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik dan sudah memenuhi persyaratan tertentu

  • Sekolah Khusus Anak Autistik

Sekolah ini diperuntukkan untuk anak autistik yang sangat sulit berkonsentrasi

  • Program Sekolah di Rumah

diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasan seperti mental retardasi, gangguan motorik, serta gangguan auditori yang serius.

Selain pendidikan khusus, autisme dapat ditangani dengan terapi: [1]

  • Terapi Perilaku

Terapi yang dilakukan untuk mendidik dan mengembangkan kapasitas tingkah laku anak yang mengalaimi keterlambatan dan untuk mengurangi perilaku-perilaku yang tidak wajar lalu menggantikannya dengan perilaku yang bisa diterima dalam masyarakat.

Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan yang ada. Terapi ini umumnya mememperlihatkan hasil yang cukup signifikan bila telah dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.

  • Terapi Wicara (speech therapy)

Terapi wicara (speech therapy) adalah terapi yang harus dilakukan, karena anak autistik mengalami keterlambatan dalam bicara dan kesulitan berbahasa. Terapi ini bertujuan adalah untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik. Hampir semua anak dengan autisme mengalami kesulitan dalam bicara maupun berbahasa.

  • Terapi Okupasi

Terapi okupasi dilakukan untuk melatih motorik halus anak. Pada dasarnya hampir kebanyakan anak penderita autisme memiliki keterlambatan dalam perkembangan motorik halus, seperti kesulitan memegang sesuatu.

Pencegahan Autisme

Autisme dapat dicegah sebelum atau saat kehamilan, dengan cara:[4]

  • Menerapkan pola hidup sehat dengan konsumsi gizi seimbang.
  • Tidak mengonsumsi obat-obatan, khususnya obat anti-seizure.
  • Tidak meminum minuman beralkohol.
  • Melakukan vaksinasi campak rubella sebelum hamil.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment