Anyang-anyangan merupakan istilah yang sering kita dengar di masyarakat Indonesia yang mungkin sudah didengar sejak zaman nenek moyang. Masyarakat menyebut anyang-anyangan ketika mengalami keluhan seperti buang air kecil yang sering dan disertai dengan rasa nyeri saat buang air kecil.[1]
Gejala dan manifestasi klinis dari infeksi saluran kemih ini diantaranya yaitu polakisuria (kecenderungan sering buang air kecil), dysuria (nyeri pada saat buang air kecil), sakit perut, sakit pinggang, hematuria, bahkan hingga demam.[4] Infeksi saluran kemih (ISK) ini lebih sering dijumpai pada wanita dibandingkan pria.[5]
Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa wanita dewasa 30 kali lebih sering mengalami infeksi saluran kemih (ISK) dibandingkan pria dan mengalami setidaknya satu episode infeksi saluran kemih (ISK) dalam hidupnya. Dalam penelitian di jurnal tersebut juga dilaporkan bahwa satu dari tiga wanita mengalami infeksi saluran kemih (ISK) pertama pada usia 24 tahun.[5]
Hal tersebut dikarenakan struktur anatomi uretra pada wanita lebih pendek dibandingkan pada pria, sehingga apabila ada infeksi akan lebih mudah berproliferasi ke dalam kandung kemih.[6] Berikut beberapa cara dalam mengatasi sekaligus pencegahan anyang-anyangan terutama pada wanita :
Daftar isi
Jika ditinjau dari etiologinya yaitu adanya infeksi bakteri, cara pertama dan utama dalam mengatasi anyang-anyangan ini adalah dengan mengkonsumsi antibiotik yang diresepkan oleh Dokter.[7] Selain antibiotik, apabila pasien mengalami gejala severe dysuria, Dokter juga dapat meresepkan obat analgesik, contohnya yaitu phenazopyridne.[8]
Cara kedua yang dapat dilakukan ini juga sekaligus untuk pencegahan anyang-anyangan. Apabila telah selesai buang air kecil, hendaknya mencuci tangan dengan sabun hingga bersih sebelum mengeringkan area genital. Hal ini bertujuan agar tangan berada dalam kondisi bersih saat mengeringkan area genital tersebut dan untuk meminimalisir kontaminasi bakteri.[7]
Air yang berada dalam bak atau ember, terutama di toilet atau wc tempat umum memiliki tingkat hygienitas yang rendah. Oleh karena itu, cara yang tepat dianjurkan untuk mengatasi anyang-anyangan sekaligus pencegahannya yaitu dengan menggunakan air yang mengalir ketika buang air kecil maupun buang air besar.[7]
Tissue memiliki tekstur yang lebih halus dan dapat menyerap dengan baik dibandingkan toilet paper yang memiliki tekstur sedikit kasar. Oleh karena itu, cara yang tepat dalam mengatasi anyang-anyangan terlebih apabila terdapa nyeri saat buang air kecil yaitu dengan menggunakan tissue yang dibawa sendiri [7].
Selain itu, penggunaan tissue juga dapat meminimalisir terjadinya infeksi trauma apabila digunakan untuk mengeringkan area genital. Tissue yang dibawa sendiri oleh masing-masing individu lebih higienis dibandingkan toilet paper yang berada pada toilet atau wc umum.[7]
Cara yang kelima ini dinilai memiliki peranan penting dalam mencegah anyang-anyangan serta dapat digunakan untuk mengatasi anyang – anyangan agar tidak bertambahnya kontaminasi bakteri. Ketika membersihkan area genital setelah buang air kecil, arah pergerakan satu arah ini dapat menghindari kontaminasi dan perpindahan bakteri menuju ke lubang vagina. Oleh karenanya, dianjurkan untuk membersihkan lubang vagina terlebih dahulu serta dalam gerakan satu arah dari depan ke belakang.[7]
Sabun yang digunakan untuk membersihkan area genital wanita harus dengan komposisi bahan kimia yang tidak toksik dan memiliki kadar pewangi yang minimal. Tujuannya agar dapat menjaga flora normal yang terdapat pada area tersebut sehingga mampu mencegah proliferasi bakteri penyebab infeksi. Selain itu, kandungan pewangi yang berlebih pada sabun pembersih juga dapat menyebabkan iritasi pada vagina.[7]
Selain keenam cara di atas, asupan makanan dan minuman sehari-hari juga berpengaruh dalam mengatasi anyang-anyangan. Modifikasi diet dinilai dapat membantu mengatasi anyang-anyangan. Beberapa modifikasi diet yang perlu dilakukan yaitu menghindari alkohol, caffeine, makanan pedas, dan makanan dengan tinggi kalium.[9]
Pada kondisi anyang-anyangan, pasien justru mengkonsumsi minum (air putih) lebih sedikit. Kenyataannya, hal tersebut seharusnya dihindari untuk mencegah peningkatan konsentrasi urine yang dapat menyebabkan urine semakin pekat [10].
Cara yang perlu dilakukan dalam mengatasi sekaligus mencegah anyang-anyangan yaitu dengan hidrasi atau minum air putih yang cukup. Cara ini dinilai dapat membantu mengatasi anyang-anyangan.[10] Minum air putih yang cukup juga dapat membantu mengencerkan urin yang kemudian akan meningkatkan frekuensi buang air kecil, akan tetapi hal ini justru baik karena memungkinkan bakteri untuk dikeluarkan dari saluran kemih.[11]
Bagaimana pandangan secara medis mengenai anyang-anyangan ini?
Dalam dunia medis, anyang-anyangan ini merupakan salah satu gejala atau manifestasi klinis dari suatu infeksi yang disebut infeksi saluran kemih (ISK) Uncomplicated Simple/Simple Uncomplicated Cystitis. Infeksi saluran kemih (ISK) Uncomplicated Simple merupakan infeksi pada lower urinary tract, tepatnya pada kandung kemih akibat adanya infeksi dan proliferasi mikroorganisme.[1]
Mikroorganisme yang paling sering menjadi penyebab ISK ini adalah bakteri Eschericia coli. Namun, ada beberapa bakteri lain diduga menjadi penyebab dari ISK seperti Proteus mirabilis, Klebsiella pneumoniae, dan Staphylococcus saprophyticus.[2]
Selain karena ada proliferasi bakteri, infeksi saluran kemih (ISK) juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut diantaranya yaitu jenis kelamin, usia, genetik, adanya penyakit diabetes melitus, pengaruh kebersihan badan masing-masing individu, pemakaian alat kontrasepsi, aktivitas seksual, serta bad habbit berupa menahan buang air kecil dan kurangnya konsumsi minum air putih.[3]
1. Duane S, Vellinga A, Murphy AW, Cormican M, Smyth A, Healy P, Moore M, Little P, dan Devane D. trialsjournal.biomedcentral.com. COSUTI: a protocol for the development of a core outcome set (COS) for interventions for the treatment of uncomplicated urinary tract infection (UTI) in adults. 2019
2. Rank EL, Lodise T, Avery L, Bankert E, Dobson E, Dumyati G, Hassett S, Keller M, Pearsall M, Lubowski T, dan Carreno JJ. ncbi.nlm.nih.gov. Antimicrobial susceptibility trends observed in urinary pathogens obtained from new york State. 2018
3. Komala, M., Bhowmik, D., dan Kumar, K.P.S. researchgate.net. Urinary tract infection: causes, symptoms, diagnosis and its management. 2013
4. Dilanchian, P.P. dan Hooton, T.M. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Diagnosis, treatment, and prevention of urinary tract infection. 2016
5. Heidar, N.F.A., Degheili, J.A., Yacoubian, A.A., dan Khauli, R.B. ncbi.nlm.nih.gov. Management of urinary tract infection in women: a practical approach for everyday practice. 2019
6. Tan, C.W. dan Chlebicki, M.P. ncbi.nlm.nih.gov. Urinary tract infections in adults. 2016
7. Li, R. dan Leslie, S.W. nhs.uk. Cystitis. 2021
8. Fulop, T. Medscape.com. Which medications in the drug class urinary analgesics are used in the treatment of acute pyelonephritis?. 2021
9. Michels, T.C. dan Sands, J.E. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Dysuria: evaluation and differential diagnosis in adults. 2015
10. Grady, D. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Drinking more water for prevention of recurrent cystitis. JAMA Intern Med. 2018
11. Vecchio, M., Iroz, A., dan Seksek, I. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Prevention of cystitis: travelling between the imaginary and reality. 2018.