Daftar isi
Cephalohematoma (CH) merupakan sekumpulan darah antara kulit kepala bayi dan tengkorak. Pembuluh darah yang rusak melepaskan sejumlah darah, lalu darah akan menjadi massa di bawah kulit kepala kepala. [1]
Pembuluh darah sering rusak selama persalinan dan melahirkan. Sebanyak 1-2 persen bayi yang baru lahir mengembangkan cephalohematoma selama atau setelah lahir, jadi cephalohematoma bukan kondisi yang jarang terjadi. [1]
Selain itu, cephalohematoma juga tidak berbahaya. Darah akan terkumpul di atas tengkorak, bukan di dalam tengkorak yang mana tidak akan memberikan pengaruh pada otak. [1]
Gejala cephalohematoma yang paling umum terjadi yaitu tonjolan lembut atau benjolan di bagian belakang kepala bayi Anda. [2]
Pada umumnya, tidak akan ada memar, luka, atau kemerahan di sekitar tonjolan. [2]
Cephalohematoma memiliki beragam ukuran dan dapat terlihat atau tidak terlalu jelas. Awalnya, benjolan akan terasa lembut, tetatpi saat darah yang terkumpul mulai mengeras, maka akan terasa lebih keras dan lebih padat. [2]
Setelah beberapa minggu, tonjolan akan mulai menyusut. Dalam kebanyakan kasus, bagian tengah tonjolan akan menghilang sebelum bagian tepi luar terlihat seperti kawah. [2]
Hal tersebut menjadi tanda bahwa proses penyembuhan berjalan dengan baik. Selain tonjolan, bayi yang terkena cephalohematoma kemungkinan disebabkan oleh gejala dari dalam. [2]
Berikut ini terdapat beberapa gejala cephalohematoma, yaitu [2]:
Cephalohematoma biasanya akan terjadi selama proses persalinan atau melahirkan. Tetapi, pembentukan cephalohematoma akan memakan banyak waktu atau hari setelah bayi lahir. [2]
Tekanan kuat atau trauma pada kepala bayi selama persalinan atau melahirkan dapat menyebabkan pembuluh darah halus di kulit kepala menjadi robek, hal ini menyebabkan cephalohematoma. [2]
Penyebab secara tepat pada kepala yang mengalami trauma selama melahirkan dapat menyebabkan cephalohematoma yang beragam. [2]
Salah satu penyebab yang umum terjadi yaitu ketika kepala bayi memukul tulang panggul ibu saat sedang melewati jalan lahir. [2]
Ketika hal itu terjadi, kekuatan dari kontraksi akan mendorong kepala bayi hingga menemukan jalan melalui jalan lahir. [2]
Penyebab umum lainnya dari trauma kepala persalinan yaitu penggunaan alat bantu kelahiran seperti ekstraktor vakum dan forsep obstetrik. [2]
Alat kesehatan tersebut akan digunakan ketika rahim ibu yang kontraksi tidak memiliki cukup dorongan pada bayi melalui jalan lahir. [2]
Dokter yang berada di ruang persalinan akan menggunakan alat kesehatan untuk mencengkeram kepala bayi dan alat tersebut dapat menyebabkan kekuatan yang cukup untuk memecahkan pembuluh darah di kepala bayi. [2]
Terdapat faktor risiko yang akan berkembang pada bayi yang memiliki cephalohematoma. Salah satu faktor risiko yang paling umum terjadi pada bayi yang terkena cephalohematoma menggunakan ekstraktor vakum atau forsep saat melahirkan. [3]
Berikut ini terdapat faktor risiko cephalohematoma, yaitu [3]:
Berikut ini terdapat komplikasi cephalohematoma, antara lain [3]:
Anemia adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh kekurangan sel darah merah. Sebab cephalohematoma yang terjadi pada bayi yang baru lahir akan menyebabkan pengumpulan darah, anemia dapat terjadi akibat kehilangan darah.
Jika cephalohematoma pada bayi baru lahir tidak akan menghilang setelah sekitar satu bulan, tetapi cephalohematoma akan menjadi kalsifikasi.
Kalsifikasi adalah ketika timbunan tulang terbentuk dan mengeras di sekitar genangan darah. Hal ini cukup jarang terjadi, kalsifikasi cephalohematoma dapat menyebabkan deformitas atau kelainan bentuk tengkorak yang serius.
Komplikasi yang lebih umum terjadi akan cephalohematoma pada bayi yang baru lahir adalah fraktur tengkorak.
Meskipun fraktur dapat terjadi sekitar 25% kasus, biasanya fraktur tengkorak tidak terlalu serius dan sering sembuh tanpa adanya campur tangan medis secara signifikan.
Komplikasi yang paling berbahaya dari cephalohematoma pada bayi yang baru lahir yaitu infeksi. Infeksi dapat memulai genangan darah dan menyebabkan infeksi sistemik yang serius, seperti sepsis atau meningitis.
Jenis infeksi sistemik yang cukup serius tersebut memiliki tingkat kematian yang tinggi pada bayi, sehingga bayi harus segera mendapatkan diagnosis dari dokter.
Penyakit kuning dapat terjadi ketika ada kelebihan bilirubin. Bilirubin merupakan limbah kimia yang dibuat oleh daur ulang sel-sel darah.
Bilirubin biasanya dibuang melalui hati dan melalui urine. Bayi dengan penyakit kuning biasanya memiliki warna kekuningan pada kulit dan mata mereka.
Penyakit kuning yang tidak diobati akan menyebabkan kernikterus. Kernikterus merupakan kondisi yang serius, karena dapat menyebabkan kerusakan otak dan menyebabkan kematian.
Dalam kebanyakan kasus, seorang bayi tidak mendapatkan pengobatan untuk cephalohematoma. Hal ini dikarenakan cedera yang terjadi akan sembuh dengan sendirinya. [1]
Anda aka melihat benjolan menghilang dalam beberapa minggu hingga beberapa bulan. Beberapa cedera akan membutuhkan waktu selama tiga bulan hingga sembuh secara menyeluruh. [1]
Dalam kasus yang jarang terjadi, dokter akan melakukan penyedotan pada genangan darah. Namun, hal tersebut tidak selalu diperlukan dan dapat meningkatkan risiko infeksi dan abses pada bayi. [1]
Berikut ini terdapat kemungkinan komplikasi cephalohematoma serta pengobatannya, yaitu [3]:
Dengan melakukan pengobatan, cephalohematoma pada umumnya tidak menyebabkan permasalahan pada bayi. Konsultasi dengan dokter Anda mengenai intruksi yang lebih spesifik untuk penyembuhan cephalohematoma pada bayi. [3]
1. Seunggu Han, M.D., & Kimberly Holland. Cephalohematoma (CH): What Is It and What Does It Mean for Your Baby?. Healthline; 2017.
2. Dan Brennan, MD. What Is Newborn Cephalohematoma?. WebMD; 2021.
3. Birth Injury Support Team. Newborn Cephalohematoma. Child Birth Injuries; 2021.