Makanan, Minuman dan Herbal

Cingam: Manfaat – Efek Samping dan Cara Penggunaan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Cingam (Scyphiphora hydrophyllacea) atau yang dikenal dengan nama lokal berupa “duduk” merupakan jenis tanaman mangrove yang tergolong ke dalam Famili Rubiaceae.[1] Tanaman cingam ini cukup langka dan hanya dapat ditemukan di wilayah berlumpur, pasir, berkarang, dan tepian habitat mangrove.

Fakta Tentang Cingam

Wilayah asli persebaran tanaman cingam ini ialah mulai dari pantai-pantai India dan Srilangka, lalu terus ke bagian timur dan selatan seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Hainan, Malaysia, Singapura, Brunei, seluruh Indonesia, Filipina, Papua Nugini, terus ke timur hingga Kaledonia Baru, ke selatan hingga Australia tropis, dan ke utara hingga Palau dan Kepulauan Solomon.[5,7]

Penyebutan nama tanaman cingam ini cukup beragam di berbagai daerah, di Lampung disebut duduk perempua, di pulau Jawa disebut duduk rayap, sedangkan di daerah Karimunjawa disebut duduk rambat.[4] Selain itu, ada beberapa daerah di Indonesia yang menyebutnya sebagai perepat lanan.[6]

Tanaman cingam ini seringkali disebut sebagai teruntum (Lumnitzera) karena kemiripannya dengan tanaman tersebut. Kalau tanaman cingam sedang tidak berbunga sangat mirip secara tampilan dan bentuknya dengan teruntum. Perbedaannya hanyalah saat tanaman cingam berbunga dan teruntum memiliki duduk daun yang menyebar dalam spiral.[6]

Karakteristik Tanaman Cingam

Tanaman cingam ini menyerupai tanaman semak perdu yang tumbuh rendah di permukaan tanah, dan tumbuh secara tegak ataupun condong. Tanaman cingam ini dapat tumbuh hingga ketinggian maksimal 3 m. Pepagan tanaman cingam kasar dan berwarna cokelat, serta memiliki pucuk muda dengan resin.

Bunga pada tanaman cingam berwarna putih dan hampir tak memiliki tangkai serta memiliki kelamin ganda (hermaprodit). Bunga tanaman cingam mekar di sepanjang tahun, kemungkinan hasil dari penyerbukan sendiri atau dibantu oleh serangga. Nektar tanaman cingam diproduksi oleh cakram kelenjar yang terdapat pada pangkal mahkota bunga.

Tanaman cingam memiliki ketahanan yang rendah terhadap air tawar, maka dari itu tanaman cingam tumbuh pada daerah yang tergenang pasang surut.

Kandungan Gizi Cingam

Berikut senyawa yang terkandung tanaman cingam (Scyphiphora hydrophylacea) segar.

  • Flavonoid
  • Alkaloid
  • Saponin
  • Tannin

Tanaman cingam kaya akan senyawa flavonoid dan alkaloid, khususnya pada bagian daun. Memang senyawa flavonoid terdapat sangat banyak pada tanaman mangrove jenis apapun.

Flavonoid dan alkaloid berperan sebagai zat anti oksidan, anti mikroba, anti kanker menjaga kesehatan sel dan menangkal radikal bebas. Selain itu flavonoid juga berperan dalam membantu mengobati alergi, infeksi virus, arthritis, dan kondisi peradangan tertentu.[1]

Sudah menjadi sifat alami saponin sebagai zat anti bakteri, anti jamur, anti virus yang bila dikonsumsi oleh manusia akan baik untuk tubuhnya. Karena saponin akan berperan meningkatkan imun tubuh untuk bakteri, virus, jamur yang akan menginfeksi manusia.

Saponin juga berperan sebagai zat antioksidan dan penangkal radikal bebas yang masuk untuk merusak sel atau jaringan yang tubuh, karena sifatnya tersebut saponin juga dipakai sebagai senyawa bahan dasar pembuatan vaksin.[8]

Senyawa tannin terdapat pada bagian kulit, daun, akar, dan batang tanaman cingam. Dalam dunia medis tannin berfungsi sebagai zat antioksidan untuk menangkal radikal bebas.

Tanin juga nantinya akan teroksidasi menjadi asam tanat yang berfungsi membekukan protein negatif pada mukosa lambung.[1,8]

Manfaat Cingam

Terdapat beragam manfaat atau kegunaan dari tanaman cingam, antara lain:

1. Sebagai penghasil kayu yang kuat

Sudah menjadi sifat alami tanaman cingam memiliki kayu yang kuat berwarna cokelat tua dan berserat halus. Kayu dari tanaman cingam ini tergolong cukup berat karena densitasnya 800-910 kg/m³ pada kadar air 15%.

Kayu dari tanaman cingam ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan contohnya sebagai kayu bakar, perabot rumah tangga, furnitur serta mebel seperti kursi, meja, dan lain sebagainya.

Kayu yang dihasilkan akan lebih awet dan tahan lama jika terhindar dari dari perubahan iklim, pergantian cuaca dan juga bersentuhan dengan tanah.[6]

2. Kaya akan senyawa antioksidan

Tanaman cingam mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat meningkatkan aktivitas antioksidan di dalam tubuh. Dengan begitu berbagai radikal bebas dapat dicegah untuk masuk merusak sel atau jaringan di dalam tubuh.[1]

Selain itu, tanaman cingam yang kaya akan antioksidan juga dapat melindungi kerusakan hati yang disebabkan oleh radikal bebas atau racun yang masuk ke dalam hati.

Antioksidan yang terkandung dalam tanaman cingam juga mampu mencegah penuaan dini, menjaga kesehatan kulit, meningkatkan kekebalan tubuh dan menjaga stamina tubuh.[1,3,8]

3. Sebagai senyawa anti-karsinogenik

Tanaman cingam mengandung senyawa bersifat cytotoxic yang mana ekstrak dari senyawa ini merupakan sumber yang baik untuk isolasi senyawa anti-karsinogenik atau anti kanker. Maka dari itu para peneliti terus mengembangkan senyawa kimia yang terkandung pada tanaman cingam.

Pengobatan kanker menggunakan tanaman alternatif dianggap lebih terjangkau dan terbukti memberikan efek penyembuhan. Tanaman cingam menjadi salah satu tanaman alternatif efektif sebagai agen anti kanker adalah tanaman cingam[1].

4. Mencegah pertumbuhan kanker dan tumor

Tanaman cingam mengandung flavonoid yang berperan sebagai senyawa anti kanker dan tumor dalam tubuh. Senyawa ini dapat mengatasi kerusakan jaringan yang disebabkan oleh sel kanker dan sel tumor serta berperan aktif dalam melawannya. Flavonoid juga berperan dalam menghambat pertumbuhan dari kanker, salah satunya ada kanker payudara[1].

5. Mengatasi masalah ginjal dan hati

Dalam tanaman cingam terdapat sifat diuretik dan anti radang. Tanaman cingam mampu mengatasi gangguan ginjal seperti masalah buang air kecil karena bunga ini memiliki sifat diuretik dan anti radang yang berperan aktif untuk melindungi ginjal.

Kandungan flavonoid dan alkaloid dalam tanaman cingam juga dapat mengurangi kadar alkohol serta lemak jahat yang dapat merusak dan menyebabkan penyakit pada hati seperti sirosis[1,7].

6. Mengobati luka pada lambung

Tukak lambung adalah keadaan dinding dalam lambung yang terluka. Penyebab tukak lambung adalah stres, peningkatan asam lambung dan atau infeksi bakteri yang terdapat di lambung.

Ekstrak dari tanaman cingam mengandung senyawa alkaloid, saponin, flavonoid dan tannin. Senyawa-senyawa tersebut berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen, mengurangi produksi asam lambung, serta mempercepat proses penyembuhan luka[7].

7. Membantu mengatasi diabetes

Kandungan flavonoid dan alkaloid dalam tanaman cingam membuatnya dapat menurunkan enzim trigliserida dan kadar gula dalam darah serta mampu meningkatkan produksi insulin bagi penderita diabetes[9].

8. Sebagai anti jamur

Seperti tanaman mangrove lainnya, ekstrak akar tanaman cingam mengandung senyawa kumarin dan sesquiterpenoids. Senyawa tersebut terbukti mampu mencegah pertumbuhan jamur parasit dalam tubuh dengan cara merusak enzim dalam tubuh jamur[10].

9. Sebagai obat pereda nyeri/analgesik

Kandungan polifenol dalam ekstrak daun tanaman cingam dapat bermanfaat sebagai anti peradangan dan anti nyeri. Kandungan lain seperti flavonoid dan tanin merupakan agen yang menurunkan kepekaan syaraf terhadap rasa nyeri.

Penggunaan obat analgesik sintetik dapat mengurangi rasa sakit tersebut, namun penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping seperti gangguan pada organ hati dan ginjal. Sedangkan penggunaan ekstrak daun tanaman cingam sebagai obat herbal memiliki efek samping yang lebih ringan dibandingkan dengan obat analgesik sintetik[9].

Efek Samping Cingam

1. Semakin sering digunakan maka efeknya akan semakin berkurang

Kandungan flavonoid yang terdapat pada tanaman cingam jika terlalu sering dikonsumsi oleh tubuh, maka khasiatnya akan mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan kandungan senyawa anti-bakteri yang terdapat pada tanaman cingam bersifat memberi resistensi pada bakteri itu sendiri.[10]

2. Menyebabkan iritasi

Karena tanaman cingam menyerap unsur hara dari air tanah disekitarnya, maka bukan tidak mungkin beberapa spesies tanaman cingam yang tumbuh di daerah pesisir akan mengandung sedikit kandungan zat beracun seperti resin, merkuri, dan lain sebagainya.

Karena ada wilayah pesisir pantai yang terekspos pada limbah beracun dan senyawa berbahaya lainnya. Resin dan merkuri dapat menyebabkan rasa gatal atau iritasi pada kulit manusia.[11]

3. Menyebabkan perubahan sel

Tanaman cingam bagian daun, batang dan bijinya kaya akan senyawa polifenol dan flavonoid. Kedua senyawa tersebut jika dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan perubahan gen sel dan malah memicu terbentuknya sel kanker.[1,3]

Cara Penggunaan Cingam

  • Membuat pasta dari daun tanaman cingam

Daun-daun tanaman cingam yang berwarna hijau segar dibersihkan dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran-kotorannya ataupun serangga yang masih menempel di daun. Kemudian daun-daun yang telah dibersihkan tersebut dimasukkan ke dalam mortar atau alat penggerus.

Daun tersebut kemudian digerus hingga hancur dan membentuk pasta. Lalu pasta tersebut dapat diaplikasikan pada area tubuh yang terkena luka goresan atau bagian tubuh yang gatal.[2,6]

  • Membuat seduhan daun tanaman cingam

Daun tanaman cingam dibersihkan terlebih dahulu dengan air mengalir kemudian daun tersebut dipotong menjadi bentuk kecil-kecil, lalu keringkan daun yang telah dipotong tersebut dibawah sinar matahari.

Setelah daun tersebut kering, kemudian dicacah menjadi bentuk yang lebih kecil lagi, lalu dimasukkan ke dalam panci yang berisi air mendidih. Cacahan daun tersebut direbus hingga 30 menit atau sampai warna air berubah menjadi coklat.

Air rebusan tersebut kemudian disaring menggunakan kasa untuk memisahkan air rebusan dengan ampas daun. Air rebusan dapat langsung dikonsumsi. Air rebusan daun tanaman cingam dapat digunakan untuk meringankan ataupun mengobati sakit perut ataupun diare.[2,6]

Disarankan untuk berkonsultasi pada ahli medis untuk menggunakan tanaman cingam pada kasus penyembuhan lebih lanjut.

Tips Penyimpanan Cingam

Daun, potongan cacahan kayu serta akar dari tanaman cingam segar yang sudah dipetik dibersihkan dengan air mengalir, lalu dijemur di tempat teduh hingga kering.

Ketiga bagian tanaman cingam kemudian dimasukkan dalam wadah kedap udara dan disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, atau dapat dimasukkan kedalam kulkas.

Pencucian berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran dan serangga yang masih melekat pada tanaman. Penjemuran dilakukan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung didalam tanaman.

Penghilangan kadar air bertujuan untuk mencegah proses pembusukkan dan perkembangan bakteri dan jamur (supaya lebih awet).[12]

Pada saat melakukan penyimpanan diusahakan agar kadar air yang terkandung pada bagian tanaman cingam sudah habis dan benar-benar kering.

Sebaiknya dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan ahli medis sebelum mengonsumsi tanaman cingam kecil yang telah disimpan untuk mencegah terjadinya efek samping yang tidak diinginkan pada tubuh.

1. Sameera R. Samarakoon, Chanthirika Shanmuganathan, Meran K. Ediriweera, Poorna Piyathilaka, Kamani H. Tennekoon, Ira Thabrew, Prasanna Galhena, and E Dilip De Silva. 13(Suppl 1):S76-S83. Anti-hepatocarcinogenic and Anti-oxidant Effects of Mangrove Plant Scyphiphora hydrophyllacea. Pharmacognosy Magazine. 2017.
2. Erizal Mukhtar, Febby Yulia Rahmi, Izil Okdianto, Wilson Novarino, Syamsuardi and Chairul. Ecological Study of Mangrove Forest in Mandeh Bay, West Sumatra, Indonesia: I. Structure and Composition of True Mangrove. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 8(2): 107-111. Padang; Department of Biology, Faculty of Science, Andalas University; 2017.
3. Zhang, Y., Zhang, J.-W., Yang, Y., Li, X.-N. Structural and Comparative Analysis of the Complete Chloroplast Genome of a Mangrove Plant: Scyphiphora hydrophyllacea Gaertn. f. and Related Rubiaceae Species. Forests; 2019, 10, 1000.
4. Heyne, K. 1988. Tumbuhan berguna Indonesia. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. http://catalog.hathitrust.org/api/volumes/oclc/21826488.html.
5. Tagane, S. & al. (2017). Bokor National Park A picture guide of forest trees in Cambodia 4: 1-774. Center for Asian Conservation Ecology, Kyushu University, Japan.
6. Eko Prianto, Rhomie Jhonnerie, Ramses Firdaus, Taufik Hidayat, dan Miswadi. Keanekaragaman Hayati dan Struktur Ekologi Mangrove Dewasa
di Kawasan Pesisir Kota Dumai - Propinsi Riau. 7(4): 327-332. Journal of Biological Diversity. Palembang; 2006.
7. Zeng YB, Mei WL, Zhao YX, Dai HF. Cytotoxic components from mangrove plant Scyphiphora hydrophyllacea. J Trop Subtrop Bot. 2007;15:249–52.
8. Tao SH, Gao GC, Qi SH, Li QX, Zhang S. 32(5):712-714. [Studies on the chemical constituents of Scyphiphora hydrophyllacea (II)]. Zhong yao cai = Zhongyaocai = Journal of Chinese Medicinal Materials. 2009.
9. Sachithanandam, V et al. “A Review on Antidiabetic Properties of Indian Mangrove Plants with Reference to Island Ecosystem.” Evidence-based complementary and alternative medicine : eCAM: 2019.
10. Mei, W. L., Zheng, B., Zhao, Y. X., Zhong, H. M., Chen, X. L., Zeng, Y. B., Dong, W. H., Huang, J. L., Proksch, P., & Dai, H. F. Meroterpenes from endophytic fungus A1 of mangrove plant Scyphiphora hydrophyllacea. Marine drugs, 10(9): 2012.
11. Zeng YB, Wang H, Zuo WJ, Zheng B, Yang T, Dai HF, Mei WL. 10(3):598-603. A fatty acid glycoside from a marine-derived fungus isolated from mangrove plant Scyphiphora hydrophyllacea. Marine Drugs: 2012.
12. Karin Kraft, M.D. and Christopher Hobbs, L.Ac., A.H.G. Pocket Guideto Herbal Medicine 1st Edition. Georg Thieme Verlag Publisher; 2004.

Share