Anak autis tidak selalu terlihat berbeda dibandingkan anak lain. Autisme bukan suatu penyakit, tapi dapat membawa dampak signifikan karena dapat mempengaruhi cara anak memahami dunia[1, 2].
Anak autis dapat menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan seperti cahaya, suara, dan rasa. Anak autis dapat bertindak, berkomunikasi, berinteraksi dan belajar dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang[1, 2].
Autisme dapat menimbulkan karakter yang berbeda pada masing-masing anak. Sehingga setiap anak autis memiliki ciri unik yang berbeda dari anak autis lain. Meski demikian, terdapat beberapa ciri umum yang sering dimiliki anak autis[3, 4].
Anak autis dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Daftar isi
Semua anak dengan spektrum autisme mengalami beberapa gangguan komunikasi sosial, seperti[1, 4, 5]:
Anak autis sering kali tidak melakukan kontak mata atau melakukan sedikit kontak mata dan mengalihkannya dari orang yang diajak bicara. Situasi ini dapat terjadi pada berbagai bentuk, misalnya anak dapat tiba-tiba melakukan kontak mata yang tidak terduga kemudian tiba-tiba menghentikannya.
Anak autis jarang menggunakan mimik untuk mengekspresikan diri atau tidak dapat mengekspresikan diri saat bicara. Anak tidak dapat menunjukkan ekspresi wajah seperti senang, sedih, marah, dan terkejut hingga menjelang usia 9 bulan.
Mereka juga jarang atau tidak menggunakan bahasa tubuh hingga menjelang usia 12 bulan, misalnya tidak melambaikan tangan saat berpisah. Anak autis juga mengalami kesulitan dalam mengartikan bahasa tubuh orang lain.
Anak autis hanya menunjukkan sedikit ketertarikan pada teman-temannya. Beberapa bahkan menolak atau mengabaikan pendekatan sosial yang dilakukan orang lain, seperti menolak untuk bermain bersama teman-temannya.
Anak autis dapat mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan temannya. Biasanya anak autis tidak memiliki banyak teman.
Hal-hal yang dianggap menarik dan disukai oleh anak autis sangat terbatas. Mereka juga cenderung tidak suka berbagi dengan orang lain, misalnya memberitahu mengenai benda yang disukai.
Anak autis juga dapat mengalami kesulitan untuk memahami perasaan orang lain atau membicarakan perasaannya sendiri pada usia 3 tahun atau lebih. Hal-hal tersebut membuat anak autis kesulitan beradaptasi pada kegiatan berkelompok.
Sering kali anak autis tidak responsif ketika seseorang memanggil namanya atau saat ada orang tertarik pada mereka. Anak autis dapat berpura-pura tidak mendengar saat dipanggil.
Hal yang menarik perhatian anak-anak lain tidak menarik bagi mereka. Anak autis juga cenderung tidak peduli pada kejadian yang berlangsung di sekitarnya.
Anak autis dapat mengalami masalah dalam berkomunikasi akibat kesulitan pada aspek bahasa ekspresif dan reseptif. Bahasa ekspresif ialah kemampuan untuk mengekspresikan keinginan dan pikiran pada orang lain, bahasa reseptif ialah kemampuan pemahaman bahasa, misalnya mengikuti arahan[4].
Masalah dalam komunikasi anak autis dapat berupa[3, 4, 5]:
Sekitar 20-30% anak autis mengalami keterlambatan atau kekurangan dalam pidato lisan atau bahasa.
Perkembangan kemampuan bahasa anak autis tertinggal jauh dibandingkan anak lain. Salah satu indikasi misalnya anak telah mencapai usia 2 tahun dan belum dapat mengucapkan satu kata pun.
Normalnya, anak berusia lebih dari 3 tahun dapat membentuk kalimat yang tersusun dari dua kata dengan mudah. Namun anak autis dapat mengalami kesulitan atau belum dapat melakukannya pada usia tersebut.
Anak autis dapat mengalami kesalahan tata bahasa dan mengulanginya. Struktur gramatikal dapat terlihat tidak matang atau sangat menekankan aturan. Anak autis dapat melakukan monolog dan memiliki kosakata yang lebih kaya mengenai hal yang membuatnya tertarik.
Anak autis memiliki kemampuan bicara yang kurang baik. Anak autis biasanya sulit untuk memulai suatu percakapan. Anak autis juga dapat mengalami kesulitan untuk melanjutkan percakapan yang berlangsung. Selama percakapan, mereka dapat beralih menjadi bicara pada diri sendiri dan tidak menghiraukan ketertarikan lawan bicaranya.
Anak autis juga dapat kesulitan untuk menemukan kata yang tepat dan menggunakan kata yang tidak biasa atau memahama kosakata secara berbeda.
Anak autis juga dapat menggunakan echolalia tertunda atau langsung sebagai bagian dari percakapan, seperti menggunakan suatu dialog dari acara televisi.
Anak autis mengembangkan cara bicara unik mereka sendiri. Mereka cenderung mengulangi apa yang dikatakan pada mereka. Anak autis juga memiliki kecenderungan untuk mengartikan idiom secara harfiah.
Selain itu, anak autis dapat menggunakan nada, intonasi, ritme, atau tekanan yang berbeda saat berbicara. Misalnya berbicara dengan nada datar atau hipernasal, dan mengucapkan kalimat pernyataan dengan diakhiri nada yang lebih tinggi seperti sedang bertanya.
Anak autis dapat menyukai kegiatan yang disukai anak lain seusianya, akan tetapi intensitas dan tingkat ketertarikannya dapat berbeda. Anak autis umumnya memiliki ciri berikut dapat tindakan mereka[3, 4, 5]:
Anak autis dapat memiliki kebiasaan melakukan stereotip atau gerakan motorik berulang seperti bertepuk tangan atau menjentikkan jari. Anak autis dapat memiliki sifat sangat hiperaktif dan cenderung suka berlari, melompat, atau bergerak dengan tidak menentu.
Hal-hal yang dianggap menarik bagi anak autis jumlahnya sangat terbatas. Di sisi lain, anak autis cenderung bereaksi berlebihan pada hal yang disukainya. Anak autis dapat mengingat hingga detail terkecil mengenai hal yang mereka sukai. Bahkan akan sulit untuk mengalihkan perhatian anak jika mereka sedang melakukan apa yang benar-benar disukainya.
Anak autis memiliki kepatuhan berlebihan pada rutinitas. Mereka melakukan kegiatan sehari-hari dengan rutin dan pasti. Adanya gangguan pada jadwal rutin dapat membuat anak autis kebingungan hingga marah.
Anak autis bersikeras pada kepatuhan pada peraturan dan memiliki cara pikir yang tidak fleksibel. Kecenderungan ini dapat terlihat sejak kecil, misalnya memainkan mainannya dengan cara yang sama setiap kali. Anak autis dapat senang menyusun mainan atau benda lain dan menjadi marah saat susunannya diubah.
Fungsi eksekutif mengacu pada keterampilan kognitif seperti perhatian, ingatan, perencanaan, pemikiran, penyusunan, dan pemikiran fleksibel. Anak autis dapat mengalami gangguan dalam melakukan fungsi eksekutif, antara lain[4]:
Anak autis sering kali memiliki karakteristik pembelajaran umum seperti[4]:
Anak autis dapat memiliki ciri-ciri lain seperti berikut[1, 3, 4]:
1. Anonim. Autism Spectrum Disorder (ASD). Centers for Disease Control and Prevention; 2021.
2. Rachel Nall, MSN, CRNA, reviewed by Alex Klein, PsyD. What to know about autism. Medical News Today; 2021.
3. Anonim. Common Characteristics of Autism. As I Am; 2021.
4. Dr. Cathy Pratt, BCBA-D. Characteristics of Individuals with an Autism Spectrum Disorder (ASD). Indiana Resource Center for Autism; 2017.
5. Anonim. Typical Characteristics of Autism Spectrum Disorder. Otsimo; 2016.