Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Clubfoot adalah istilah untuk kelainan bentuk kaki yang biasanya terjadi secara kongenital (sejak lahir) dimana kaki bayi akan menekuk ke arah dalam menyerupai tongkat golf. Pada kondisi ini, jaringan
Daftar isi
Clubfoot adalah suatu kondisi cacat bawaan lahir pada tulang dan otot kaki bayi [1,2,3,5,6,7,8]. Clubfoot disebut juga dengan Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).
Pada kondisi clubfoot, salah satu atau kedua kaki bayi akan membengkok sehingga clubfoot dikenal dengan sebutan kaki pengkor atau bengkok.
Bayi yang mengalami clubfoot memiliki tendon yang sangat pendek dalam menjadi penghubung antar otot kaki.
Tinjauan Club foot adalah kondisi cacat lahir pada bagian tulang dan otot kaki bayi ditandai dengan kaki bengkok secara tidak normal.
Clubfoot atau kaki pengkor merupakan salah satu kelainan ortopedi bawaan lahir yang sangat umum di mana Hippocrates-lah yang mendeskripsikan pertama kalinya pada tahun 400 SM [1].
Menurut American Academy of Orthopaedic Surgeons, 1 dari 1000 bayi yang lahir mengalami clubfoot dengan risiko lebih besar terjadi pada bayi laki-laki daripada bayi perempuan [3].
Di Amerika Serikat kurang lebih terdapat 10 kasus clubfoot pada bayi yang baru lahir setiap harinya [2].
Sedangkan di Indonesia sendiri dengan 3,5-4 juta angka kelahiran per tahun, per harinya diperkirakan terdapat 1 kasus clubfoot pada bayi baru lahir [2].
Clubfoot terdiri dari tiga jenis kondisi yang para orangtua perlu kenali dan waspadai, yaitu seperti berikut [4,7].
Pada jenis clubfoot yang disebut dengan sindrom clubfoot ini, tingkat keparahan adalah yang paling serius.
Sindrom clubfoot lebih sulit untuk ditangani dengan potensi kepulihan pada penderitanya yang sangat kecil.
Jenis clubfoot idiopatik merupakan jenis clubfoot yang paling umum terjadi dengan kasus 1-4 : 1000.
Bayi dengan jenis clubfoot ini akan memiliki bentuk kaki yang sama sejak lahir hingga dewasa apabila tidak diobati sejak dini.
Clubfoot idiopatik dapat memberikan dampak buruk bagi kemampuan berjalan penderitanya di kemudian hari.
Kondisi jenis clubfoot ini menunjukkan kaki bayi yang fleksibel dalam posisi yang abnormal selama berada di dalam kandungan.
Salah satu atau kedua kaki bayi saat lahir dapat berada dalam posisi istirahat namun nampak tidak wajar.
Risiko clubfoot jenis ini meningkat terutama saat posisi bayi sungsang di dalam rahim.
Namun karena tergolong fleksibel, posisi kaki bayi dapat diubah dengan tangan ke posisi netral.
Tinjauan Clubfoot memiliki tiga jenis kondisi, yaitu sindrom clubfoot (kondisi clubfoot paling sulit ditangani), clubfoot idiopatik (jenis clubfoot yang paling umum), dan positional clubfoot (kondisi clubfoot yang paling fleksibel).
Penyebab clubfoot tidaklah diketahui secara pasti, namun faktor genetik menjadi salah satu hal yang dicurigai menjadi penyebab clubfoot pada anak [3,5,7,8].
Selain faktor genetik, faktor lingkungan pun dapat menjadi hal yang memperbesar potensi bayi lahir dengan cacat bawaan ini.
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko lain yang perlu dikenali dan diwaspadai pada kondisi clubfoot.
Tinjauan Faktor genetik diduga menjadi penyebab utama dari clubfoot, namun gaya hidup yang buruk, cairan ketuban yang tidak memadai, serta gangguan kongenital lain dapat menjadi pemicu clubfoot pada janin dan bayi.
Para calon orangtua yang tengah menantikan kehadiran sang buah hati, pemeriksaan USG prenatal dapat ditempuh untuk mengetahui apakah bayi mengalami suatu kondisi kelainan.
Clubfoot adalah salah satu cacat lahir yang sebenarnya dapat dilihat melalui USG prenatal, atau bisa juga saat bayi baru saja lahir.
Berikut ini adalah gejala clubfoot yang para orangtua perlu kenali pada bayi baru lahir [3,5,7,8] :
Kapan seharusnya memeriksakan diri ke dokter?
Umumnya, dokter akan langsung dapat melihat kondisi clubfoot pada bayi yang baru lahir berdasarkan fisik bayi tersebut [8].
Dokter kemudian akan merujukkan orangtua bayi kepada dokter yang ahli di bidangnya, yaitu dokter spesialis tulang dan otot khusus anak.
Hal ini supaya anak dapat memperoleh penanganan yang tepat dari ahlinya.
Tinjauan Kaki bengkok secara tidak normal, gerakan kaki yang terbatas, ukuran kaki lebih pendek, serta otot betis yang lebih kecil menjadi gejala yang umumnya ditemukan pada penderita clubfoot, namun tidak disertai rasa nyeri.
Clubfoot umumnya dapat terdeteksi langsung oleh dokter saat dokter melihat bentuk dan posisi kaki bayi yang baru lahir tidaklah seperti pada kaki bayi normalnya [3,5,7,8].
Meski demikian, dokter terkadang perlu memastikan diagnosa dengan melakukan sinar-X atau rontgen pada kaki bayi tersebut [7,8].
Selain untuk mengonfirmasi bahwa kondisi yang diderita sang bayi adalah clubfoot, rontgen bertujuan membantu dokter mengetahui seberapa parah clubfoot tersebut.
Hanya saja, pemeriksaan dengan metode sinar-X tidak selalu diterapkan karena biasanya dokter tidak terlalu memerlukannya.
Pada usia kehamilan 20 minggu, pemeriksaan USG pun dapat ditempuh untuk melihat adanya ketidaknormalan pada tumbuh kembang janin [3,5,6,7,8].
Walau begitu, tak banyak yang dapat dilakukan saat mengetahui bahwa clubfoot terjadi pada janin karena hampir tak memungkinkan untuk mengatasinya.
Namun dengan mengetahuinya pada masa kehamilan, setidaknya para calon orangtua dapat mempelajari dan memahami clubfoot dengan berkonsultasi dengan ahlinya.
Tinjauan Untuk mendiagnosa clubfoot pada janin, USG perlu ditempuh terutama saat kehamilan berusia sekitar 20 minggu. Untuk mendiagnosa clubfoot pada bayi baru lahir, biasanya dokter cukup melihat langsung kondisi fisik bayi dan melakukan sinar-X bila perlu.
Pada tulang, tendon dan sendi bayi yang baru lahir, fleksibilitasnya sangat tinggi sehingga sangat memungkinkan bagi dokter untuk menangani clubfoot pada bayi saat usianya masih 1-2 minggu.
Penanganan yang diberikan secara medis umumnya bertujuan untuk meningkatkan penampilan fisik kaki bayi sekaligus fungsinya sebelum beranjak balita dan belajar berjalan.
Penanganan juga utamanya bertujuan untuk mencegah cacat fisik jangka panjang.
1. Metode Ponseti
Penanganan paling umum yang diberikan kepada penderita clubfoot adalah peregangan dan gips di mana hal ini disebut dengan metode Ponseti [1,2,3,5,6,7,8].
Orangtua bayi pun perlu memerhatikan petunjuk dokter mengenai pemasangan brace dan sepatu khusus agar clubfoot dapat diatasi dengan tepat.
Risiko kegagalan cukup tinggi dalam penggunaan brace dan sepatu khusus karena biasanya orangtua menerapkannya tidak sesuai dengan arahan dokter.
2. Metode Perancis
Pada penanganan dengan metode Perancis, dokter tidak menggunakan gips, tapi memanfaatkan plester khusus untuk membelat kaki bengkok pada bayi [1,3].
Metode ini diterapkan dokter dengan tujuan memperbaiki posisi dan bentuk kaki bayi di mana perawatan ini umumnya dilakukan sampai si kecil berusia 6 bulan atau tergantung keputusan dokter.
Perawatan serupa masih perlu dilakukan di rumah sehingga para orangtua akan diarahkan oleh terapis dalam penerapan metode Perancis ini.
Bila sebelumnya, metode peregangan dilakukan untuk menangani kaki sang bayi, penggunaan brace masih perlu dilakukan dengan memasangkannya pada kaki bayi setiap malam selama kurang lebih 3 tahun.
3. Operasi
Langkah operasi biasanya perlu ditempuh apabila memang clubfoot pada bayi sudah sangat parah dan penanganan non-operasi tidak memberikan hasil yang diharapkan [1,3,5,7,8].
Bedah ortopedi adalah salah satu penanganan yang membantu agar posisi ligamen dan tendon pada kaki berada di posisi yang lebih tepat.
Usai menempuh bedah ortopedi, dokter tetap akan merekomendasikan penggunaan brace pada sang bayi.
Penggunaan brace kurang lebih adalah satu tahun yang bertujuan supaya kaki bengkok tidak kembali terjadi saat sang anak bertumbuh dewasa.
Tinjauan Metode Ponseti (peregangan dan pemasangan gips) dan metode Perancis (membelat kaki yang menderita clubfoot) adalah langkah penanganan medis yang paling umum. Namun bila metode non-operasi tidak berhasil, langkah operasi akan direkomendasikan oleh dokter.
Selama clubfoot diatasi sejak dini, bayi yang mengalami kondisi ini umumnya tidaklah sampai menderita komplikasi.
Bahkan bayi-bayi yang lahir dengan clubfoot umumnya tidak mengalami masalah saat belajar berdiri dan berjalan, namun beberapa komplikasi ringan ini kemungkinan tetap bisa terjadi [8] :
Namun selain dari beberapa kondisi ringan tersebut, ada beberapa kondisi komplikasi yang lebih serius, khususnya jika clubfoot tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Tinjauan Penampilan fisik pada kaki cukup berpengaruh saat anak bertumbuh dewasa. Namun beberapa komplikasi lain seperti gaya berjalan yang canggung, luka besar seperti kapalan pada kaki, pertumbuhan otot betis tidak sempurna, dan arthritis dapat terjadi bila clubfoot tidak ditangani sedari dini.
Tidak terdapat cara khusus untuk mencegah clubfoot sepenuhnya karena penyebab clubfoot tidak diketahui secara jelas.
Namun, sebagian besar selalu dapat ditangani secara dini, maka beberapa upaya dalam meminimalisir agar bayi tidak lahir dengan clubfoot antara lain adalah [3,8] :
Tinjauan Menjaga gaya hidup sehat selama hamil (tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, dan tidak mengonsumsi obat tanpa resep dokter) sangat penting. Selain itu, melakukan pemeriksaan rutin sebelum merencanakan kehamilan dan selama masa kehamilan pun dapat meminimalisir clubfoot pada bayi.
1) Ashish Anand & Debra A Sala. 2008. US National Library of Medicine National Institutes of Health. Clubfoot: Etiology and treatment.
2) dr. Anung Budi Satriadi, Sp.OT(K). 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Sepatu Khusus Untuk Kaki Pengkor.
3) April Kahn & William Morrison, MD. 2012. Healthline. Clubfoot.
4) Ryan M. O’Shea & Coleen S. Sabatini. 2016. US National Library of Medicine National Institutes of Health. What is new in idiopathic clubfoot?
5) Nayana Ambardekar, MD. 2019. WebMD. What Is Clubfoot?
6) Anonim. 2018. National Health Service. Club foot.
7) Anonim. Boston Children's Hospital. Club Foot.
8) Mayo Clinic Staff. 2019. Mayo Clinic. Clubfoot.