Daftar isi
Apa Itu Oligohidramnion?
Oligohidramnion atau oligohidramnios merupakan sebuah kondisi gangguan kehamilan di mana kadar cairan ketuban sangat sedikit atau di bawah jumlah normalnya [1,2,3,4].
Persalinan dapat terjadi prematur apabila oligohidramnion tidak segera memperoleh penanganan dan berakibat pula pada beberapa risiko yang lebih besar [1,2,3,4].
Fakta Tentang Oligohidramnion
- Prevalensi oligohidramnion dari seluruh kehamilan adalah sekitar 4,4% [1].
- Pada kehamilan prematur, jumlah oligohidramnion diketahui hanya kurang dari 1% kasus [1].
- Cairan ketuban sendiri merupakan cairan yang terdiri dari sel, hormon serta nutrisi yang membuat janin berkembang normal dan maksimal; warnanya bening agak kekuningan tapi tidak menguarkan bau apapun [5].
- Pembentukan kantung ketuban terjadi 12 hari setelah pembuahan di mana kantung ini berisi cairan ketuban [6].
- Memasuki usia kehamilan trimester kedua, janin sudah bisa bernafas dan menelan air ketuban lalu kemudian mengeluarkannya dalam bentuk urine supaya kadar atau jumlah cairan ketuban tetap normal dan stabil [7].
- Volume cairan ketuban pada oligohidramnion mengalami perubahan selama kehamilan dan akan meningkat ketika kehamilan berusia 34-36 minggu dengan kadar cairan ketuban sekitar 400 ml sampai pada proses persalinan yang seharusnya berada pada angka 1000 ml atau 1 liter [1,2,3].
- Normalnya, air ketuban pada kehamilan 12 minggu adalah 60 ml; pada kehamilan 16 minggu adalah sekitar 165 ml; pada kehamilan usia 34-36 minggu adalah sekitar 400-1200 ml; dan pada kehamilan rata-rata adalah 600 ml [1,2,3].
- Kadar atau jumlah cairan ketuban selama kehamilan akan menentukan seberapa baik perkembangan janin, maka ketika jumlah air ketuban normal dan cenderung stabil, tumbuh kembang janin biasanya berjalan baik [1,2,3,4].
Apa saja fungsi cairan ketuban bagi kehamilan?
Cairan atau air ketuban selama kehamilan sangat penting bagi kelangsungan kehamilan itu sendiri, terutama bagi kondisi janin agar tetap baik sampai hari persalinan.
Berikut ini adalah peran utama air ketuban yang perlu diketahui [8] :
- Memberi ruang gerak bagi janin dan meminimalisir risiko terjepitnya tali pusar di antara dinding rahim serta janin.
- Memberi perlindungan bagi janin agar tidak mudah terbentur atau tertekan dari luar.
- Mendukung pergerakan janin yang juga berarti membuat perkembangan tulang serta otot janin berjalan dengan baik.
- Mendukung perkembangan sistem pencernaan janin. Namun pada beberapa kasus, polihidramnion dapat terjadi, yakni volume air ketuban yang berlebihan di dalam rahim karena janin tak mampu menelan air ketuban sebagaimana mestinya.
- Mendukung perkembangan paru-paru janin hingga kehamilan usia 36 minggu di mana paru bayi sudah matang.
- Meningkatkan kenyamanan janin selama berada di dalam kandungan karena janin akan merasa hangat dengan suhu air ketuban mencapai 37,5 derajat Celsius.
- Meminimalisir risiko infeksi pada janin karena di dalam air ketuban terdapat sel-sel yang membentuk daya tahan tubuh sehingga janin terlindung dari serangan infeksi.
Penyebab Oligohidramnion
Jika polihidramnion adalah sebuah kondisi saat kadar cairan ketuban berlebihan, maka oligohidramnion adalah kondisi ketika kadar air ketuban berkurang dan cenderung tidak lagi memadai [1,2,3,4].
Beberapa penyebab oligohidramnion antara lain adalah [1,2,3,4] :
- Faktor genetik atau adanya gen abnormal yang diturunkan.
- Dehidrasi
- Hipertensi atau preeklampsia (pada kehamilan usia di atas 20 minggu sang ibu mengalami tekanan darah tinggi)
- Diabetes
- Gangguan plasenta
- Penyakit Lupus
- Ketuban pecah dini (tergolong sebagai kondisi kantung ketuban yang bocor).
- Kelainan pada janin (misalnya seperti IUGR atau intra uterine growth restriction di mana janin tidak tumbuh sebagaimana mestinya di dalam kandungan karena mengalami hambatan; kondisi ini kerap ditandai dengan berat badan janin rendah dan ukuran janin yang terlampau kecil).
- Waktu melahirkan lebih dari tanggal yang sudah diperkirakan.
Kondisi oligohidramnion memang dapat dialami kapan saja, namun umumnya terjadi saat kehamilan memasuki usia trimester ketiga serta berisiko lebih tinggi terjadi pada ibu hamil kembar [1,2,3,4].
Namun pada beberapa kasus oligohidramnion, kondisi ini bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebab pastinya [1].
Kondisi oligohidramnion idiopatik sendiri mencapai 50,7% kasus yang terdiagnosa di kehamilan trimester ketiga [1].
Selain itu, penggunaan beberapa jenis obat seperti inhibitors ACE (angiotensin-converting enzyme) dan anti-inflamasi nonsteroid dapat menjadi alasan dibalik berkurang atau menurunnya kadar air ketuban saat hamil [1].
Gejala Oligohidramnion
Oligohidramnion dapat menimbulkan gejala namun ada pula yang bersifat asimptomatik atau tanpa gejala sama sekali [1,2,3,4].
Pada kasus oligohidramnion yang terjadi karena kebocoran kantung ketuban, maka biasanya ibu hamil akan merasakan sensasi seperti mengompol [1,.
Kebocoran kantung ketuban menyebabkan air ketuban keluar melalui vagina sehingga bagian tersebut akan terasa basah [1,2,3].
Selain itu, tanda yang paling nampak secara fisik pada ibu hamil dengan oligohidramnion adalah ukuran perut yang tampak lebih kecil daripada seharusnya sekalipun sudah masuk usia hamil tua [1,2,3,4].
Pemeriksaan Oligohidramnion
Pemeriksaan paling dianjurkan untuk mendeteksi oligohidramnion adalah USG secara rutin selama kehamilan [1,2,3,4].
USG tidak hanya dapat membantu mengetahui kondisi perkembangan janin selama berada di dalam kandungan [1,2,3,4].
USG seringkali menjadi pemeriksaan yang bisa menyingkirkan berbagai kemungkinan penyakit dan kelainan janin, seperti IUGR (intrauterine growth restriction) [1,2,3,4].
Untuk memeriksa apakah kadar plasenta dalam kondisi normal dan stabil, ibu hamil lebih dianjurkan menjalani pemeriksaan USG Doppler dengan kriteria diagnosis seperti berikut [1,3] :
- Jumlah air ketuban secara total pada usia kehamilan 32-36 minggu kurang dari 500 ml.
- Kedalaman kantung ketuban tidak sampai 2-3 cm.
- Cairan ketuban memiliki kadar di bawah 5 cm.
Selain USG, penting bagi ibu hamil untuk menempuh sejumlah metode diagnosa lain, yakni diantaranya[1,2,3,4] :
- Tes darah atau skrining serum saat hamil di mana dokter akan mengambil sampel darah ibu untuk mendeteksi apakah kadar air ketuban tergolong rendah.
- Tes spekulum steril, yaitu metode pemeriksaan yang bertujuan memeriksa apakah kantung ketuban mengalami kebocoran.
- MPV (maximum vertical pocket), yaitu pemeriksaan yang bertujuan mengukur jumlah cairan ketuban di bagian paling dalam rahim ibu.
- AFI (amniotic fluid index), yaitu pemeriksaan yang bertujuan memeriksa dan mengetahui ukuran jumlah air ketuban.
Penanganan Oligohidramnion
Dokter akan mengecek usia kehamilan, kondisi janin, hingga riwayat penyakit sang ibu hamil serta gangguan kehamilan apa saja selain oligihidramnion yang terjadi sebelum menentukan penanganan terbaik oligihidramnion.
Secara umum, tindakan-tindakan ini yang dokter ambil untuk mengatasi oligohidramnion pasien.
- Pemantauan
Ketika ibu hamil yang datang mengecek kondisi kehamilan dan oligohidramnion telah terdeteksi, maka dokter perlu melakukan pemantauan berkala [1,2,3,4].
Pemantauan dilakukan dengan meminta pasien datang melakukan USG kandungan secara terjadwal.
- Konsumsi Air Putih Lebih Banyak
Pasien oligohidramnion perlu mengonsumsi air putih lebih banyak sehingga kadar air ketuban bisa meningkat [1,2].
Namun bila cukup sulit bagi ibu hamil untuk makan dan minum sehingga berisiko dehidrasi, dokter akan meminta pasien menjalani terapi cairan di mana cairan diberikan lewat infus [1,2].
- Amnioinfusion
Tindakan amnioinfusion adalah pemasangan kateter intrauterine ke pasien agar dokter bisa memberi infus cairan NaCl [2,3].
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menjaga supaya cairan ketuban tetap normal dan stabil [2,3].
- Bed Rest
Dalam kondisi yang sangat serius, ibu hamil penderita oligohidramnion harus membatasi aktivitasnya [2].
Bed rest atau istirahat total adalah yang paling pasien butuhkan disertai dengan pemenuhan cairan tubuh secara maksimal agar cairan ketuban juga meningkat [2].
Seringkali pada kasus oligohidramnion tidak memungkinkan pasien menjalani persalinan normal.
Oleh sebab itu, sebagai jalan alternatif dan opsi penting, bedah caesar harus pasien tempuh [2,3,4].
Biasanya, penempuhan persalinan normal atau secara caesar dapat diketahui lebih awal apabila ibu hamil rutin memeriksakan kandungan dan oligohidramnion terdeteksi dini.
Bagaimana prognosis oligohidramnion?
Prognosis oligohidramnion bervariasi karena hal ini tergantung dari penyebab, tingkat keparahan pasien, serta seberapa cepat dan tepat penanganan terhadap gejala oligohidramnion [1].
Semakin dini oligohidramnion terdeteksi melalui pemeriksaan kehamilan rutin, maka semakin dapat diantisipasi dengan persiapan solusi yang benar [1].
Namun menurut sebuah hasil studi, janin yang dapat bertahan pada kasus oligohidramnion hingga trimester ketiga adalah sekitar 85,3% dan trimester kedua adalah 10,2% [1].
Oleh sebab itu, tingkat kematian janin pada kehamilan trimester kedua dengan kondisi oligohidramnion jauh lebih tinggi, yakni sekitar 90% dari seluruh kasus yang ada [1].
87% di antaranya diketahui bahwa hipoplasia paru menjadi sebab kematian janin tersebut [1].
Ketika oligohidramnion disertai dengan kondisi hipoplasia paru yang parah di mana hal ini terjadi sebelum atau saat usia kehamilan mencapai 16-24 minggu [1].
Komplikasi Oligohidramnion
Risiko komplikasi oligohidramnion beragam di mana komplikasi bisa saja terjadi dan memengaruhi proses persalinan serta kondisi bayi yang lahir nanti, seperti [1,3] :
- Kompresi tali pusat
- Deselerasi denyut jantung janin
- Janin nonreaktif
- Aspirasi mekonium atau sebuah sindrom di mana bayi baru lahir menghirup campuran antara air ketuban dengan mekonium hingga ke paru-paru saat berjalannya persalinan.
- Persalinan melalui jalur bedah caesar.
- Keguguran akibat janin memiliki cacat bawaan.
- Kelahiran bayi secara prematur.
- Bayi lahir cacat karena adanya beberapa organ tubuh yang memperoleh tekanan selama volume air ketuban berkurang.
Komplikasi oligohidramnion yang lebih serius berisiko terjadi pada kehamilan trimester satu dan dua [1].
Pencegahan Oligohidramnion
Belum ada langkah pasti untuk mencegah supaya oligohidramnion sama sekali tidak terjadi.
Sulit untuk melakukan pencegahan total, terutama karena oligohidramnion sendiri ada yang terjadi dengan sifat idiopatik.
Hanya saja, beberapa upaya berikut bisa coba dilakukan setidaknya sebagai penurun risiko oligohidramnion [1,3].
- Memeriksakan kehamilan secara rutin, terutama bila memiliki riwayat penyakit tertentu.
- Tidak merokok.
- Menghindari dehidrasi dengan minum air putih lebih banyak selama hamil.
- Mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang dan tinggi; hal ini juga jauh lebih dianjurkan bagi ibu hamil dengan diabetes.
- Tidak menggunakan obat apapun secara sembarangan; pastikan berkonsultasi dengan dokter lebih dulu sebelum minum obat, suplemen, herbal, dan vitamin apapun.
- Olahraga secara rutin; pilih olahraga khusus untuk ibu hamil yang paling aman.