Kehamilan & Parenting

12 Dampak Negatif Media Sosial bagi Anak

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Media sosial sudah menjadi bagian kehidupan hampir setiap orang pada dunia modern, tak terkecuali anak-anak dan remaja. Media sosial tentu saja dapat memberikan dampak yang positif, namun seperti pisau

Media sosial dan pesan teks kini telah menjadi bagian dari kehidupan remaja. Hal ini membuat para ahli mencemaskan efek media sosial terhadap kecemasan dan rendahnya penghargaan diri pada anak. [1]

Di bawah ini akan dijelaskan dampak negatif media sosial terhadap anak-anak. Mari kita simak penjelasannya.

1. Ketergantungan

Salah satu pengaruh buruk media sosial yang paling terkenal terhadap anak-anak adalah menciptakan ketergantungan. Anak secara berkala memeriksa umpan berita pada berbagai macam situs media sosial. Hal ini menjadi ketergantungan. [2]

Para ahli mengira fitur seperti ‘like’ dan ‘share’ mengaktifkan pusat perhargaan di otak. Jaringan perhargaan ini sangat sensitif pada masa remaja dibandingkan orang dewasa. [2]

2. Mengganggu Kegiatan Sehari-hari

Anak-anak yang ketergantungan media sosial akan menghabiskan waktunya sepanjang hari menonton video, foto dan konten lain yang dikirim oleh akun yang mereka ikuti. [2]

Ketergantungan ini mengacaukan kegiatan lain seperti sekolah, berolahraga, belajar, dan rutinitas produktif lainnya. Mereka berakhir menyia-nyiakan waktu dalam jumlah besar menyebabkan nilai buruk di sekolah. [2]

3. Menderita Masalah Kesehatan Mental

Sebuah temuan menunjukkan bahwa anak-anak yang menghabiskan waktunya lebih dari 3 jam dalam sehari pada media sosial kemungkinan untuk menderita masalah kesehatan mental 2 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak. [2]

Peleburan diri ke dunia maya menunda perkembangan emosi dan sosial anak-anak. Sedangkan pada remaja, pengaruh ini lebih kuat. [2]

4. Ketidakpuasan terhadap Kehidupan Milik Sendiri

Penggunaan salah satu media sosial seperti facebook juga diketahui berujung pada penolakan terhadap keadaan diri sendiri. Semakin banyak menggunakan facebook, anak-anak semakin tidak puas terhadap hidup yang mereka miliki. [2]

Para remaja juga diamati menderita ‘depresi facebook’ setelah menghabiskan terlalu banyak waktu di facebook atau situs jejaring media sosial lainnya. [2]

Remaja dan pra-remaja beresiko terhadap blog atau situs yang ‘berniat membantu’ yang mungkin mendukung penyalahgunaan obat, hubungan seksual yang tidak aman dan perilaku agresif atau desktruktif pada diri sendiri. [3]

5. Mengurangi Hubungan pada Kehidupan Nyata dan Kemampuan Sosial

Jalinan hubungan yang terjadi di media sosial mengurangi hubungan pada kehidupan nyata dan kemampuan sosial pada anak-anak dan remaja. Hal ini terjadi karena mereka tumbuh tanpa mempelajari bagaimana isyarat non-verbal dan gestur wajah orang lain. [2]

Interaksi sosial merupakan hal sangat penting bagi pengembangan keahlian yang dibutuhkan untuk memahami emosi dan suasana hati seseorang. [2]

Dulu, sebelum memiliki akun media sosial para remaja juga sibuk dengan kegiatan bersama dengan orang lain mis. telepon dengan teman atau nongkrong di mall. [1]

Terlihat seperti berkumpul tanpa tujuan namun apa yang mereka lakukan adalah menguji coba keahlian, berhasil atau gagal dalam banyak interaksi kecil. Dan hal ini luput dari anak-anak yang hidup di masa kini. [1]

6. Takut Ketinggalan Berita

Remaja mengalami ketakutan tidak menjadi bagian lingkaran sosial. Remaja secara obsesif memeriksa umpan berita media sosial mereka untuk tetap mengetahui kabar terbaru dari teman-temannya. Seperti lelucon, aktivitas, pesta maupun gosip. [2]

Rasa takut ini akan berujung pada depresi dan kecemasan dan memiliki andil penggunaan yang parah terhadap media sosial. [2]

7. Narsisme

Obsesi terhadap diri dan untuk mengirim pembaruan dan foto terus-menerus ke media sosial meningkatkan narsisime pada anak muda. [2]

Suasana hati mereka sangat bergantung terhadap penghargaan dan penilaian foto dari pengguna media sosial lain dan akan merasa cemas jika tidak mendapat perhatian sesuai yang mereka harapkan. [2]

8. Terobsesi dengan Penampilan

Mengirim pembaruan foto ke media sosial memiliki hubungan yang kuat dengan narsisme dan dapat memicu obsesi terhadap penampilan seseorang. [2]

Beberapa pecandu selfie diketahui melakukan ha berbahaya seperti memanjat gedung pencakar langit, berpose dengan binatang liar atau senjata demi mendapatkan foto ‘keren’ dan berujung dengan kematian. [2]

9. Mengalami Penurunan Konsentrasi

Media sosial memiliki efek negatif terhadap otak anak muda. Media sosial mengatur otak mereka pada keadaan yang mirip terjadi pada anak-anak yang tertarik warna cerah dan bunyi keributan. [2]

Mereka mengalami penurunan jangka waktu untuk berkonsentrasi pada satu hal. Hal ini disebabkan untuk berselancar di situs media sosial sedikit sekali membutuhkan perhatian dan proses berpikir. [2]

10. Kurangnya Kemampuan untuk Terlibat dengan Orang Lain

Media sosial berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pada anak-anak yang kurang mendapat rangsangan, mereka memiliki kemampuan yang kurang untuk terlibat secara mendalam dengan orang lain maupun dirinya sendiri. [2]

Hidup mereka hanya berpusat pada kesempurnaan foto di media sosial dan luput dari pengalaman sebenarnya dari suatu kejadian mis. liburan atau makan siang bersama keluarga atau teman. [2]

11. Perundungan dan Kejahatan Cyber

Perundungan di dunia maya lebih mudah dilakukan mis. mengirim pesan ancaman atau kiriman menyinggung atau menghina secara langsung pada orang tertentu. [2]

Anak-anak juga dapat menjadi sasaran untuk dikuntit oleh para pemangsa yang berniat untuk membahayakan. [2]

Perundungan di dunia maya lebih umum dan dapat dialami oleh anak muda mana saja yang daring. Hal ini dapat menyebabkan dampak psikososial yang mendalam termasuk depresi, kecemasan, isolasi parah, dan bunuh diri. [3]

12. Mempengaruhi Pikiran Anak

Kiriman menyinggung atau menghina, adegan kekerasan dan eksplisit sangat mudah diakses melalui internet yang dapat berdampak pada pikiran muda anak. [2]

Kiriman seperti ini dapat membentuk pemikiran mereka dalam cara yang salah atau mengganggu kondisi mental. Hal ini dapat berpengaruh nanti pada keseluruhan kehidupan mulai dari pendidikan sampai hubungan. [2]

Anak juga dapat terpapar konten tak pantas seperti komentar dan gambar berbau seksual, menghina, atau kekerasan. Selain itu, juga terlalu banyak menjadi sasaranpengiklan dan pemasaran. [4]

Tips Agar Anak Tidak Sering Membuka Media Sosial

Berikut ini beberapa tips agar anak tidak sering membuka media sosial yakni: [2]

  • Dorong anak agar terlibat dalam komunikasi pada orang lain secara nyata daripada jejaring di dunia maya
  • Ajak anak untuk melakukan kegiatan di dunia nyata seperti olahraga, hobi atau kegiatan sosial lain
  • Anjurkan anak untuk menghabiskan waktu dengan media sosial yang meningkatkan kemampuan belajar atau dengan mereka yang mempunyai ketertarikan sama
  • Dorong anak untuk berinteraksi lebih banyak di dunia nyata dan ajarkan pentingnya menghabiskan waktu dengan hubungan pertemanan dan kegiatan di dunia nyata
  • Edukasi anak agar mengetahui bahaya terlalu lama menggunakan media sosial dan atur batasan berapa lama mereka boleh menggunakannya dalam sehari

1. Rachel Ehmke. How Using Social Media Affects Teenagers. Childmind; 2020.
2. Anonim. Impact of Social Media on Children. Parentingfirstcry; 2019.
3. Gwenn Schurgin O'Keeffe, Kathleen Clarke-Pearson dan Council on Communications and Media. The Impact of Social Media on Children, Adolescents, and Families. Pediatrics; 2011.
4. Anonim. Social media benefits and risks: children and teenagers. Raising Children; 2020.

Share