Menurut Asosiasi Disleksia Indonesia, total ada 10 hingga 15 persen anak sekolah di seluruh dunia menderita disleksia. [7]
Di Indonesia sendiri, dilihat dari jumlah anak sekolah di Indonesia yaitu sekitar 50 juta, diperkirakan ada lima juta di antaranya mengalami disleksia. [7]
Daftar isi
Disleksia terjadi karena bagian otak yang memproses bahasa mengalami gangguan atau tidak bekerja dengan baik. Akibatnya, seseorang mengalami kesulitan belajar seperti terganggunya kemampuan untuk membaca, menulis, mengeja dan berbicara.
Umumnya penyakit yang sering disebut ketidakmampuan membaca ini diderita oleh anak-anak, tetapi tidak tak jarang orang dewasa juga mengalaminya.
Tingkat keparahan disleksia pada setiap orang bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Begitupun dengan gejala pada usia yang berbeda dapat berbeda pula gejala yang dialami. [1, 2]
Disleksia dapat dikaitkan dengan faktor keturunan atau faktor lain yang mempengaruhi perkembangan otak.
Penyebab pasti dari disleksia belum dapat diketahui sepenuhnya.
Diagnosa disleksia melibatkan peninjauan proses informasi anak dari melihat, mendengar, dan berpartisipasi dalam kegiatan.
Perawatan disleksia idealnya melibatkan orang tua dan para guru. [2]
Tinjauan : Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang terjadi pada anak - anak dan orang dewasa.
Disleksia terbagia kedalam beberapa jenis di antaranya adalah sebagai berikut: [2, 3]
Adalah jenis disleksia yang paling umum. Disleksia ini terjadi karena disfungsi korteks serebral dan tidak berubah seiring bertambahnya usia. Tingkat keparahan disleksia jenis ini bervariasi.
Disleksia ini diturunkan dari keluarga melalui gen (turun-temurun) atau melalui mutasi genetik baru dan lebih sering ditemukan terjadi pada anak laki-laki dari pada anak perempuan.
Disleksia jenis ini disebabkan oleh masalah perkembangan otak selama tahap awal perkembangan janin. Perkembangan disleksia ini akan berkurang ketika sang anak menjadi dewasa. Sama halnya dengan disleksia primer, disleksia ini juga lebih sering terjadi pada anak laki-laki.
Disleksia jenis ini biasanya terjadi setelah terbentuknya trauma otak atau cedera pada area otak yang mengontrol saat membaca dan menulis. Saat ini, disleksia ini telah jarang ditemukan pada anak usia sekolah.
Selain ketiga jenis disleksia yang telah disebutkan diatas. Adapula jenis ketidakmampuan belajar lainnya yaitu:
Disleksia ini dikenal juga dengan disleksia disleksia dyseidetik. Pada disleksia ini seseorang mengalami kesulitan mengenal kata-kata dengan penglihatannya. Sulit mempelajari dan mengingat kata-kata.
Disleksia ini dikenal juga dengan disleksia disfonetik. Pada disleksia ini seseorang mengalami kesulitan memecah kata, sehingga sulit mencocokkan suara dengan bentuk tulisan mereka.
Disleksia ini mengacu pada kesulitan anak memegang dan mengendalikan pensil untuk membuat kata di atas kertas.
Disleksia disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Seseorang berisiko menderita disleksia jika ada orang tua, saudara kandung, atau anggota keluarga yang memiliki disleksia.
Kondisi ini bermula dari terganggunya bagian otak yang bertugas memproses bahasa. Kemungkinan penderita mengidap disleksia sejak lahir juga mungkin disebabkan karena cedera otak atau stroke. [3, 4]
Disleksia yang diidap setiap orang berbeda-beda. Pada anak-anak dengan disleksia, otak mereka sulit untuk menghubungkan suara yang mereka buat menjadi huruf atau kata-kata. Jadi untuk anak – anak dengan disleksia, kata “kucing” mungkin dibaca sebagai “ukcing”. Karena masalah ini, proses membaca bisa menjadi lambat dan sulit.
Siapa yang paling berisiko menderita disleksia?
Orang yang berisiko menderita disleksia adalah orang yang memiliki riwayat disleksia didalam keluarganya, lahir prematur, selama kehamilan terpapar oleh nikotin, obat-obatan, alkohol atau infeksi yang dapat mengubah perkembangan otak pada janin, dan memiliki gangguan di bagian otak yang memungkinkan membaca. [5]
Gejala disleksia dapat ditemukan pada seseorang dengan usia berapa pun, tetapi cenderungnya muncul pada masa kanak-kanak. Tanda dan gejala disleksia pada masing-masing orangpun dapat berbeda. Berikut ini beberapa tanda dan gejala dari disleksia yang paling umum terjadi: [5, 6]
Anak Prasekolah
Dalam beberapa kasus, ada kemungkinan untuk mendeteksi gejala disleksia sebelum anak mulai sekolah. Gejala dapat termasuk:
Anak Sekolah
Gejala disleksia biasanya menjadi lebih jelas setelah anak-anak mulai sekolah. Berikut ini gejalanya pada anak berusia 5 hingga 12 tahun:
Remaja dan Dewasa
Tanda dan gejala disleksia pada anak yang lebih tua dan orang dewasa mirip dengan yang dialami pada anak-anak. [5, 6]
Berikut adalah beberapa tanda dan gejala pada remaja dan dewasa:
Kapan harus ke dokter?
Anak-anak dengan disleksia sering tidak bisa memahami dasar-dasar membaca. Jika Anda sebagai orang tua khawatir dengan kemajuan membaca anak Anda, bicarakanlah terlebih dahulu dengan guru mereka dan mintalah pendapatnya.
Jika tingkat membaca anak Anda di bawah apa yang guru harapkan untuk usia mereka, maka Anda harus berkonsultasi dengan dokter anak Anda. Kesulitan membaca dapat berlanjut hingga sang anak dewasa jika disleksia tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Disleksia dapat menyebabkan sejumlah komplikasi yang meliputi: [5]
Karena membaca adalah keterampilan dasar bagi sebagian besar mata pelajaran sekolah, seorang anak dengan disleksia mungkin mengalami kesulitan pada sebagian besar kelas dan tidak dapat mengikuti teman sebayanya.
Jika tidak diobati, disleksia dapat menyebabkan merasa harga dirinya rendah, masalah perilaku, kecemasan, agresi, dan menarik diri dari teman, orang tua dan guru.
Ketidakmampuan membaca dan memahami anak dapat mencegah masalah ketika anak tumbuh dewasa.
Anak-anak yang penderita disleksia juga berisiko tinggi mengalami gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD). ADHD dapat menyebabkan sulit memusatkan perhatian serta hiperaktif dan perilaku impulsif, yang dapat membuat disleksia lebih sulit untuk diobati.
Pada dasarnya, disleksia cukup sulit didiagnosis. Tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosis penyakit ini. [5]
Untuk mendiagnosis disleksia pada anak Anda, dokter akan mengajukan pertanyaan kepada Anda seputar masalah pendidikan, perkembangan, riwayat kesehatan anak dan juga ingin tahu tentang segala kondisi yang terjadi dalam keluarga, termasuk apakah ada anggota keluarga yang memiliki ketidakmampuan belajar.
Dokter mungkin meminta keterangan tentang keluarga dan kehidupan rumah Anda, termasuk siapa yang tinggal di rumah dan apakah ada masalah di rumah.
Dokter mungkin meminta anak Anda, anggota keluarga atau guru menjawab pertanyaan tertulis. Anak Anda mungkin diminta mengikuti tes untuk mengidentifikasi kemampuan membaca dan bahasa.
Ini dapat membantu menentukan apakah kelainan lain dapat menyebabkan atau menambah buruk kemampuan membaca anak Anda.
Dalam tes ini dokter akan mengajukan pertanyaan dan menginformasikan kepada Anda dan anak Anda agar lebih memahami kesehatan mental anak Anda. Hal ini dapat membantu menentukan apakah masalah sosial, kecemasan, ataukah depresi yang membatasi kemampuan anak Anda.
Anak Anda dapat mengikuti serangkaian tes pendidikan dan menganalisis proses dan kualitas keterampilan membaca oleh seorang pakar membaca.
Sebenarnya tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kelainan otak yang disebabkan oleh disleksia. Namun, evaluasi dan deteksi dini untuk menentukan area kecacatan spesifik dan perawatan yang tepat dapat meningkatkan kemampuan Anak. [5]
Teknik Pendidikan
Sejumlah intervensi dan program pendidikan tersedia untuk anak-anak dengan disleksia. Guru dapat menggunakan teknik yang melibatkan pendengaran, penglihatan dan sentuhan untuk meningkatkan keterampilan membaca pada anak.
Membantu seorang anak menggunakan beberapa indera mereka untuk belajar – misalnya, mendengarkan pelajaran yang direkam dan lain-lain. Jika anak Anda memiliki ketidakmampuan membaca yang parah, les mungkin perlu dilakukan lebih sering.
Hal-hal yang bisa Anda lakukan agar dapat membantu anak Anda:
1. Bacakan untuk anak Anda
Hal ini dapat meningkatkan keterampilan kosa kata dan menyimak mereka, dan juga akan mendorong minat mereka pada buku.
2. Bagikan bacaan
Bacalah buku dengan seksama lalu diskusikan dengan anak Anda apa yang terjadi setelah membacanya.
3. Perkuat pemahamannya dengan membaca berulang.
Mungkin Anda bosan harus membaca buku favorit anak Anda berulang kali, tetapi pengulangan akan memperkuat pemahaman mereka dan itu akan membuat mereka terbiasa dengan teks.
4. Minta anak Anda membacakan sendiri bukunya
Dengan memberikan anak kesempatan untuk membaca sendiri, ini bisa mendorong kemandirian dan kelancaran mereka.
5. Jadikan membaca menyenangkan
Anda bisa menggunakan buku-buku tentang mata pelajaran yang diminati anak Anda, dan pastikan membaca dilakukan di lingkungan yang santai dan nyaman.
Aturlah pertemuan dengan guru anak Anda untuk membuat rencana tertulis yang menguraikan kebutuhan anak Anda dan bagaimana sekolah akan membantu sang anak mengelami kemajuan. Ini disebut Rencana Pendidikan Individual (IEP).
Anak-anak dengan disleksia yang mendapatkan bantuan di taman kanak-kanak sering meningkatkan keterampilan membaca mereka sehingga sampai ke sekolah dasar dan sekolah menengah nanti keterampilan membaca mereka lebih mudah dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan bantuan.
Orang dewasa dengan disleksia mungkin akan sulit mencapai keberhasilan dalam pekerjaannya. Beberapa cara berikut ini dapat membantu Anda yang menderita disleksia:
Adanya masalah akademik bukan berarti orang dengan disleksia tidak bisa berhasil. Banyak orang dengan disleksia yang kreatif dan cerdas, dan bahkan dapat memiliki karier yang sukses. Tokoh – tokoh terkenal seperti Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, Lee Kuan Yew, dan sang pelukis legendaris terkenal, Leonardo da Vinci telah membuktikan bahwa mereka dapat sukses meski menyandang disleksia
1) Corinne O'Keefe Osborn. 2020. Health line. How to Recognize Dyslexia Symptoms by Age
2) David Perlstein, MD, MBA, FAAP. 2020. MedicineNet. Dyslexia
3) Yvette Brazier. 2020. medical news today. What to know about dyslexia
4) Anonim. 2019. Webmd. What Is Dyslexia?
5) Anonim. 2020. Mayoclinic. Dyslexia
6) Anonim. 2018. Nhs. uk. Dyslexia
7) Tiyas Pratamawati, Ani Solikhah, Siti Haryani. 2020. Perspektif Negatif Terhadap Anak Disleksia
Tanpa Mempedulikan Potensi Yang Dimiliki