Dibanding orang dewasa, anak-anak sangat rentan untuk terpapar atau tertular suatu penyakit karena lemhanya sistem imun. Salah satu penyakit yang cukup mudah untuk menjangkit anak-anak adalah chikungunya dengan masa inkubasi 2-4 hari [1].
Chikungunya adalah suatu demam yang disebabkan oleh virus chikungunya dan disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti and Aedes albopictus. Bahkan penularan penyakit chikungunya dari ibu ke anak juga sering terjadi. Proses pemaparan penyakit ini juga bermacam-macam, ada yang tanpa gejala, dan banyak pula yang disertai gejala yang sangat melemahkan [1].
Namun, nyatanya 3 dari 4 anak yang terkena chikungunya juga disertai berbagai macam gejala. Gejala yang sering terjadi biasanya adalah demam, polyarthralgia (nyeri sendi lebih dari 1 bagian), ruam makulopopular (bintik-bintik kemerahan pada kulit), dan konjungtivitis non-infeksi (mata kemerahan) [2].
Sebenarnya ada beberapa gejala chikungunya lain pada anak. Berikut ini adalah contoh gejala chikungunya pada anak [3].
Demam adalah gejala paling umum pada penyakit chikungunya baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Demam biasanya terjadi secara mendadak dan disertai dengan nyeri badan dan sakit kepala [3].
Pada anak-anak di luar rentang usia 6 bulan-6 tahun, demam kerap kali disertai dengan kejang. Kejang ini biasanya berlangsung selama 3-5 hari dan maksimal 10 hari. Suhu demam juga bisa mencapai 38.9°C dengan rentang waktu 1-8 hari [3].
Sekitar 50% orang dewasa yang mengalami chikungunya biasanya akan muncul luka pada kulitnya. Namun, hal ini jarang terjadi pada anak-anak, terutama yang berumur kuang dari 2 tahun. Luka pada kulit anak-anak biasanya hanya sebuah perubahan pigmen pada area sentrofasial saja [3].
Gejala pada kulit anak-anak saat mengalami chikungunya biasanya berupa ruam. Biasanya, ruam muncul pada kulit selama 5 hari yang disertai dengan hiperpigmentasi pada kulit. Bahkan bayi yang berumur kurang dari 2 bulan biasanya memiliki ruam yang menutupi sekitar 35% kulit tubuh [3].
Myalgia (nyeri otot), arthralgia (nyeri sendi) dan arthritis (radang sendi) merupakan gejala yang cukup sering terjadi bagi penderita chikungunya. Diketahui 3 dari 5 anak mengalami gejala ini saat mereka mengidap chikungunya. Pada anak-anak, gejala nyeri sendi ini paling lama bertahan hanya sampai 2 tahun [3].
Jari, pergelangan tangan, pergelangan kaki, siku, dan sendi lutut merupakan bagian tubuh yang sering terasa nyeri karena gejala ini. Gejala nyeri ini biasanya terjadi secara simetris dan bisa mencapai hingga 5 titik sendi, dan bahkan bisa menyebabkan bengkak. Hingga kini belum ada laporan bahwa gejala ini bisa bertahan secara permanen [3].
Beberapa gejala persendian lain juga sering terjadi seperti rematik, tenisinovitis (peradangan pada lapisan selubung tondon), tendinitis (peradangan pada jaringan tondon), dan buritis (peradangan di sekitar bantalan sendi) [3]
Sistem saraf pusat merupakan sistem yang paling banyak terlibat saat anak terkena chikungunya. Hal ini dibuktikan pada suatu wabah chikungunya yang terjadi di pulau Reunion, di mana 25% anak yang terpapar di situ mengalami gejala pada sistem saraf. Sedangkan di India, 14% orang yang memiliki infeksi sistem saraf juga mengidap chikungunya [3].
Di antara anak-anak yang terkena gejala ini, sebagian besar (40-50 %) mengalami dampak yang sangat parah seperti epilepsi, kejang-kejang, dan ensefalitis (radang otak). Dampak yang dihasilkan dari ensefalitis bersifat non-linier, dengan beban yang dirasakan bayi berusia kurang dari 1 tahun juga dirasakan oleh pria dewasa berumur 40 tahun [3].
Di kasus pulau Reunion tadi, 2 dari 22 anak yang mengidap gejala ini berakhir meninggal dunia. Diketahui pula bahwa gejala pada sistem saraf ini juga berpotensi untuk terjadi dalam jangka panjang [3].
Setelah 2 tahun dari kejadian wabah tersebut, ditemukan bahwa 75% dari anak yang terkena chikungunya mengalami kelumpuhan pada otak, dan 50% nya mengalami gangguan pendengara sensorineural [3].
Hasil penemuan tersebut menunjukkan bahwa penyakit chikungunya pada anak juga bisa berdampak sangat fatal. Dan lebih bahayanya lagi, penyakit ini juga bisa bertahan dalam jangka panjang [3].
Jika kita memiliki anggota keluarga yang sedang mengidap chikungunya, maka ada baiknya untuk pergi ke dokter. Jika kita pergi ke suatu tempat yang sedang atau pernah terjadi wabah chikungunya, maka kita juga harus pergi ke dokter [4].
Dokter biasanya akan melakukan cek darah untuk mengetahui apakah kita terkena chikungunya atau tidak. Jika kita sudah terlanjur terkena chikungunya, maka kita harus menghindari tempat yang banyak nyamuk guna mencegah penularan [4].
Kebanyakan orang yang terkena chikungunya beserta gejalanya biasanya sembuh dalam waktu 3-10 hari. Namun bagi yang mengalami gejala nyeri sendi, biasanya akan berlangsung sampai berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun [4].
Penyakit chikungunya sebenarnya jarang yang sampai menyebabkan kematian. Namun, terkadang penyakit ini bisa berdampak fatal termasuk pada anak-anak seperti kasus di pulau Reunion tadi, dan pada orang tua yang memiliki penyakit kronis. Bagi penyintas chikungunya biasanya akan lebih aman untuk tidak terpapar lagi di kemudian hari [4].
Jika memang kita harus pergi ke daerah yang sedang terjadi wabah chikungunya, maka kita harus berhati-hati. Chikungunya sendiri bukan disebarkan dari manusia ke manusia. Tindakan pecegahan yang benar dilakukan dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk. Bawa obat nyamuk yang mengandung picaridin atau DEET. Lalu, Pakailah baju dan celana panjang serta sebisa mungkin menetap di dalam rumah [4].
1. Sebastian MR, Lodha R, Kabra SK. Chikungunya infection in children. Indian J Pediatr; 2009
2. Ward CE, Chapman JI. Chikungunya in Children: A Clinical Review. Pediatr Emerg Care; 2018
3. Ritz, Nicole, Markus Hufnagel, and Patrick Gérardin. "Chikungunya in children." The Pediatric infectious disease journal; (2015)
4. Scott C. Litin, M.D. What is chikungunya fever, and should I be worried?. Mayoclinic; 2020