Diabetes insipidus adalah kondisi di mana tubuh banyak memproduksi urin sehingga membuat seseorang menjadi lebih sering haus. Urin biasanya tidak berbau dan tidak berwarna[1].
Pada orang normal urin yang dikeluarkan biasanya sebanyak `1 – 2 liter per hari, sedangkan pada penderita diabetes insipidus bisa mencapai 3 – 20 liter per hari [1].
Pada keadaan normal, vasopresin atau ADH akan mengatur tingkat air dalam tubuh dengan mengontrol jumlah urin yang dihasilkan oleh ginjal[2].
Namun pada kondisi diabetes insipidus, vasopresin gagal dalam mengatur tingkat air dalam tubuh dengan benar, sehingga memungkinkan terlalu banyak urin yang diproduksi dan dikeluarkan dari tubuh [2].
Berdasarkan penyebabnya, diabetes insipidus dibagi menjadi dua tipe, yaitu[2]:
Kondisi diabetes insipidus dapat terjadi pada anak. Kondisi ini biasanya terjadi karena kelenjar hipotalamus tidak memproduksi cukup ADH, kelenjar pituitari tidak melepaskan cukup ADH ke dalam darah, kerusakan hipotalamus, dan terdapat masalah pada otak[3].
Pada anak, diabetes insipidus biasanya berisiko terjadi ketika mengalami cedera kepala, operasi otak, tumor otak, penyakit ginjal, atau menggunakan obat-obatan tertentu seperti lithium [3]. Gejala diabetes insipidus pada anak dapat dikenali melalui beberapa gejala, sebagai berikut:
Daftar isi
Pada keadaan normal, tubuh vasopresin akan mengatur kadar air dalam tubuh. Apabila kadar air dalam tubuh tidak terkontrol dengan baik, kemungkinan cairan dalam jumlah berlebihan akan dikeluarkan melalui urin[3].
Produksi urin yang berlebihan akan membuat tubuh akan kehilangan banyak cairan. Hal ini lah yang membuat anak akan mengalami rasa haus yang berlebihan atau polidipsia [3].
Pada penderita diabetes insipidus, tubuh akan mengeluarkan cairan dalam bentuk urin dengan jumlah berlebihan atau poliuria. Pada keadaan normal, umumnya anak mengeluarkan urin sekitar 1 – 2 liter per hari[4].
Namun, pada penderita diabetes insipidus jumlah urin yang dikeluarkan bisa mencapai 3 – 20 liter per hari. Hal ini lah yang menyebabkan anak menjadi lebih sering buang air kecil [4].
Terlalu banyak cairan yang dikeluarkan melalui urin membuat tubuh mengalami dehidrasi. Dehidrasi pada anak dapat dikenali dengan mata cekung, ubun-ubun cekung, tidak mengeluarkan air mata saat menangis, mulut kering, dan kurang aktif bergerak[3].
Dehidrasi umunya ditandai dengan jarang buang air kecil, akan tetapi pada penderita diabetes insipidus dehidrasi justru terjadi karena terlalu sering buang air kecil[5].
Dehidrasi akibat pengeluaran urin yang berlebihan bisa berisiko menyebabkan penurunan berat badan. Dehidrasi bisa menyebabkan penurunan berat badan sekitar 3 – 10 % tergantung keparahan[3].
Hal ini juga dialami oleh anak-anak. Salah satu cara untuk mengenali gejala diabetes insipidus adalah berat badan anak mengalami penurunan[6].
Anak yang mengalami diabetes insipidus akan menunjukkan beberapa gejala salah satunya mudah rewel. Anak yang merasa sering haus, sering buang air kecil, dan dehidrasi. Kondisi ini mungkin akan membuat anak menjadi lebih sensitif sehingga mudah marah, rewel, dan menangis [3].
Diabetes insipidus terjadi ketika terlalu sedikit vasopresin atau ADH yang diproduksi karena kerusakan pada hipotalamus atau kelenjar pituitari[2].
Hipotalamus merupakan bagian otak yang mengatur emosi dan nafsu makan. Apabila bagian ini rusak, maka dimungkinkan terjadi penurunan produksi ADH dan nafsu makan menjadi buruk[7].
Gejala diabetes insipidus pada anak adalah adanya gangguan pertumbuhan seperti kerusakan otak dan pertumbuhan yang buruk. Episode dehidrasi yang berulang bsia menyebabkan pertumbuhan lambat dan tertunda[3].
Selain itu, mungkin juga disebabkan oleh nafsu makan yang buruk sehingga sulit menambah berat badan. Kondisi tersebut mengakibatkan pertumbuhan tidak mencapai yang diharapkan sehingga pertumbuhan anak terganggu[8].
Demam tinggi atau hipertermia merupakan salah satu gejala diabetes insipidus pada anak meskipun belum diketahui jelas etiologinya[2].
Demam mungkin berkaitan dengan dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan suhu tubuh meningkat sehingga tubuh terasa panas. Gejala ini cukup mudah diamati pada anak [2].
Frekuensi buang air kecil pada penderita diabetes insipidus akan lebih sering disbanding pada keadaan normal, terutama saat malam hari[2].
Kondisi ini memungkinkan anak akan kesulitan menahan keinginan buang air kecil. Hal ini menyebabkan anak mengompol [2].
Sebaiknya segera diperiksakan anak ke dokter apabila anak sering haus, bahkan merasa haus sepanjang waktu. Kondisi yang perlu diperhatikan lainnya yaitu frekuensi buang air kecil anak mencapai 10 kali sehari[2].
Hal ini menunjukkan bahwa kadar air dalam tubuh tidak terkontrol dengan baik. Kondisi tersebut tentu memerlukan perhatian khusus dari dokter[2].
Dokter akan melakukan sejumlah tes untuk memastikan diagnosis dan perawatan yang perlu dilakukan untuk mengatasi diabetes insipidus pada anak [2].
[1] M. Hoffman. Webmd.com. Diabetes Insipidus (DI): Symptoms, Causes, Diagnosis, Treatment. 2020.
[2] Anonim. Nhs.uk. Diabetes insipidus - Causes - NHS. 2019.
[3] Anonim. Stanfordchildrens.org. Diabetes Insipidus in Children. Diakses pada 23 Maret 2022.
[4] Anonim. Childrenshospital.org. Diabetes Insipidus | Boston Children’s Hospital. Diakses pada 23 Maret 2022.
[5] C. P. Raab. Msdmanuals.com. Dehydration in Children - Children’s Health Issues - MSD Manual Consumer Version. 2021.
[6] R. Ferry. Emedicinehealth.com How Do You Know If a Child Is Dehydrated? Signs, Symptoms & Home Remedies. Diakses pada 23 Maret 2022.
[7] Anonim. Nicklauschildrens.org. What is diabetes insipidus? | Nicklaus Children’s Hospital. 2021.
[8] Anonim. Medlineplus.gov. Nephrogenic diabetes insipidus: MedlinePlus Genetics. 2020.