HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Snydrome) [1] adalah retro virus (golongan virus yang terdiri atas satu jenis benang tunggal RNA). Setelah ini akan menginfeksi sel, virus tersebut akan mereplika menjadi DNA dari RNA dengan menggunakan enzim reverse transcriptase/transkip balik menginfeksi sel-sel dalam sistem kekebalan tubuh manusia serta menghancurkan atau merusak sel darah putih. Kekebalan tubuh ini menjadi melemah dan orang yang mengalaminya akan mudah terinfeksi.
AIDS merupakan kumpulan dari gejala penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat virus HIV. Sebagian besar orang yang terkena HIV bila tidak mendapati pengobatan akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam jangka waktu yang relatif lama 8-10 tahun [4].
Menurut World Health Organization (WHO) [6] ada 4 tahapan stadium klinis, orang yang terjangkit HIV/AIDS yaitu: stadium klinis 1 memiliki gejala pembesaran atau pembengkakan pada kelenjar getah bening/limfa. Kelenjar getah bening akan membengkak sebagai respon pemberi tanda.
Setelah infeksi itu terjadi kelenjar getah bening akan mengempis dengan sendirinya. Stadium klinis 2 memiliki gejala berat badan menurun sekitar 10% dialami kurang lebih 1 bulan. Stadium klinis 3 memiliki gejala demam lebih dari 37,5% berkepanjangan tanpa sebab yang jelas kurang lebih selama 1 bulan [6].
Serta stadium klinis 4 mengalami HIV Wasting Syndrome (berat badan turun 10% disertai dengan diare kronik atau demam tanpa disertai dengan penyakit lain) [6]. Agar lebih jelas mengenai gejala yang ditimbulkan dari penyakit HIV/AIDS, berikut ini 10 gejala penyakit HIV/AIDS yang beresiko kematian sebagai berikut:
Daftar isi
Gejala ini sama dengan demam pada umumnya yaitu suhu tubuh sekitar 38-40˚C. Demam secara berulang akan bertahan selama 4 minggu lama nya dan ini bisa jadi fase awal dari virus HIV. Parahnya lagi jika demam berlanjut virus bisa memperbanyak diri sehingga dengan mudah mengganggu fungsi kekebalan tubuh anda. Selain itu, demam ini disertai dengan gejala ringan lainnya seperti kelelahan, sakit tenggorokan, dan muncul pembengkakan pada kelenjar getah bening [2].
Menurunnya sistem kekebalan tubuh [2] akibat infeksi HIV/AIDS bisa menyebabkan berbagai gejala infeksi yang berdampak pada penurunan berat badan. Hal ini bisa ditandai dengan penurunan nafsu makan karena tubuh tidak merasa nyaman saat menerima makanan. Hal seperti ini sudah tidak bisa diabaikan kemungkinan tubuh anda sudah memasuki fase lanjutan virus HIV.
Penderita HIV kerap mengalami gangguan kognitif berupa sulit berkonsentrasi [2] dan kebingungan. Penderita juga mengalami gangguan memori dan perilaku mudah marah atau mudah tersinggung. Disisi lain juga orang yang mengidap penyakit HIV akan mengalami penurunan dari fungsi motoriknya seperti kurang koordinasi, ceroboh, serta kesulitan dalam menulis.
Nyeri otot disini berbeda dengan pegal-pegal akibat kelelahan setelah beraktivitas fisik. Penderita infeksi HIV/AIDS akan mengalami nyeri otot dan kelelahan akibat serangan di HIV tahap awal. Nyeri otot [2] pada penderita HIV tidak memiliki spesifikasi khusus karena memang terjadi secara tiba-tiba tetapi beberapa pakar menyebutkan bahwa nyeri otot atau persendian ini lebih condong sebagai flu-like syndrome atau gejala mirip flu. Jadi, mirip seperti orang yang sedang sakit flu.
Bagi penderita HIV tanda keringat malam akan terjadi walaupun saat tidak melakukan aktivitas fisik apapun. Namun sebaliknya, tidak semua keringat malam bisa dikategorikan sebagai penyakit HIV, diluar keringat malam juga banyak faktor penyebabnya bisa jadi karena lingkungan yang panas, tuberklosis, demam tinggi atau reaksi dari sistem metabolisme tubuh [5].
Rasa sakit pada tenggorokan yang muncul sama seperti ketika terkena radang tenggorokan [2] pada umumnya. Bahkan yang lebih parah pada kasus HIV ini membuat infeksi pada tenggorokan dan juga menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Sakit tenggorokan bisa diatasi dengan minum cairan hangat, hindari asap rokok [7], atau berkumur dengan air garam hangat sekitar ½ sdt.
Rasa leah yang anda alami disini bukan sekedar lelah biasa. Lelah yang dimaksud seperti anemia, depresi menurunnya hormon tiroid dan hormon testosteron. Hormon tiroid itu merupakan hormon paling dalam tubuh karena keberadaannya memberi dampak pada setiap sel dan semua organ sedangkan hormon testosteron itu berarti hormon yang memiliki pengaruh terhadap libido [6].
Sementara respon inflamasi yang dihasilkan dari sistem kekebalan tubuh bisa mengakibatkan lelah dan lesu pada tubuh bahkan menyebabkan kesulitan untuk tidur. Kelelahan tersebut dapat menjadi tanda awal maupun infeksi HIV yang sudah lanjut [6].
Gejala ini memang tidak selalu ada dan kemunculannya sering kali diabaikan karena ruam yang muncul hanya samar-samar tidak seperti penyakit campak yang terlihat jelas. Ruam [2] yang muncul ini bukan karena reaksi alergi atau overdosis, biasanya ruam pada kulit bisa ditemukan pada bagian perut, mulut, dan juga kaki.
Warna ruam pun bukan hanya merah saja untuk beberapa kasus berwarna cokelat, merah muda, atau keunguan. Jika ruam sudah diobati namun masih tidak kunjung sembuh jangan tunggu lagi segera jalani tes HIV [2].
HIV memiliki gejala awal yang ringan dan sulit untuk diketahui, maka dari itu untuk menebak apakah seseorang benar-benar terjangkit virus HIV adalah dengan cara memeriksa gejala batuk kering. Bilamana sudah meminum antibiotik tetapi batuk tidak kunjung hilang ada kemungkinan anda sudah termasuk ke dalam gejala HIV. Segeralah periksakan ke dokter saat anda merasakan hal yang seperti ini. Keseringan mengalami batuk kering bahkan sampai menahun bisa jadi salah satu gejala HIV [2].
Getah bening bukan hanya terdapat di leher tetapi juga terdapat di bagian ketiak atau selangkangan, ukurannya pun memiliki besar kurang lebih 2,5 cm. Tejadinya getah bening [2] merupakan peringatan tubuh anda sudah mengalami infeksi HIV/AIDS.
Gejala penyakit HIV ini timbul tidak jauh karena faktor penyebab itu sendiri. Faktor penyebab antara lain: hubungan seksual [7] dengan berganti-ganti pasangan, penggunaan alat jarum suntik, dan transfusi darah (penerima donor dari penderita HIV).
Kapan sebaiknya konsultasi ke dokter?
Apabila anda mengalami 10 gejala diatas, anda perlu segera berkonsultasi ke dokter untuk melakukan pengecekan di laboratoium [5] apakah tubuh anda terkena HIV atau tidak. Konsultasi ini harus dilakukan minimal 6 bulan sekali karena pada masa itu merupakan masa transisi virus HIV sehingga saat melakukan pengecekan bisa mudah di deteksi dan juga menghindari kemungkinan penularan sebelum terlambat.
[1] Brew BJ, Garber JY. Pubmed. Neurologic Squelae of Primary HIV Infection. Handb Clin Neurol. 2018.
[2] Mayo Clinic Health. MayoClinic.org. Symptoms and Causes HIV/AIDS.2021.
[3] Capriotti T. Pubmed. HIVAIDS: An Update for Home Healthcare Clinicians. Home Healthc Now. 2018.
[4] Sculier D, et al. PloS Med. Efficancy and Safety of Dolutegravir Plus Emtricitabine Versus Standart ART for The Maintenance of HIV-1 Suppression 48-Week Results of The Factorial, Randomized, Non-Inferiority SIMPL’HIV Trial. 2020.
[5] Zhang DP, Lu HY, Zhuang MH, et al. Enhancing HIV Testing and Treatment Among Men Who Have Se With Men in China: A Pilot Model With Two Rapid-Test, Single Blood Draw Session, And Intensified Case Management in Six Cities. PloS One. 2016.
[6] Singh, Ketrapal P. who.int. The HIV Epidemic and South-East Asia. 2016.
[6] Simmons RD, Ciancio BC, Kall MM, Rice DB, Delpech VC. Systematicreviewsjournal.biomedcentral. Ten-year Mortality Tren Among Persons Diagnosed With HIV Infection in England in Wales in The Era of Antiretroviral Therapy: AIDS Remains a Sillent Killer. 2013.
[7] Santos AseAdC, Silveira EA, Falco MdO. journal.pone. Gastrointestinal Symptoms in HIV-Infected Patients: Female Sex and Smoking as Risk Factors in an Outptient Cohort in Brazil. 2016.