Struk (Ing: stroke) adalah sebutan dari fenomena yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia, di mana sirkulasi menuju ke organ otak mengalami suatu kondisi gangguan. Gangguan ini sampai dapat terjadi dikarenakan adanya kendala pada aliran darah sehingga organ otak mengalami kekurangan darah hingga batas yang membahayakan. Apabila tidak segera mendapat pertolongan pertama, kematian sel-sel pada organ otak dapat terjadi dan memberikan suatu dampak yang permanen.[1]
Terganggunya aliran darah tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti berkurangnya aliran darah (dalam istilah medis disebut ischemia), terjadi sebuah pendarahan akut yang memutus aliran darah ke organ otak, atau adanya penyumbatan pada pembuluh darah. Berikut adalah beberapa gejala dari Struk:[3][4][5]
Daftar isi
Motorik merujuk pada kemampuan manusia dalam menggerakkan anggota tubuh. Terjadinya gangguan menggerakkan anggota tubuh merupakan salah satu dari tiga gejala utama terjadinya Struk. [2] Beberapa contoh yang dapat terjadi pada gejala ini yaitu adanya ketidaksinkronan antara gerakan yang ingin dilakukan oleh sang penderita, dengan gerakan yang dilakukannya. Apabila terlihat adanya gangguan ini terjadi pada seseorang, besar kemungkinan Struk sedang/akan terjadi dengan terlebih dahulu diiringi oleh dua gejala utama lainnya.[3]
Gejala ini merujuk pada fenomena gangguan kemampuan berbicara. Penderita yang belum menyadari bahwa dirinya sedang mengalami Struk biasanya akan mengalami pelafalan yang kunjung terdirtorsi, hingga akhirnya berujung pada kehilangan kemampuan berbicara dan hanya mampu menghasilkan suara-suara yang tidak bisa dipahami seperti geraman, dengkuran, dan sebagainya.[1][2][3][4][5] Apabila gejala utama ini sudah terjadi, besar kemungkinan gejala ketiga akan muncul, baik setelahnya atau dalam kesempatan yang hampir berbarengan.[3][4][5]
Dengan munculnya gejala ini, sangat besar kemungkinan seseorang tersebut sedang menderita Struk. Kebas di area wajah dapat ditandai dengan munculnya kelumpuhan pada wajah secara bertahap. Penderita cenderung tidak dapat mengontrol otot wajahnya sehingga terkesan menciptakan suatu gestur wajah atau ekspresi yang ganjil. Apabila ketiga gejala tersebut sudah muncul, pertolongan pertama harus segera dilakukan agar tidak terjadi cedera permanen pada bagian otak dikarenakan adanya kematian sel-sel pada organ.[1][2][3][4][5]
Kapabilitas fisik adalah kemampuan yang dapat dilakukan oleh tubuh, baik berupa pergerakan (motorik) maupun merespons rangsangan (sensorik). Pada kasus penderita Struk, menurunnya kemampuan fisik ini terjadi hanya pada sebagian sisi tubuh saja, baik hanya pada tubuh bagian kiri atau kanan. Meski tidak termasuk kepada tiga gejala utama di atas, fenomena ini dapat dikategorikan sebagai salah satu gejala mayor yang perlu diwaspadai dan perlu mendapat penanganan cepat apabila seseorang menunjukkan terjadinya gejala ini.[1][2][4]
Merupakan salah satu gejala minor, kesulitan merasakan getaran halus merupakan suatu pertanda bahwa adanya gangguan pada bagian otak tertentu. Ini bisa menjadi pertanda bahwa bagian tertentu pada otak sedang mengalami gangguan suplai darah ringan.[3] Meski begitu, kemungkinan terjadinya gejala ini berbeda dengan keempat gejala mayor di atas sehingga tidak selalu muncul pada orang yang mengalami Struk.
Fenomena sakit kepala juga merupakan suatu gejala minor pada gangguan Struk, di mana hanya di rasakan apabila struk yang di alami melibatkan pendarahan dan penyumbatan pada beberapa bagian organ otak tertentu seperti subaraknoid (subarachnoid), pembuluh vena serebral (cerebral venous), dan intraserebral (intracerebral).[3] Karenanya, guna menghindari kemungkinan terburuk seperti Struk, gejala sakit kepala seperti ini perlu segera di konsultasikan pada dokter apabila mengalaminya.[4][5]
Terganggunya sirkulasi dan aliran darah pada bagian otak juga dapat menimbulkan berkurangnya sensitivitas indera yang dimiliki. Umumnya, penurunan sensitivitas indera dialami pada indera-indera yang berada di sekitar lingkup bagian kepala seperti penglihatan, pendengaran, pengecap, dan penciuman. Gangguan ini berlangsung secara bertahap; dapat terjadi hanya pada salah satu atau lebih; serta dapat terjadi bergantian maupun bersamaan.[2]
Tidak hanya penurunan, fenomena Struk juga bisa memberikan respons yang berlebih, yang mana pada kasus ini adalah refleks tubuh. Istilah refleks mengacu pada sebuah respons spontan yang terjadi sebagai bentuk respons pada suatu rangsangan.[3]
Sering terjadi refleks dilakukan di luar kesadaran, tidak dimaksudkan, ataupun direncanakan. Diakibatkan gangguan yang dialami bagian otak tertentu, gangguan pada kemampuan refleks ini menjadi berlebih, sehingga penderita cenderung mengeluarkan gerakan-gerakan di luar keinginan dan intensinya.[4][5] Apabila tidak segera ditangani, penderita dapat mengalami kelelahan akut.
Cara mengatasi Stroke
Dikarenakan struk sendiri merupakan sebuah kondisi gangguan yang di alami fisik dan bukanlah penyakit, cara mengatasinya pun dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang bersifat preventif dan yang bersifat penanggulangan. Cara mengatasi pada bentuk yang bersifat preventif dapat dilakukan dengan cara : [1][2][3][4][5]
Namun untuk cara mengatasi yang bersifat penanggulangan dapat dilakukan dengan cara terapi. Banyak penderita Struk yang telat mendapatkan pertolongan pertama sehingga mendapati dampak fisik permanen. Berbagai program rehabilitasi fisik, diantaranya: [2][5]
By: Sir Lord Artaz Gang
1) Aminoff, M. J., Boller, F., & Swaab, D. F. sciencedirect. Handbook of clinical neurology. Stroke part I: Basic and epidemiological aspects. 2010
2) Fatahzadeh, M., & Glick, M. sciencedirect. Stroke: epidemiology, classification, risk factors, complications, diagnosis, prevention, and medical and dental management. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontology. 2006
3) Grotta, J. C., Albers, G. W., Broderick, J. P., Kasner, S. E., Lo, E. H., Sacco, R. L., ... & Day, A. L. sciencedirect. Stroke E-Book: Pathophysiology, Diagnosis, and Management. 2021
4) Murphy, S. J., & Werring, D. J. sciencedirect. Medicine - Stroke: causes and clinical features. 2020
5) Prof. Bruce C. V. Campbell, Ph.D., & Prof. Pooja Khatri, M.D., sciencedirect. The Lancet: Seminar | Volume 396, Issue 10244 - Stroke. 2020