Sindrom usus bocor atau leaky gut syndrome merupakan kondisi dimana celah pada dinding usus mengalami kebocoran. Akibatnya, bakteri dan racun dari saluran pencernaan dapat memasuki aliran darah [1,2].
Penyakit yang satu ini belum diketahui pasti apa faktor penyebabnya. Namun, terdapat beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan kelainan ini [1,2].
Beberapa faktor tersebut meliputi, penyakit autoimun, infeksi, gizi buruk, dan lain sebagainya. Sindrom usus bocor memiliki sejumlah gejala yang hampir serupa dengan masalah kesehatan lainnya [1,2].
Untuk itu, penyakit ini sulit diidentifikasi oleh dokter. Namun, kemungkinan terbesar penyakit ini menurut para ahli yaitu adanya hiperpermealitas usus [1,2].
Hal inilah yang memicu timbulnya celah di antara sel epitel usus. Adapun berikut di bawah ini beberapa gejala sindrom usus bocor [1,2]:
Salah satu gejala dari sindrom usus bocor ialah gangguan gastrointestinal, seperti perut kembung, sembelit, dan diare kronis. Hal tersebut mengakibatkan zat-zat makanan tidak dapat terurai dengan baik [1,3].
Hal ini terjadi dikarenakan kerusakan pada sel epitel mukosa usus. Kerusakan sel inilah yang dapat menghambat produksi hormon sekretin [1,3].
Dimana, hormon tersebut memiliki peran yang penting dalam merangsang produksi enzim pencernaan. Akibatnya, protein sejenis gluten dan kasein tidak dapat dicerna dengan baik karena sulit dicerna [1,3].
Selain mengalami gangguan gastrointestinal, penderita sindrom usus bocor akan merasakan sakit kepala. Hal tersebut disebabkan oleh bakteri usus yang dapat mempengaruhi sistem saraf di otak [1,3].
Selain itu, hal tersebut juga dapat mempengaruhi penderita menjadi lebih sulit untuk berkonsentrasi [1,3].
Gejala lainnya dari sindrom usus bocor adalah masalah kulit. Beberapa masalah kulit tersebut seperti, ruam, eksim, dan jerawat [1,3].
Hal tersebut dikarenakan kebocoran pada usus dan hiperpermeabilitas mukosa usus. Hal inilah yang dapat memicu sejumlah masalah pada kulit [1,3].
Selain itu, penyakit ini juga dapat menimbulkan reaksi autoimun. Hal tersebut dikarenakan terdapat adanya autoimun yang disebut anti-Myelin Basic Protein yang menghambat kondisi impuls [1,3].
Kekurangan gizi juga menjadi pertanda dari sindrom usus bocor. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan zat-zat makanan yang tidak dapat terserap dengan sempurna [1,3].
Selain itu, kekurangan gizi juga dapat disebabkan oleh atrofi pankreas. Dimana, hal ini mengakibatkan terjadinya defisiensi enzim pencernaan dan gangguan pencernaan lebih lanjut lainnya [1,3].
Nyeri sendi merupakan kondisi yang sangat wajar dan dapat menyerang berbagai kalangan. Namun, kondisi ini tidak dapat disepelekan karena dapat menjadi pertanda penyakit tertentu [1,3].
Salah satunya merupakan gejala dari sindrom usus bocor. Hal tersebut dikarenakan penyakit ini dapat mengakibatkan peradangan [1,3].
Tak hanya itu, penyakit yang satu ini juga beresiko mengakibatkan nyeri sendi dan nyeri pada seluruh badan atau fibromyalgia. [1,3].
Gejala terakhir dari sindrom usus bocor yaitu adanya kondisi neuropsikiatri. Kondisi tersebut merupakan kondisi kejiwaan yang mempengaruhi masalah perilaku [1,3].
Kondisi ini termasuk perubahan suasana hati, agitasi, dan gangguan terhadap memori. Hal tersebut dapat terjadi apabila peptide (gluten dan kasein) masuk ke otak dan menempel pada reseptor opioid [1,3].
Hal tersebut mengakibatkan peptide berubah fungsinya menjadi morphin. Akibatnya, zat tersebut mempengaruhi sistem pada saraf pusat [1,3].
Hal inilah yang mengakibatkan penderita sindrom ini mengalami sejumlah kondisi neuropsikatri [1,3].
Sindrom usus bocor tergolong ke salah satu penyakit yang masih misterius. Untuk itu, tidak ada cara yang pasti untuk mengetahui apakah seseorang mengalami penyakit tersebut atau tidak [1,2].
Namun, sebaiknya segera kunjungi dokter apabila mengalami sejumlah gejala dari sindrom usus bocor dalam kurun waktu yang cukup lama. Meskipun gejala-gejala yang dialami tergolong umum, sebaiknya lakukan konsultasi ke dokter untuk perawatan lebih lanjut [1,2].
Hal ini dilakukan untuk mendeteksi sindrom usus bocor sejak dini. Selain itu, hal tersebut juga bertujuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan [1,2].
Seseorang yang divonis positif terkena kelainan yang satu ini, maka dokter akan melakukan serangkaian tes. Dokter juga akan memberikan saran pengobatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
Hal ini dikarenakan penyebab dari sindrom ini dan kondisi pasien yang berbeda-beda. Untuk itu, metode pengobatannya pun juga berbeda tergantung dari kedua faktor tersebut [1,2].
Kenali juga efek samping dari pengobatan yang disarankan dokter dan lakukan sesuai dengan arahan dari dokter [1,2].
1. Muthuirulan Pushpanathan. Leaky Gut Syndrome: Mystery Illness Triggered by Candida albicans. 4(3): 00133. Journal of Nutritional Health & Food; 2016.
2. Michael Camilleri, M.D. The Leaky Gut: Mechanisms, Measurement and Clinical Implications in Humans. 68(8): 1516–1526. Gut; 2019.
3. Bilal Ahmad Paray, Mohammed Fahad Albeshr, Arif Tasleem Jan, Irfan A. Rather. Leaky Gut and Autoimmunity: An Intricate Balance in Individuals Health and the Diseased State. 1-12. Int. J. Mol. Sci.; 2020.