Hernia umbilikalis terjadi bila sebagian jaringan usus atau lemak keluar melalui sebuah area di dekat pusar dan terdorong melalui titik lemah dari dinding perut di sekitarnya. Kondisi ini umum terjadi pada bayi yang lahir prematur.
Daftar isi
Tidak seperti hernia pada umumnya, yang terjadi pada remaja atau orang dewasa, sekitar 20% bayi terlahir dengan hernia umbilikalis.
Hernia ini terjadi pada umbilikal (pusar) akibat salah satu lingkaran usus terdorong melalui cincin umbilikal, yaitu sebuah bukaan kecil di otot perut janin tempat keluarnya tali pusar, yang menghubungkan janin dengan ibunya ketika berada di dalam kandungan. [1, 2, 3]
Di Indonesia hernia umbilikalis dikenal juga dengan pusar bodong.
Hernia umbilikalis umum terjadi pada bayi baru lahir, tetapi jumlah pastinya tidak diketahui karena banyak kasus yang tidak dilaporkan kemudian sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Bayi yang lahir prematur adalah yang paling sering mengalami kondisi ini. Hingga 75% bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 1.5 kg mengalami hernia umbilikalis. [1]
Ketika janin sedang berkembang di dalam rahim, tali pusar memanjang melalui sebuah bukaan di dinding perut. Bukaan ini normalnya akan segera tertutup setelah bayi lahir.
Tetapi, otot-otot di sekitar bukaan ini tidak selalu menutup sepenuhnya, sehingga ada satu titik lemah tempat dimana hernia umbilikalis bisa terdorong keluar.
Hernia umbilikalis umumnya tidak menyebabkan nyeri atau rasa tidak nyaman. Pada sekitar 90% kasus, hernia umbilikalis yang dialami oleh bayi baru lahir akan menutup sendiri ketika memasuki usia 3 hingga 4 tahun. [1, 2, 3]
Jika hernia masih ada saat anak berusia 4 tahun, dokter mungkin akan menyarankan pembedahan. [1, 2, 3]
Kondisi ini juga bisa terjadi pada orang dewasa, terutama jika pasien secara klinis termasuk kelebihan berat badan, sering mengangkat benda berat, atau mengalami batuk terus menerus.
Wanita yang pernah mengandung beberapa kali juga termasuk berisiko mengalami hernia umbilikalis.
Pada orang dewasa, hernia lebih umum terjadi pada wanita. Pada bayi, jumlah risiko seimbang pada bayi laki-laki maupun perempuan. [1]
Penyebab hernia umbilikalis berbeda pada tiap-tiap kelompok usia.
Pada bayi, ketika janin berkembang di dalam janin, sebuah bukaan kecil terbentuk di otot perut. Bukaan ini berfungsi sebagai jalan bagi tali pusar agar janin bisa terhubung dengan ibunya.
Mendekati masa persalinan, atau segera setelahnya, bukaan ini seharusnya menutup. Jika tidak menutup dengan sempurna, maka jaringan lemak atau bagian dari usus bisa menonjol keluar dan menyebabkan hernia umbilikalis. [1, 2, 3, 4]
Bayi yang lahir prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah berisiko lebih tinggi untuk terkena hernia umbilikalis.
Setelah bayi lahir, tali pusar tidak lagi diperlukan, dan bukaan di otot perut akan menutup seiring pertambahan usia bayi. Kadang-kadang, otot-otot ini tidak saling bertemu sepenuhnya, sehingga terciptalah sebuah lubang kecil.
Satu lingkaran usus bisa bergerak ke arah lubang ini dan masuk ke bukaan kecil antara otot perut tadi sehingga terjadilah hernia. [1, 2, 3, 4]
Pada orang dewasa, jika terjadi terlalu banyak tekanan pada dinding perut, jaringan lemak atau bagian dari usus bisa menonjol melalui bagian lemah dari otot perut. Penyebab paling umum pada orang dewasa adalah: [1, 2, 3]
Hernia umbilikalis tampak seperti benjolan di bagian pusar. Benjolan ini akan semakin jelas bila bayi sedang tertawa, menangis, buang air besar, atau batuk. Bila bayi sedang berbaring atau dalam keadaan tenang, benjolan akan mengecil. [1, 3]
Hernia jenis ini biasanya tidak menyebabkan nyeri pada anak-anak atau bayi. Tetapi, orang dewasa mungkin merasakan sakit atau rasa tidak nyaman bila ukuran hernia cukup besar.
Hernia umbilikalis harus segera diperiksakan ke dokter bila: [1, 3]
Komplikasi hernia umbilikalis jarang terjadi pada anak-anak.
Jika benjolan terperangkap dan tidak bisa didorong masuk ke dalam rongga perut, maka kekuatiran utamanya adalah usus bisa kehilangan suplai darah dan mengalami kerusakan. [1, 2, 3, 4]
Jika suplai darah terputus sepenuhnya, maka akan timbul risiko terjadinya gangrene dan infeksi yang mengancam keselamatan jiwa pasien. Tetapi, kondisi ini jarang terjadi pada orang dewasa, apalagi pada anak-anak.
Hernia biasanya bisa didiagnosa saat pemeriksaan fisik. Dokter akan mencari dan merasakan adanya benjolan atau pembengkakan di bagian pusar.
Saat pemeriksaan, dokter akan mencari tahu apakah hernia bisa diperkecil atau tidak berdasarkan kondisi benjolan saat didorong masuk ke rongga perut.
Dokter juga akan memeriksa dan melengkapi riwayat kesehatan pasien untuk menentukan apakah hernia umbilikalis terperangkap di bukaan otot perut atau tidak.
Jika iya, maka ini adalah kondisi yang serius karena bagian usus yang menonjol bisa kekurangan suplai darah dan membusuk jika tidak segera ditangani. [1, 2]
Dokter mungkin akan meminta pasien untuk menjalani tes darah untuk menemukan tanda-tanda infeksi yag diakibatkan oleh usus yang terperangkap tadi.
Tes-tes lain yang mungkin juga dilakukan termasuk barium X-ray, ultrasound, MRI atau CT scan untuk memeriksa usus dengan lebih dekat, terutama bila ukuran hernia sudah tidak bisa diperkecil. [1, 2, 3, 4]
Pengobatan tidak selalu dibutuhkan, karena sebagian besar hernia umbilikalis akan hilang dengan sendirinya. Tetapi hal ini tidak selalu berlaku, terutama pada orang dewasa.
Pada kebanyakan bayi, hernia akan menutup sendiri tanpa bantuan pengobatan memasuki usia 12 bulan. Kadang-kadang, dokter bisa mendorong masuk benjolan ke dalam perut. Tetapi, penting untuk dicatat, hanya dokter yang boleh melakukan hal ini. [1]
Pembedahan mungkin akan dilakukan bila:
Pembedahan biasanya disarankan pada orang dewasa yang mengalami hernia umbilikalis. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi, terutama bila benjolan hernia mulai terasa sakit. [1, 3, 4]
Hampir tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah terjaidnya hernia umbilikalis pada bayi baru lahir. Tetapi, bila kondisi ini berkembang pada orang dewasa akibat beberapa faktor risiko, maka hal-hal berikut bisa dilakukan sebagai langkah pencegahan: [1, 5]
1. Adam Felman, Saurabh Sethi, M.D., MPH. Umbilical hernia: What you need to know. Medical News Today; 2018.
2. Johns Hopkins Team. Umbilical Hernia. Johns Hopkins Medicine.
3. Shannon Johnson, Sandy Calhoun Rice. Umbilical Hernia. Healthline Parenthood; 2017.
4. Charles M. O'Leary, M.D, Cyril E. Clymer, M.D., F.A.C.S. Umbilical hernia. The American Journal of Surgery; 1941.
5. Mr Stefano Giuliani, Mr Athur Harikrishnan. Umbilical hernia. Top Doctors.