Asites: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Asites?

Asites (Ascites) ialah akumulasi cairan patologis di dalam rongga peritoneal. Asites merupakan komplikasi paling umum dari sirosis dan terjadi pada sekitar 50% pasien dengan sirosis dekompensasi dalam 10 tahun[1].

asites
Sumber Gambar: Health Jade

Asites terjadi ketika cairan berakumulasi di dalam perut (lebih dari 25 ml). Akumulasi cairan ini terjadi di antara dua lapisan membran yang menyusun peritoneum, yang merupakan suatu kantung halus yang mengandung organ-organ tubuh[2, 3]

Pada orang sehat, rongga peritoneum mengandung cairan dalam jumlah sangat kecil. Beberapa wanita dapat memiliki sekitar 20 ml selama siklus menstruasi[1, 2].

Asites merupakan gejala dari suatu kondisi penyebab. Gejala utama asites berupa pembengkakan perut dan peningkatan berat badan[2].

Fakta Asites

Pasien dengan asites sirosis memiliki tingkat mortalitas 3 tahun sekitar 50%[1].

Asites refraktori membawa prognosis buruk, dengan tingkat kelangsungan hidup 1 tahun kurang dari 50%[1].

Motalitas meningkat dari komplikasi seperti peritonitis bakteri spontan dan sindrom hepatorenal. Rentang mortalitas mulai 15% dalam 1 tahun hingga 44% dalam 5 tahun[1].

Penyebab Asites

Asites umumnya disebabkan oleh perlukaan hati, atau disebut sebagai sirosis. Perlukaan meningkatkan tekanan di dalam pembuluh darah hati. Peningkatan tekanan dapat mendorong cairan ke dalam rongga perut, mengakibatkan asites[3, 4].

Asites cenderung terjadi pada gangguan hati kronis dibandingkan pada gangguan hati akut. Penyebab paling umum asites yaitu hipertensi portal, tekanan darah tinggi di dalam vena porta (vena besar yang membawa darah dari usus ke hati) dan percabangannya[5].

Hipertensi porta biasanya disebabkan oleh sirosis. Sementara sirosis umumnya disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih, lemak hati, atau hepatitis akibat virus[5].

Di Amerika penyakit yang paling umum menyebabkan pasien mengalami asites adalah sirosis, yang mana terjadi pada sekitar 80% kasus[1].

Berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan asites[1]:

Asites juga dapat disebabkan oleh masalah lain seperti pasien menjalani dialisis, kadar protein rendah, infeksi, gagal ginjal, penggunaan alkohol kronis, penggunaan obat melalui intravena (IV)[4, 6].

Gejala Asites

Gejala asites dapat muncul secara perlahan atau tiba-tiba, bergantung pada penyebab penumpukan cairan. Asites biasanya disertai sensasi kenyang, perut bengkak, dan peningkatan berat badan dengan cepat[3, 6].

Berikut beberapa gejala asites[3, 4, 6]:

Retensi cairan menyebabkan tekanan pada organ-organ internal lainnya, yang mana seringkali menyebabkan pasien mengalami sensasi tidak nyaman.[2]

Asites dapat menimbulkan perut kembung, sakit perut dan punggung, dan mengarah pada kesulitan untuk duduk dan bergerak[2].

Komplikasi Asites

Komplikasi asites dapat mengarah pada beberapa kondisi berikut[3]:

  • Sakit perut
  • Efusi preural, atau adanya cairan di dalam paru-paru yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas
  • Hernia, seperti hernia inguinal
  • Infeksi bakteri
  • Sindrom hepatorenal, jenis langka dari gagal ginjal progresif

Terkadang asites menyebabkan terjadinya peritonitis bakteri spontan, yaitu infeksi dari cairan asitik yang berkembang tanpa alasan jelas. Infeksi ini umum di antara pasien dengan asites dan sirosis, terutama pengonsumsi alkohol[5].

Kondisi ini dapat menimbulkan sakit perut dan bengkak pada perut. Pasien dapat mengalami demam dan merasa tidak sehat, menimbulkan kebingungan, disorientasi, dan kantuk. Jika tidak ditangani, infeksi dapat berakibat fatal[5].

Diagnosis Asites

Untuk mendiagnosis asites, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami pasien[4, 5].

Ketika dokter mengetuk pelan perut pasien, adanya cairan akan menghasilkan suara pelan. Jika perut pasien membengkak akibat usus dipenuhi dengan gas, ketukan pelan menghasilkan suara hampa[5].

Dokter juga dapat menggunakan beberapa pemeriksaan berikut untuk mengonfirmasi kondisi pasien[3, 4, 5]:

  • Tes Imaging

Beberapa tes imaging dapat digunakan untuk memeriksa bagian dalam perut pasien, seperti ultrasound, MRI, atau CT scan.

  • Sampel Cairan

Sejumlah kecil sampel cairan asites dapat diambil dengan menggunakan jarum yang dimasukkan melalui dinding perut, prosedur ini disebut paracentesis. Dengan menganalisa cairan di laboratorium, dapat membantu menentukan penyebab kondisi.

Pengobatan Asites

Pengobatan asites yang sesuai bergantung pada penyebab retensi cairan. Tujuan dari pengobatan asites ialah untuk meminimalkan volume cairan asites dan mengurangi edema periferal, tanpa menyebabkan deplesi volume intravaskuler[1].

Diuretik dan Diet Rendah Natrium

Penanganan awal berupa pembatasan natrium dan diuretik[1, 5]. Diet rendah natrium untuk penanganan asites bertujuan membatasi konsumsi natrium per hari sebanyak 2000 mg atau kurang[5].

Pada kasus asites dengan gradien albumin tinggi yang mana terjadi pada siroris, penanganan meliputi:[1]

  • Menghindari konsumsi alkohol
  • Membatasi konsumsi natrium hingga 88mEq (2000 mg) per hari
  • Penanganan dengan diuretik (spironolactone dan furosemide dengan rasio 100:40 mg/hari).

Diuretik berfungsi untuk meningkatkan ekskresi sodium dan air oleh ginjal ke dalam urin, sehingga menurunkan tekanan di dalam vena di sekitar hati. Pasien yang menerima pengobatan diuretik dapat memerlukan pemantauan kandungan kimiawi dalam darah[3, 5].

Parasentesis

Pada kasus berat di mana asites menyebabkan kesulitan bernapas dan gangguan saat makan, cairan dapat dihilangkan dengan prosedur parasentesis.

Dalam prosedur ini, sebuah jarum tipis panjang digunakan untuk menghilangkan kelebihan cairan. Jarum dimasukkan melalui kulit ke dalam rongga perut[3, 5].

Parasentesis sering dilakukan untuk meredakan gejala atau pada pasien dengan tense asites. Suplemen albumin sebaiknya diberikan pada saat yang sama untuk mencegah hipotensi.

Jika tersedia, terlipressin lebih dianjurkan daripada albumin[1]. Prosedur ini berisiko infeksi, sehingga pasien diresepkan antibiotik[3].

Prosedur paracentesis dapat menimbulkan komplikasi seperti[1]:

Pasien yang mengalami peritonitis bakterial biasanya diberikan antibiotik seperti cefotaxime. Karena infeksi ini sering kali kambuh dalam satu tahun, diberikan antibiotik yang berbeda setelah infeksi pertama pulih (seperti norfloxacin)[5].

Prosedur Bedah

Pada kasus ekstrim, di mana cairan berjumlah besar terakumulasi dengan sering atau jika perawatan lain tidak efektif, pasien dapat memerlukan portosystemic shunt atau transplantasi hati[3, 5].

Portosystemic shunt ialah tabung permanen yang ditanamkan dalam tubuh, berfungsi untuk menghubungkan vena porta atau salah satu cabangnya dengan vena pada sirkulasi umum, sehingga tidak melewati hati[3, 5].

Dokter dapat menganjurkan transplantasi hati jika asites tidak merespon perawatan yang diberikan. Umumnya prosedur ini digunakan pada penyakit hati tahap akhir[3].

Penanaman portosystemic shunt termasuk prosedur invasif dan dapat menyebabkan masalah seperti deteriorasi fungsi otak (encephalopati hepatik) dan deteriorasi fungsi hati[5].

Pencegahan Asites

Langkah-langkah tertentu yang membantu mencegah sirosis hati dan kanker dapat mencegah asites, meliputi[4]:

  • Menghentikan konsumsi alkohol
  • Menjaga berat badan sehat
  • Berolahraga secara teratur
  • Berhenti merokok
  • Membatasi konsumsi garam
  • Melakukan hubungan seksual yang aman dan sehat menurunkan risiko hepatitis
  • Menghindari penggunaan narkoba untuk mengurangi risiko hepatitis
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment