Kehamilan & Parenting

Kecerdasan Emosional: Komponen – Pengaruh

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kecerdasan emosional/emotional quotient (EQ) adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengatur emosi diri sendiri dengan cara yang positif untuk melepaskan stres, berkomunikasi dengan efektif,

Apa Itu Kecerdasan Emosional ?

Berbagai model kecerdasan emosional telah diusulkan untuk mengidentifikasi Kecerdasan Emosional, termasuk tiga model utama yaitu model campuran [1].

Kecerdasan Emosional sebagai kombinasi dari keterampilan emosional dan dimensi kepribadian seperti ketegasan dan optimisme merupakan konseptualisasi model campuran [1].

Artinya, Kecerdasan Emosional merupakan seperangkat kompetensi, keterampilan dan fasilitastor multifaktorial seseorang dalam mengekspresikan dan memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungan setiap harinya [1].

Orang yang memiliki Kecerdasan Emosional dapat menerima dan memahami emosi dan mengekspresikan diri secara tegas, berempati, bekerja sama dengan dan berhubungan dengan orang lain dengan cara yang tepat [1].

Dengan kata lain, orang tersebut dapat mengelola situasi stres, memecahkan masalah pribadi dengan interpersonal yang efektif serta optimis terhadap kehidupan.

Perbedaan EQ Dan IQ

Kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) dan Intelligence Quotience (IQ) merupakan dua hal yang berbeda.

Kecerdasan emosional umumnya mengacu pada kemampuan untuk merasakan emosi dalam diri sendiri dan orang lain. Dengan Kecerdasan Emosional yang tinggi, seseorang mungkin akan memiliki kemampuan seperti [2]:

  • Mengidentifikasi emosi dalam diri sendiri dan orang lain
  • Memiliki dan menunjukkan empati pada orang lain
  • Memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan perasaan dengan kondisi
  • Memegang kendali impuls
  • Menahan diri dari godaan dan mampu mengontrol kepuasan
  • Menyelesaikan konflik dengan orang lain
  • Berkomunikasi secara efektif

Sedangkan IQ mengacu pada kemampuan intelektual dengan beberapa elemen paling umum termasuk kemampuan untuk [2]:

  1. Memecahkan masalah dengan logika
  2. Merencanakan dan menyusun strategi
  3. Memahami ide-ide abstrak
  4. Memiliki jiwa pembelajar
  5. Menguasai bahasa

Komponen Kercerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional diketahui memiliki beberapa komponen komponen sebagai berikut [3]:

  • Stimuli Emosional

Lingkungan memberikan informasi dan rangsangan pada manusia untuk membuatnya lebih memahami dirinya dan orang lain dalam lingkungan hidupnya. Hasil dari pemrosesan stimulus sensorik oleh mekanisme kognitif umumnya disebut sebagai stimulus emosional.

Stimulus emosional diproses oleh mekanisme kognitif yang menentukan emosi apa yang dirasakan. Tidak hanya itu, stimulus emosional yang diproses oleh mekanisme kognitif ini selanjutnya juga menghasilkan reaksi emosional yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku tersebut.

Oleh karena itu, stimulus emosional merupakan dasar dari piramida kecerdasan emosional yang mengarah ke tingkat atasnya.

  • Pengakuan Emosi

Dalam piramida, tingkatan di bawah stimulus emosional yaitu pengakuan atau pengenalan emosi yang diekspresikan secara bersamaan pada waktu tertentu.

Pengenalan emosi ini mencakup kemampuan untuk secara akurat memecahkan kode ekspresi perasaan orang lain, biasanya ditransmisikan melalui saluran non-verbal (yaitu, wajah, tubuh, dan suara).

Dengan pengenalan emosi ini seseorang akan menentukan kemampuan sosial dan interaksi, karena perilaku non-verbal adalah sumber informasi yang dapat diandalkan tentang keadaan emosional orang lain.

  • Kesadaran Diri

Kesadaran diri atau pengenalan diri sendiri merupakan awal dari semua kebijaksanaan menurut Aristoteles. Di mana, kesadaran diri ini merupakan tingkatan ketiga di bawah pengakuan emosi.

Kesadaran diri merupakan pemahaman dan persepsi seseorang tentang kepribadian yang dimilikinya, termasuk kekuatan, kelemahan, pikiran, keyakinan, motif, dan perasaan .

Dengan kesadaran diri, seseorang akan mampu mengubah pikiran, mengubah emosi dan akhirnya mengubah tindakan yang akan dilakukan.

  • Manajemen Diri

Manajemen diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengontrol reaksi sehingga tindakan seseorang tidak didorong oleh perilaku dan perasaan impulsif.

Dengan manajemen diri seseorang dapat menjadi lebih fleksibel, lebih ekstrover, dan reseptif, dan pada saat yang sama tidak terlalu kritis terhadap situasi dan kurang reaksioner terhadap sikap orang.

Selain itu, seseorang yang memiliki manajemen diri yang baik akan tahu lebih banyak tentang apa yang harus dilakukan karena telah mengenali perasaan dan menerimanya, sehingga pengelolaannya menjadi lebih mudah.

  • Kesadaran Sosial, Empati da Diskriminasi Emosi

Jika seseorang memiliki manajemen diri yang baik maka umumnya seseorang tersebut juga akan memiliki kesadaran sosial, yang merupakan perluasan dari kesadaran emosional.

Kesadaran Sosial mengacu pada cara seseorang menangani hubungan dan kesadaran perasaan, kebutuhan, dan perhatian orang lain.

Empati, merupakan suatu hal yang dapat membuat seseorang memahami perasaan dan pikiran orang lain dari sudut pandangnya sendiri.

Sedangkan siskriminasi emosi juga termasuk dalam level piramida ini karena kemampuan intelektual yang memberi seseorang kemampuan untuk membedakan dengan akurat antara emosi yang berbeda dan melabelinya dengan tepat.

  • Keterampilan Sosial dan Keahlian

Keterampilan sosial mengacu pada kemampuan yang diperlukan untuk menangani dan memengaruhi emosi orang lain secara efektif untuk mengelola interaksi dengan sukses.

Dengan keterampilan sosial, seseorang akan mampu memahami dan menyesuaikan dengan perasaan orang lain.

Sedangkan keahlian dalam emosi dapat dicirikan sebagai kemampuan untuk :

  1. Meningkatkan kepekaan terhadap parameter emosional
  2. Secara akurat menentukan relevansi dinamika emosi dengan negosiasi
  3. Secara strategis mengekspos emosi individu dan menanggapi emosi yang berasal dari orang lain
  • Aktualisasi Diri dan Universalitas Emosi

Aktualisasi diri termasuk dalam teori kebutuhan yang dijelaskan oleh Maslow, di mana mencakup realisasi potensi pribadi, pemenuhan diri, mengejar pengembangan pribadi dan puncak pengalaman.

Aktualisasi diri ini merupakan suatu proses yang terjadi secara terus-menerus hingga seseorang mencapai puncak seperti bahagia selamanya.

Dengan aktualisasi diri seseornag akan dapat merasakan empati dan kekeluargaan terhadap kemanusiaan secara keseluruhan hingga menumbuhkan universalitas emosi.

Oleh karena itu, seseorang tersebut akan memiliki kecerdasan emosional dalam satu budaya maupun budaya lain disertai dengan kemampuan untuk memahami perbedaannya.

  • Transendensi

Jika seseorang telah mencapai aktualisasi diri, menurut Maslow orang tersebut terkadang akan mengalami keadaan yang disebutnya sebagai “transendensi”.

Dalam hal ini, transendensi dapat membuat seseorang membantu orang lain untuk mengaktualisasikan diri, menemukan pemenuhan diri, dan menyadari potensinya.

Dengan transendensi, kecerdasan emosional seseorang akan semakin kuat sehingga dapat membantu orang lain memahami dan mengelola emosinya.

Lebih lanjut, transendensi diri dapat diekspresikan dalam berbagai cara, perilaku dan perspektif seperti :

  1. Pertukaran kebijaksanaan dan emosi dengan orang lain
  2. Integrasi perubahan fisik atau penuaan alami
  3. Penerimaan kematian sebagai bagian dari kehidupan
  4. Minat dalam membantu orang lain dan belajar tentang. Dunia
  5. Kemampuan untuk meninggalkan kerugian
  6. Menemukan signifikansi spiritual dalam hidup
  • Persatuan Emosional

Komponen terakhir dalam Kecerdasan Emosional yaitu persatuan emosional yang merupakan dinamika berorientasi positif yang disengaja. Artinya, persatuan emosional bertujuan untuk mencapai dan mempertahankan dominasi emosi, dan mengendalikan situasi.

Persatuan emosional adalah harmoni internal, di mana seseorang akan merasakan kegembiraan, kedamaian, kemakmuran, dan kesadaran akan kebenaran tertinggi.

Selain itu, dengan persatuan emosional semakin seseorang menggali lebih dalam hatinya dan mengikutinya, semakin kecil kemungkinan seseorang melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang lain atau lingkungan hidupnya secara umum.

Mengapa Kecerdasan Emosional Penting ?

Kecerdasan emosional sangat penting karena mampu memberikan manfaat bagi berbagai bidang kehidupan, termasuk di tempat kerja [4].

Kecerdasan emosional akan membuat seseorang memiliki kemampuan menerima kritik membangun tanpa menyalahkan, di mana hal ini dapat membantunya tumbuh sebagai karyawan dan berkembang di bidangnya [4].

Selain itu, kecerdasan emosional ini juga sangat bermanfaat di tempat kerja karena seseorang akan cenderung tidak membuat dorongan atau keputusan buruk yang dapat memengaruhi kinerjanya [4].

Mengingat, dengan kecerdasan emosional, seseorang akan mampu menggunakan logika dan penalaran untuk memikirkan konsekuensi dari suatu keputusan sebelum bereaksi [4].

Dengan kata lain kecerdasan emosional ini merupakan bagian integral dari kesuksesan seseorang di tempat kerja [4].

Pengaruh Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional diketahui memiliki pengaruh yang positif terhadap beberapa hal khususnya dalam dunia kerja termasuk [1]:

  • Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja

Kecerdasan Emosional diketahui mampu memprediksi kinerja seseorang, di mana seseorang yang memiliki Kecerdasan Emosional yang tinggi akan memiliki kinerja yang lebih baik dari pada seseorang dengan Kecerdasan Emosional rendah.

Namun, penelitian lebih lanjut, khususnya dengan variabel tambahan seperti prestasi kerja aktual, perbedaan gender dan ras, serta kegunaan berbagai jenis ukuran Kecerdasan Emosional yang didasarkan pada kemampuan atau model campuran dalam pelatihan dan seleksi masih dibutuhkan.

  • Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Kepuasan Kerja

Kecerdasan Emosional diketahui juga memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan kerja, di mana seseorang yang memiliki Kecerdasan Emosional lebih tinggi akan lebih puas dengan pekerjaannya.

Selain itu, seseorang yang memiliki Kecerdasan Emosional lebih tinggi juga akan menunjukkan kapasitas yang lebih besar untuk belajar daripada rekannya dengan tingkat Kecerdasan Emosional yang lebih rendah.

Hal ini dapat terjadi karena seseorang yang memiliki Kecerdasan Emosional lebih tinggi akan mampu mengelola dan memahami emosinya sendiri maupun orang lain secara cerdas dan adaptif dalam kehidupan pribadi dan profesionalnya.

Cara Membangun Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional dapat dibangun dengan mengembangkan komponen komponen kecerdasan emosional sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Mulai dari stimulus emosional hingga persatuan emosional [4].

Selain itu, berikut ini merupakan beberapa langkah konkrit yang dapat dijadikan sebagai cara meningkatkan kecerdasan emosional [4]:

  • Meningkatkan interaksi dengan orang lain untuk memicu timbulnya empati sehingga dapat menempatkan diri pada posisi orang lain
  • Melatih kerendahan hati dan membiarkan orang lain memiliki kesempatan bersinar untuk pencapaiannya hingga dapat mempelajari cara mencapai tujuan tanpa perhatian atau pujian
  • Berusaha untuk meningkatkan cara menangani situasi sulit
  • Berlatih untuk tetap tenang ketika kesal, stres, atau marah dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada diri hingga memahami akar emosi

Contoh Kecerdasan Emosional

Berikut ini merupakan beberapa contoh Kecerdasan Emosional [4]:

  • Seseorang yang dinilai berempati oleh orang lain
  • Seseorang dengan kemampuan pemecah masalah yang sangat baik
  • Seseorang yang tidak takut menjadi rentan dan mudah berbagi perasaan
  • Seseorang yang selalu mampu menetapkan batasan dan tidak takut untuk mengatakan “tidak”
  • Seseorang yang memiliki kemampuan bergaul dengan orang-orang dalam situasi yang berbeda
  • Seseorang yang memiliki kemampuan mengabaikan momen buruk dan melanjutkan hidupnya
  • Seseorang yang memberikan pertanyaan dengan terbuka
  • Seseorang yang dapat menerima kritik yang membangun tanpa membuat alasan atau menyalahkan orang lain
  • Seseorang yang dapat menjadi pendengar yang sangat baik
  • Seseorang yang tidak takut mengakui kesalahan dan meminta maaf
  • Seseorang yang mampu memotivasi dirinya sendiri dan bahkan orang lain
  • Seseorang yang mampu memahami tindakan dan perilaku orang lain

1. Gilar-Corbi Raquel, Pozo-Rico Teresa, Sánchez Bárbara, Castejón Juan-Luís & Pérez-González Juan-Carlos. Can emotional intelligence be improved? A randomized experimental study of a business-oriented EI training program for senior managers. PLOS ONE; 2019.
2. Rebecca Joy Stanborough & Alana Biggers. EQ vs. IQ: Which One Is More Beneficial?. Healthline; 2021.
3. Drigas thanasios & Papoutsi Chara. A New Layered Model on Emotional Intelligence. Behavioral Sciences; 2018.
4. Valencia Higuera & Vara Saripalli. What You Need to Know About Emotional Intelligence. Healthline; 2018.

Share