Laringomalasia merupakan ketidaknormalan bawaan yang terdapat pada tulang rawan di kotak suara. Akibat kelainan ini, bagian dari kotak suara jatuh dan menutupi jalan napas saat menghirup napas. Hal ini dapat berujung pada obstruksi jalan napas. [1]
Tingkat kejadian laringomalasia pada populasi umum tidaklah diketahui namun diperkirakan 1 kasus setiap 2000 sampai 3000 kelahiran. Laringomalasia dapat terjadi baik pada wanita maupun pria dengan perbandingan yang sama. [2]
Umumnya, laringomalasia menyebabkan napas dengan bunyi berisik pada bayi. Biasanya kondisi ini akan membaik dengan sendirinya ketika usia bayi mencapai 1 tahun. Kebanyakan bayi dengan kondisi ini memiliki gejala yang ringan. [3]
Daftar isi
Gejala umum dari laringomalasia adalah bunyi berisik saat menghirup udara. Bunyi berisik ini terdengar seperti bernada tinggi dan disebut sebagai stridor. Rata-rata, kondisi ini pertama kali muncul saat bayi berusia 2 minggu. Dan bunyinya akan semakin parah bila bayi dalam kondisi terlentang dan menangis. [4]
Laringomalasia juga akan bertambah parah pada beberapa bulan awal kehidupan bayi. Selain itu, bayi dengan kondisi ini dapat pula mengalami retraksi (mengempis) bagian leher atau dada ketika menghirup napas. Pada kasus yang parah, terdapat beberapa gejala lain yakni: [4]
Laringomalasia dibagi berdasarkan tingkat keparahannya yakni ringan, sedang, dan berat. Berikut ini beberapa gejala laringomalasia berdasarkan tingkat keparahannya: [5]
Bayi dengan laringomalasia ringan hanya mengalami bunyi napas yang berisik tanpa mengalami sumbatan jalan napas yang berarti, tidak terdapat tanda kesulitan makan, dan gejala lain yang berkaitan dengan laringomalasia. [5]
Selain bunyi napas yang berisik, bayi dengan laringomalasia sedang juga memiliki tanda seperti kesulitan makan tanpa adanya kesulitan peningkatan berat badan, muntah, mual, tersedak, GERD, retraksi ringan sampai sedang pada dada/ leher. [5]
Bayi dengan laringomalasia berat tidak hanya menderita napas berisik melainkan juga kesulitan makan dengan kesulitan peningkatan berat badan, retraksi berat, cyanosis berat, apnea yang mengancam nyawa, masalah pada jantung atau paru akibat rendahnya oksigen, dan masalah gawat pada jalan napas. [5]
Terdapat beberapa teori yang diperkirakan menjadi penyebab dari laringomalasia yakni teori kelainan bentuk jaringan kotak suara, ketidakmatangan tulang rawan kotak suara, dan teori neurologis. Akan tetapi, hanya teori neurologis yang saat ini dapat menjelaskan dengan tepat kondisi ini. [6]
Pada teori ini, laringomalasia terjadi akibat adanya ketidarnomalan atau belum sepenuhnya berkembang koordinasi di susunan sistem saraf pusat dengan saraf tepi. Hal ini terjadi pada inti sel batang otak yang bertanggung jawab terhadap pernapasan dan kepastian jalan napas dengan saraf tepi. [6]
Anda harus segera menghubungi fasilitas kesehatan terdekat bila bayi Anda mengalami cyanosis atau henti napas selama lebih dari 10 detik dalam sekali waktu. Juga, bila Anda menyadari bayi Anda kesulitan bernapas misalnya terjadi pengempisan pada bagian leher atau dada saat menghirup napas. [4]
Diagnosis laringomalasia diberikan setelah melalui beberapa tahap pemeriksaan. Laringomalasia pada bayi diperiksa menggunakan metode laringoskopi, sinar-X pada bagian leher dan dada, mikrolaringoskopi dan bronkoskopi, serta impedance probe. [5]
Metode ini diperlukan untuk menegakkan diagnosis laringomalasia. Sebuah laringoskop yang dilengkapi dengan lampu dimasukkan melalui hidung atau mulut.
Dokter akan melihat bagian atas jaringan kotak suara untuk memastikan jaringan tersebut terkulai. Jalan napas bagian atas juga diperiksa untuk melihat adanya peran andil terhadap napas berisik. [5]
Beberapa bayi dengan laringomalasia memiliki tambahan masalah pada jalan napas yang mungkin turut berperan andil dalam bunyi napas. Tes ini bertujuan mencari masalah pada jalan napas bagian atas, trakea, dada, dan paru-paru. [6]
Prosedur ini dilakukan di ruang operasi dengan anestesia. Prosedur ini bertujuan mencari masalah pada kotak suara dan trakea dengan menggunakan alat bantu yang dilengkapi dengan lampu.
Prosedur ini dianjurkan bila hasil uji dengan sinar-X abnormal atau bila dicurigai ada masalah lain pada jalan napas. [5]
Pada kasus laringomalasia yang sedang sampai parah, tinggi kemungkinan bayi Anda mengalami gastroesophageal reflux disease (GERD)/ asam lambung. Prosedur ini untuk mengukur tingkat keparahan GERD. Sebuah selang kecil ditempatkan melalui hidung menuju ke kerongkongan. [5]
Selang ini dihubungkan dengan alat pengukur yang mencatat banyaknya asam lambung yang meninggalkan lambung dan mencapai kerongkongan. Prosedur ini dilakukan bersamaan dengan pengambilan sinar-X pada bagian dada dan leher. [5]
Seiring dengan berjalannya waktu, laringomalasia membaik dengan sendirinya. Biasanya hal ini terjadi pada usia bayi menginjak 1 tahun. Dokter akan melakukan pemeriksaan secara berkala untuk memeriksa pernapasan bayi dan berat badannya. Karena kebanyakan bayi dengan laringomalasia juga menderita GERD, dokter biasanya meresepkan obat anti refluks. [3]
Sedangkan pada bayi yang memiliki masalah pernapasan yang berat atau mengalami pertumbuhan yang terhambat maka dibutuhkan operasi. Prosedur ini disebut dengan supraglottoplasti. Dokter melakukan operasi ini melalui mulut bayi untuk mengencangkan jaringan yang terkulai yang terdapat di bagian atas kotak suara. [3]
Hampir 10-20% bayi dengan laringomalasia akan memiliki gejala yang parah. Dan membutuhkan bedah supraglottoplasti. Ada beberapa metode untuk melakukan prosedur ini yaitu menggunakan laser, baja dingin, laringeal mikrodebrider, dan coblator. [2]
Laringomalasia merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah. Meskipun begitu, Anda dapat mencegah keadaan medis gawat terkait dengan laringomalasia. Pertimbangkan beberapa siasat berikut ini: [4]
1. Stephanie Lovinsky-Desir. Laryngomalacia. Medscape; 2019.
2. Michael Klinginsmith & Julie Goldman. Laryngomalacia. Statpearls; 2021.
3. Steven M. Andreoli. Laryngomalacia. Nemours Kids Health; 2019.
4. James Roland & Karen Gill. Laryngomalacia. Healthline; 2018.
5. April M. Landry & Dana M. Thompson. Laryngomalacia: Disease Presentation, Spectrum, and Management. International Journal of Pediatrics; 2012.
6. Anonim. Laryngomalacia. Children Hospital Vanderbilt; 2021.