Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Virus terus berubah secara konstan, tak terkecuali SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19. Variasi genetik akan terjadi seiring berjalannya waktu dan dapat menimbulkan varian bary yang bisa memiliki
Pada tanggal 14 Desember 2020, varian baru virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang disebut B117 ditemukan untuk pertama kalinya di London, Inggris diantara sejumlah besar kasus baru.
Karena pertambahan kasus baru yang sangat besar setiap hari (50 ribu kasus), Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, mengumumkan pembatasan ketat di London dan bagian tenggara Inggris diikuti oleh lockdown nasional.
Varian baru virus corona ini kemudian bukan hanya menjadi kekhawatiran Inggris tetapi juga dunia karena dianggap sebagai varian yang lebih ganas dan mudah menular.
Daftar isi
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Science memperkirakan bahwa varian B117 dari SARS-CoV-2 sekitar 43% hingga 90% lebih mudah menular dibandingkan varian sebelumnya. [1]
Varian B117 ini diperkirakan sudah ada sejak September 2020 kemudian secara cepat menjadi varian yang mendominasi penyebaran COVID-19 di Inggris. Saat ini B117 sudah terdeteksi di lebih dari 30 negara, termasuk Indonesia. [2]
Masih belum jelas bagaimana B117 bisa muncul, tetapi diperkirakan berasal dari orang yang mengalami kelainan pada kekebalan tubuhnya (immune-compromised). Sejak dahulu virus memang bisa bermutasi, berubah, dan beradaptasi seiring waktu di dalam tubuh pasien dengan kelainan sistem imun yang masa infeksinya panjang. Tetapi, ini masih berupa teori. [4]
Sejauh ini, varian B117 tampaknya tidak menyebabkan infeksi yang lebih parah atau lebih banyak kematian dibandingkan varian SARS-CoV-2 yang terdahulu. Dan karena B117 memiliki 99% protein yang sama dengan varian lama, maka vaksin dari Moderna dan Pfizer-BioNtech (keduanya digunakan di Indonesia) bisa tetap efektif untuk menangkalnya. [4]
Tetapi, tampaknya B117 bersifat jauh lebih menular – hingga 70%, menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa. Meskipun tidak menyebabkan lebih banyak kematian, tetapi bila menyebabkan penularan yang lebih cepat maka berarti akan mengakibatkan tekanan pada sistem pelayanan kesehatan, fasilitas rumah sakit tidak mampu menampung pasien, lebih banyak yang tidak tertangani dan itu artinya lebih besar risiko terjadinya kematian.
Apa yang membuat B117 lebih mudah ditularkan masih belum jelas. Tetapi para ahli memperkirakan hal ini disebabkan oleh perubahan pada spike protein virus yang membuatnya menjadi lebih “lengket” di sel-sel tubuh manusia yang diinfeksinya. [1, 2, 3, 4, 5]
Yang masih belum diketahui tentang varian ini adalah masa hidupnya di permukaan benda atau apakah ia memiliki sifat-sifat fisik yang berbeda.
Sebuah analisis yang masih perlu pemeriksaan lebih lanjut, yang dilakukan di awal Januari, menemukan bahwa lebih dari sepertiga pasien yang terinfeksi B117 memiliki jumlah virus yang tinggi dalam tubuhnya dibandingkan satu dari 10 pasien yang terinfeksi varian lainnya. [3, 4]
Faktor ini juga bisa menjadi alasan lain B117 lebih mudah menular.
Masih banyak yang belum diketahui tentang varian ini, tetapi sejauh ini tampaknya gejala-gejala yang ditimbulkannya tidak berbedar dari yang diakibatkan oleh varian terdahulu. [5]
Karena itu, pasien tidak bisa dengan pasti mengetahui apakah ia terinfeksi varian SARS-CoV-2 yang lama atau varian B117. Hanya melalui tes laboratorium hal ini bisa diketahui perbedaannya.
Ini artinya, masyarakat masih harus tetap waspada atas gejala-gejala umum dari COVID-19 seperti demam, menggigil, sesak nafas, kelelahan, nyeri otot, sakit kepala, kehilangan kemampuan mengecap atau mencium (anosmia), sakit tenggorokan, hidung mampet atau meler, mual atau muntah, atau diare. [5]
Karena secara umum gejala yang ditimbulkan oleh varian B117 sama dengan varian sebelumnya, maka pengobatan yang diberikan untuk infeksi oleh jenis virus ini pun tidak berbeda dengan yang selama ini sudah diberikan untuk pasien COVID-19.
Sekitar 80% pasien yang mengalami gejala COVID-19 tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit. Hal-hal berikut bisa dilakukan di rumah bagi mereka yang hanya mengalami gejala ringan hingga sedang: [6]
Pasien harus segera menghubungi fasilitas kesehatan bila gejala-gejala berikut terjadi: [6]
Perawatan di rumah sakit akan mengikuti kondisi pasien dan seberapa berat gejala-gejala yang dialaminya.
Masih dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk melihat seperti apa mekanisme biologis varian B117 agar bisa dipahami bagaimana ia menyebar serta bagaimana menghentikan mutasi yang menyebabkannya menjadi lebih mudah ditularkan.
Tetapi, hasil studi yang telah ada saat ini menunjukkan bahwa karantina yang lebih ketat dibutuhkan untuk memperlambat penyebarannya. [1]
Mengambil pengalaman dari Inggris dan bagaimana varian B117 adalah varian yang lebih mudah menular, ini artinya bisa terjadi lebih banyak kasus dalam populasi.
Meningkatnya kemampuan virus corona untuk menginfeksi membutuhkan kombinasi yang lebih intensif dari implementasi vaksinasi dan langkah mitigasi (misalnya menjaga jarak, memakai masker, serta menjaga kebersihan tangan) untuk mengendalikan penyebaran SARS-CoV-2.
Selain itu, mempersiapkan sistem pelayanan kesehatan untuk mengantisipasi naiknya jumlah kasus positif juga perlu dilakukan.
Meningkatnya penyebaran COVID-19 juga berarti cakupan vaksinasi harus ditingkatkan untuk mencapai tingkat pengendalian penyakit untuk melindungi masyarakat dibandingkan dengan varian terdahulu yang daya tularnya lebih rendah. [2]
1. Davies NG, et al. Estimated transmissibility and impact of SARS-CoV-2 lineage B.1.1.7 in England. Science; 2021.
2. Summer E. Galloway. Emergence of SARS-CoV-2 B.1.1.7 Lineage — United States, December 29, 2020–January 12, 2021. Morbidity and Mortality Weekly Report; 2021.
3. Diana Duong. What’s important to know about the new COVID-19 variants? The Canadian Medical Association Journal; 2021.
4. Grabowski, F. et al. SARS−CoV−2 variant under investigation 202012/01 has more than twofold replicative advantage. medRxiv; 2020.
5. Korin Miller. What to Know About B.1.1.7, the Coronavirus Variant That Could Soon Dominate the U.S. Prevention; 2021.
6. Jamie Eske, Cameron White, M.D., MPH. Are treatments available for COVID-19? Medical News Today; 2021.