Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi yang umumnya berpotensi paling besar terjadi pada orang-orang berusia 45 tahun ke atas [1].
Risiko tekanan darah tinggi pada umumnya berkembang seiring pertambahan usia, namun bukan tidak mungkin orang-orang berusia di bawah 45 tahun untuk mengalaminya juga [2].
Remaja sekalipun dapat mengalami hipertensi, berikut ini merupakan kemungkinan-kemungkinan penyebab tekanan darah tinggi pada remaja.
Daftar isi
Faktor keturunan atau genetik dapat menjadi salah satu faktor yang meningkatkan risiko remaja mengalami hipertensi/tekanan darah tinggi [3].
Maka ketika seorang remaja memiliki orang tua dengan kondisi darah tinggi, kondisi tersebut tanpa sadar dapat orang tua turunkan kepada anak [3].
Bila sang remaja memiliki pola hidup kurang sehat, maka bukan tidak mungkin di usia yang masih sangat muda mereka mengalami hipertensi [3].
Untuk kasus tekanan darah tinggi pada remaja, faktor genetik terbukti menjadi faktor risiko paling dominan menurut sebuah hasil studi/kajian literatur [3].
Remaja adalah masa-masa di mana perubahan hormon terjadi, hal ini tak dapat dipisahkan dari proses pertumbuhan mereka [4].
Namun, tekanan darah tinggi pun berhubungan erat dengan faktor perubahan hormon ini [5].
Belum ada pemahaman yang pasti sepenuhnya mengenai keterkaitan keduanya, hanya saja ketidakseimbangan hormon dalam tubuh mampu menjadi salah satu faktor kuat timbulnya hipertensi [5].
Hipertensi endokrin adalah jenis tekanan darah tinggi yang bisa terjadi, yakni gangguan yang berasal dari kelenjar adrenal atau pituitari [5].
Faktor risiko umum tekanan darah tinggi pada remaja lainnya adalah obesitas [6].
Dibandingkan remaja-remaja pada zaman dulu, remaja zaman sekarang jauh lebih banyak yang mengalami obesitas [7].
Hal tersebut dibuktikan oleh laporan dari WHO (World Health Organization/Badan Kesehatan Dunia) bahwa terjadi peningkatan 3 kali lipat jumlah kasus obesitas dari tahun 1975 hingga saat ini [7].
Tidak hanya remaja, anak-anak pun rentan terhadap risiko hipertensi [7].
Selain tekanan darah tinggi, obesitas merupakan faktor peningkat risiko penyakit kronis lainnya, seperti kerusakan sistem pembuluh darah, masalah ginjal, diabetes, dan gangguan pada jantung [7].
Beberapa faktor yang menjadi alasan dibalik obesitas pada remaja antara lain adalah [8,9] :
Namun yang terutama, obesitas dapat terjadi ketika seorang remaja tidak mengendalikan pola makannya dengan baik .
Makan dan jajan sembarangan terutama di saat stres melanda bukan ide yang bagus.
Selain makan berlebihan, pola makan tak sehat juga dapat berupa asupan harian yang tidak memerhatikan nutrisi [7].
Kadar tekanan darah meningkat pada remaja dapat terjadi karena kurang memerhatikan seberapa banyak kalori, lemak, natrium/garam, serta gula yang masuk ke dalam tubuh [7,8,9].
Remaja pun jauh lebih menyukai makanan siap saji, gorengan, dan makanan-makanan instan yang kandungan sodium/garamnya tergolong tinggi [7,8,9].
Tidak hanya makanan, minuman-minuman manis seperti boba dan soda adalah favorit bagi sebagian besar remaja.
Walau nikmat dan masih dalam masa tumbuh kembang, tak ada salahnya membatasi asupan-asupan yang tidak sehat bagi tubuh agar terhindar dari obesitas dan berbagai masalah kesehatan kronis sejak dini [9].
Tidak hanya malas berolahraga, remaja-remaja yang jarang menggerakkan tubuhnya lebih rentan terhadap risiko obesitas [7,8,9].
Obesitas tak jauh-jauh dari berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah hipertensi [7,9].
Remaja masa kini banyak yang menggolongkan diri mereka sebagai kaum rebahan (lebih nyaman bersantai daripada bergerak aktif).
Hal ini tampak sepele karena mereka menganggap bahwa rebahan adalah salah satu cara untuk mengatasi stres yang mereka alami [10,11].
Namun ketika terbiasa seperti ini, ditambah dengan pola makan buruk, risiko penyempitan saraf dan pembuluh darah bisa terjadi secara dini [7,8,9].
Kondisi tersebut berkaitan dengan ketidaklancaran peredaran darah sehingga oksigen pun tidak tersuplai ke seluruh tubuh dengan normal [7,8,9].
Akibatnya, bukan hanya hipertensi yang rentan terjadi, melainkan juga berbagai masalah kesehatan kronis pada jantung, ginjal dan lainnya [7,9].
Walau masih usia remaja, tak sedikit yang terjerumus ke dalam hal-hal berbau rokok dan alkohol.
Pengaruh lingkungan sangat kental pada para remaja yang memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman keras [12].
Tanpa mereka sadari, kedua kebiasaan tersebut selain bukan hal yang keren, sebenarnya juga sedang mengancam kesehatan [12].
Rokok memiliki kandungan nikotin yang berpotensi mengganggu dan merusak pembuluh darah [13].
Nikotin juga berisiko membuat darah tercemar sehingga berpengaruh buruk pada fungsi jantung [13].
Nikotin yang mencemari darah bersih yang tersuplai ke otak akan berakibat pada hambatan peredaran darah dan lonjakan tekanan darah [13].
Alkohol pun demikian, sebab efek alkohol terhadap fungsi pembuluh darah juga akan sama buruknya dengan nikotin [13].
Aliran darah di arteri menuju otak dapat terhambat karena efek alkohol yang membuat pada remaja berisiko lebih tinggi mengalami hipertensi [13].
Remaja tidak pernah lepas dari stres, baik karena faktor sekolah, keluarga, teman, hingga pacar [14,15].
Stres berkaitan dengan perubahan hormon dalam tubuh yang juga mampu meningkatkan risiko hipertensi [14,15].
Stres yang tidak segera ditangani terbukti mampu berkembang semakin berkepanjangan dan memicu kolesterol tinggi sekalipun masih berusia muda [14,15].
Dengan mengetahui berbagai penyebab tekanan darah tinggi pada remaja, para remaja diharapkan dapat menjaga pola hidup tetap sehat sedari dini untuk menghindari masalah-masalah kesehatan serius.
1. Shikha Singh, Ravi Shankar, & Gyan Prakash Singh. Prevalence and Associated Risk Factors of Hypertension: A Cross-Sectional Study in Urban Varanasi. International Journal of Hypertension; 2017.
2. Marlene Aglony, Monica Acevedo, & Giuseppe Ambrosio. Hypertension in adolescents. Expert Review of Cardiovascular Therapy; 2009.
3. Nur Rahmah Fadilah Shaumi & Engkus Kusdinar Achmad. Kajian Literatur: Faktor Risiko Hipertensi pada Remaja di Indonesia. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2019.
4. Harvard Health Publishing. The adolescent brain: Beyond raging hormones. Harvard Mental Health Letter; 2005.
5. Fady Hannah-Shmouni, MD FRCPC, Gordon Williams, M.D., & Melanie Schorr Haines, M.D. Endocrine Related Hypertension. Endocrine Society; 2022.
6. Elizabeth I. Anyaegbu MD, MSCI & Vikas R. Dharnidharka MD, MPH. Hypertension in the Teenager. Pediatric Clinics of North America; 2014.
7. World Health Organization. Obesity and overweight. World Health Organization; 2021.
8. Jonas DeMuro MD; Raymond Kent Turley BSN MSN RN; & Rita Sather RN. Obesity in Teens. Nationwide Children's; 2021.
9. Kiran K. Panuganti; Minhthao Nguyen; & Ravi K. Kshirsagar. Obesity. National Center for Biotechnology Information; 2022.
10. Sophia Gottfried. Niksen Is the Dutch Lifestyle Concept of Doing Nothing—And You're About to See It Everywhere. Time; 2019.
11. Stuart Heritage. People just do nothing: is the Dutch concept of niksen the best way to relax?. The Guardian; 2019.
12. Mark G. Myers, Ph.D. & John F. Kelly, Ph.D. Cigarette Smoking Among Adolescents With Alcohol and Other Drug Use Problems. Alcohol Research & Health; 2006.
13. Tamotsu Nagao, Kazuhiro Nogawa, Koichi Sakata, Hideki Morimoto, Kotaro Morita, Yuka Watanabe, & Yasushi Suwazono. Effects of Alcohol Consumption and Smoking on the Onset of Hypertension in a Long-Term Longitudinal Study in a Male Workers’ Cohort. International Journal of Environmental Research and Public Health; 2021.
14. Tanya M. Spruill. Chronic Psychosocial Stress and Hypertension. Current Hypertension Reports; 2013.
15. Daniel Goleman. Stress in Teens Can Increase Risk Of Early High Blood Pressure. New York Times; 1994.