Batuk rejan atau pertusis adalah penyakit saluran pernapasan sangat menular yang disebabkan karena infeksi bakteri. Batuk rejan biasanya berlangsung selama tiga bulan atau lebih sehingga batuk ini disebut juga dengan batuk seribu hari[5].
Batuk biasa adalah respons tubuh untuk melindungi tubuh dari benda-benda asing dan merupakan bagian dari kekebalan tubuh. Sama seperti batuk rejan, batuk biasa juga dapat menular ke orang lain melalui percikan air liur.
Batuk dibedakan menjadi tiga jenis yaitu batuk akut yang terjadi kurang dari 3 minggu, batuk subakut yang berlangsung antara 3-8 minggu, dan terakhir adalah batuk kronis yang terjadi selama lebih dari 8 minggu[1,2].
Daftar isi
Batuk rejan dan batuk biasa dapat dibedakan dari gejala yang dialami seseorang. Berikut ini perbedaan gejala batuk rejan dan batuk biasa.
Seseorang yang mengalami batuk rejan biasanya ditandai dengan munculnya gejala-gejala tertentu. Gejala dari batuk rejan adalah sebagai berikut:
Sama seperti pada batuk rejan, batuk biasa juga muncul dengan gejala-gejala tertentu. Berikut ini gejala dari batuk biasa, antara lain:
Penyebab dari batuk rejan dan batuk biasa adalah infeksi virus dan bakteri. Namun, meski sama-sama disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri keduanya memiliki perbedaan.
Berikut ini perbedaan penyebab antara batuk rejan dan batuk biasa.
Penyebab utama batuk rejan adalah infeksi bakteri bordetella pertussis. Bordetella pertussis adalah coccobacillus gram negatif yang melekat pada sel epitel pernapasan bersilia yang mengandung peitusis toxin, endotoksin, aglutinogen, filamentous hemagglutinin, dan protein lainnya.
Dikarenakan virus bordetella pertussis sangat mudah menular, orang yang memiliki kekebalan tubuh rendah atau terganggu rentan mengalami penyakit ini[3].
Batuk terjadi oleh banyak sebab, baik dari faktor lingkungan, kebiasaan, maupun kondisi kesehatan seseorang. Berikut ini beberapa penyebab dari batuk biasa, antara lain:
Setelah melihat gejala dan penyebab kedua batuk yang berbeda, cara menangani kedua penyakit batuk juga berbeda. Berikut ini penjelasan perbedaan cara menangani batuk rejan dan batuk biasa.
Batuk rejan dapat ditangani dengan cara menjaga tubuh tetap terhidrasi dan pemberian antibiotik. Antibiotik adalah semacam obat yang memiliki fungsi untuk menghambat dan membunuh bakteri.
Maka dari itu obat ini efektif untuk mengobati batuk rejan karena antibiotik dapat membunuh bakteri bordetella pertussis, yang merupakan bakteri penyebab terjadinya batuk rejan. Selain itu, pemberian oksigen juga perlu kepada penderita batuk rejan agar penderita tidak kekurangan oksigen.
Rawat inap direkomendasikan untuk penderita batuk rejan yang mengalami pneumonia, hipoksia, dan komplikasi sistem saraf pusat[3].
Batuk biasa umumnya lebih mudah diobati meskipun penyakit ini juga mudah ditularkan. Berikut beberapa cara menangani batuk biasa yang dapat dilakukan, antara lain adalah sebagai berikut:
Sama seperti cara menangani, cara mencegah kedua penyakit juga berbeda. Berikut ini penjelasan cara mencegah batuk rejan dan batuk biasa.
Batuk rejan merupakan penyakit menular yang dapat dicegah. Penyakit ini dapat dicegah dengan cara melakukan vaksinasi pertusis.
Vaksinasi ini diberikan kepada semua bayi. Pada usia 2, 4, dan 6 bulan bayi mendapat 3 rangkaian vaksin pertama mereka, tetapi belum mendapat perlindungan penuh dari batuk rejan.
Kemudian vaksin diberikan lagi pada saat bayi berusia antara 15-18 bulan. Vaksin terakhir diberikan ketika bayi berusia 4-6 tahun.
Umumnya efek samping dari vaksin ini adalah demam, sedangkan efek neurologis yang parah jarang terjadi. Batuk rejan juga dapat dicegah dengan cara menghindari bahan yang dapat mengiritasi saluran pernapasan[3,4,5].
Sebagian besar penderita batuk terjadi karena infeksi virus yang ditularkan dari orang lain. Oleh karena itu, cara mencegah batuk yang paling efektif adalah menghindari penularan virus, contohnya seperti menutup hidung dan mulut ketika batuk, menghindari kerumunan, serta mencuci tangan dengan air dan sabun
Selain itu, menerapkan hidup sehat juga dapat dijadikan sebagai cara untuk mencegah penyakit batuk[1].
Dari penjelasan di atas dapat kita lihat bahwa pada beberapa poin batuk rejan dan batuk biasa memiliki kemiripan. Kemiripan tersebut terlihat pada poin gejala, penyebab, dan diagnosis atau cara menangani kedua penyakit.
Persamaan gejala batuk rejan dan batuk biasa adalah demam, hidung tersumbat, dan rinore. Pada poin penyebab, persamaan batuk rejan dan batuk biasa adalah disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus.
Bakteri dan virus penyebab penyakit ini sangat mudah ditularkan kepada orang lain. Penularan penyakit ini terjadi melalui percikan air liur di udara.
Sementara pada poin cara menangani batuk rejan dan batuk biasa persamaannya terletak pada tetap menjaga cairan tubuh agar terhindar dari dehidrasi. Cara tersebut dilakukan dengan memperbanyak konsumsi air putih[1,2,3,4].
1. Sandeep Sharma, Muhammad F. Hashmi, and Mohamed S. Alhajjaj. Cough. StatPearls Publishing; 2021.
2. Kristin Walter, MD, MS. Cough. 325(22):2322. JAMA; 2021.
3. Ashley M. Lauria and Christopher P. Zabbo. Pertussis. StatPearls Publishing; 2021.
4. Anonim. Pertussis (Whooping Cough). Volume 66 Issue 5 pages: 703-704. Journal of Midwifery & Women's Health; 2021.
5. Paul E. Kilgore, Abdulbaset M. Salim, Marcus J. Zervos, and Heinz-Josef Schmitt. Pertussis: Microbiology, Disease, Treatment, and Prevention. 29(3): 449–486. Clinical Microbiology Reviews; 2016.