Penyakit & Kelainan

Rahim Ganda : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Rahim Ganda?

Rahim Ganda ( img : Healthline )

Rahim ganda adalah sebuah kelainan bawaan lahir yang langka di mana double uterus atau didelphys uterus merupakan istilah lain untuk menyebut kondisi ini [1,2,3,4,7,8,9].

Ketika janin di dalam kandungan mengalami perkembangan, awal terbentuknya rahim adalah dari keberadaan dua tuba kecil yang seiring waktu seharusnya menyatu membentuk organ bernama rahim [1,3,5,6].

Namun pada kasus rahim ganda, tuba tidak menyatu atau tergabung sempurna sehingga terjadi pembentukan struktur rahim terpisah [1,3,5,6].

Pada beberapa penderita rahim ganda, ia tetap memiliki satu vagina dan satu leher rahim (serviks) [5,6,8].

Namun pada beberapa penderita lainnya, masing-masing dari kedua rahim mampu memiliki satu serviks [5,6,8].

Meski demikian, para wanita pemilik rahim ganda diketahui mengalami kehamilan yang normal; hanya saja, risiko kelahiran bayi prematur dan keguguran lebih tinggi dari non-penderita rahim ganda [5,6,7,8].

Tinjauan
Rahim ganda atau yang juga disebut dengan istilah double uterus atau didelphys uterus merupakan sebuah kelainan bawaan lahir yang langka di mana seorang perempuan dapat memiliki dua buah rahim yang terbentuk sejak dirinya masih di dalam kandungan.

Fakta Tentang Rahim Ganda

  1. Sebuah hasil studi retrospektif oleh Zhang dan timnya mengenai kesuburan dan kebidanan menunjukkan bahwa di Cina para wanita penderita rahim ganda memerlukan terapi kesuburan untuk risiko infertilitas [1].
  2. Menurut laporan dari CNN, seorang wanita asal Bangladesh pemilik kondisi rahim ganda melahirkan anak kembarnya dari rahim terpisah 26 hari pasca melahirkan anak pertama [9].
  3. Rahim ganda disebut sebagai kondisi langka karena terjadi pada 1 dari 1 juta kehamilan menurut National Institute of Health [9].
  4. Karena merupakan kondisi langka, prevalensi rahim ganda di Indonesia pun belum diketahui secara jelas.

Penyebab Rahim Ganda

Karena rahim ganda merupakan salah satu penyakit bawaan lahir, diketahui bahwa penyebab rahim ganda adalah faktor genetik [2,4].

Seseorang yang mempunyai anggota keluarga dengan riwayat kesehatan serupa memiliki risiko lebih tinggi mengalami rahim ganda [2,4].

Hanya saja, penyebab janin mengalami rahim ganda pada sebagian kasus lainnya belum diketahui pasti.

Sebagian besar kasus rahim ganda lainnya pun masih diteliti lebih lanjut.

Tinjauan
Faktor genetik diduga menjadi penyebab utama kelainan rahim ganda. Namun pada sebagian besar kasus, penyebabnya masih belum diketahui dan masih diteliti.

Gejala Rahim Ganda

Rahim ganda umumnya tak menimbulkan gejala khusus dan penderita kelainan bawaan ini tidak mengalami apapun [1,2].

Kondisi rahim ganda baru diketahui ketika seorang perempuan melakukan pemeriksaan panggul rutin [5].

Umumnya, rahim ganda terdiagnosa saat seseorang melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit lain [5].

Atau, biasanya rahim ganda dapat terdeteksi saat seorang perempuan memeriksakan diri melalui tes pencitraan/pemindaian untuk mengetahui penyebab keguguran berulang [6].

Jika pun terdapat gejala, biasanya penderita mengalami perdarahan menstruasi yang tak kunjung berhenti dan bahkan penggunaan tampon tak mampu menghentikannya [1,7].

Kondisi tersebut kemudian umumnya diperiksakan ke dokter dan barulah diketahui bahwa pasien memiliki rahim ganda.

Tampon hanya diletakkan pada salah satu vagina, sehingga karenanya perdarahan tak kunjung berhenti mengalir dari rahim [7].

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Ketiadaan gejala menyebabkan seorang perempuan akan sulit dalam mengetahui apakah dirinya memiliki kelainan pada rahimnya.

Namun bila perdarahan menstruasi tak dapat dihentikan dengan penggunaan satu tampon, kondisi ini perlu dicurigai.

Perdarahan menstruasi yang tak dapat dihentikan dengan tampon disertai dengan rasa nyeri hebat ataupun keguguran berulang sebaiknya segera diperiksakan ke dokter.

Tinjauan
Pada sebagian wanita dengan rahim ganda, mereka tidak mengalami keluhan gejala apapun. Namun jika rahim ganda disertai dengan vagina ganda, ada kemungkinan gejala seperti perdarahan menstruasi hebat bisa terjadi. Penggunaan tampon dalam hal ini tidak akan dapat membantu.

Rahim Ganda dan Kehamilan

Wanita dengan kondisi rahim ganda umumnya dapat hamil seperti biasa dan normal.

Meski demikian, tetap ada kemungkinan keguguran dapat terjadi yang disebabkan oleh bentuk rahim memengaruhi kondisi janin.

Selain itu, wanita dengan rahim ganda umumnya memiliki rahim yang ukurannya lebih kecil dari normalnya.

Karena ukuran rahim yang lebih kecil ini, risiko bayi lahir prematur lebih tinggi.

Oleh sebab itu, ketika seorang wanita diketahui memiliki rahim ganda, pemeriksaan kandungan rutin sangat dianjurkan.

Dokter perlu memantau perkembangan kesehatan janin dan sang ibu.

Tergantung kondisi sang calon ibu, bila memang diperlukan, dokter akan menyarankan bedah caesar untuk proses persalinan.

Rekomendasi bedah caesar hanya akan diberikan oleh dokter apabila terdapat tanda-tanda bayi tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.

Tinjauan
Meski kondisi rahim ganda itu langka, penderita biasanya tetap dapat hamil dengan normal. Namun, beberapa penderita rahim ganda lainnya dapat mengalami risiko keguguran atau melahirkan bayinya secara prematur.

Pemeriksaan Rahim Ganda

Pemeriksaan panggul rutin menjadi salah satu metode diagnosa yang paling ampuh dalam mendeteksi dini keberadaan rahim ganda.

Pada pemeriksaan panggul rutin, dokter akan mengobservasi apakah pasien memiliki bentuk rahim abnormal maupun serviks ganda.

Adanya kecurigaan yang mengarah pada keabnormalan rahim, biasanya sejumlah pemeriksaan lanjutan diperlukan, seperti diantaranya :

Prosedur USG menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang akan menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh pasien [5,6,7].

Dari prosedur ini, dokter akan dapat mendeteksi adanya kelainan atau keabnormalan yang berkaitan dengan sistem atau organ reproduksi pasien [5,6,7].

Transducer adalah sebuah alat yang digunakan untuk menangkap gambar kondisi bagian dalam tubuh pasien [5,6].

Transducer dapat digunakan dalam dua cara, yakni ditekan pada kulit perut atau dimasukkan ke dalam vagina melalui proses USG vagina [5,6].

Tipe USG manapun tidak masalah, sebab gambar yang dihasilkan tergolong sangat baik, yakni gambar 3D yang memperjelas kondisi pasien [5,6].

Pada prosedur diagnosa satu ini, dokter lebih dulu menyuntikkan cairan khusus melalui serviks menuju rahim pasien [1,5,6].

Usai cairan sampai ke rahim, dokter menggunakan sinar-X untuk mengambil gambar kondisi bentuk dan ukuran rahim [1,5,6].

Melalui prosedur ini, dokter juga dapat mengetahui apakah kondisi tuba falopi pasien terbuka [5,6].

  • Sonohisterogram

Prosedur diagnosa ini adalah tes pemindaian yang dokter terapkan usai menginjeksi cairan melalui sebuah selang yang dimasukkan lewat vagina dan serviks menuju rahim pasien [5,6].

  • MRI

Pemeriksaan MRI adalah tes pemindaian penunjang lainnya yang mengharuskan pasien berbaring di atas meja khusus [1,3,5,6].

MRI scan tidak memberikan efek sakit pada pasien ketika memanfaatkan medan magnet dan gelombang radio.

Melalui metode diagnosa ini, dokter akan dapat mengetahui seperti apa kondisi organ reproduksi pasien secara lebih detail [5,6].

Tinjauan
Pemeriksaan panggul rutin adalah cara terbaik untuk mendeteksi kelainan pada organ reproduksi (termasuk rahim dan vagina) secara dini. Selain itu, USG, histerosalpingografi, sonohisterogram, serta MRI scan dapat mendukung proses penegakan diagnosa yang dilakukan oleh dokter.

Pengobatan Rahim Ganda

Pada kasus rahim ganda asimptomatik atau tidak terjadi gejala apapun, penderita umumnya tidak membutuhkan penanganan [1,2,5,6].

Apabila kondisi rahim ganda menimbulkan ketidaknyamanan dan gangguan kesehatan pada penderitanya, ada kemungkinan dokter merekomendasikan prosedur bedah [3,5,6,7].

Tindakan operasi umumnya dianjurkan oleh dokter untuk menyatukan rahim ganda, namun solusi pengobatan ini justru sangat jarang [2,5,6,7].

Meski langkah operasi mampu membantu mempertahankan kehamilan dan mencegah keguguran berulang, tindakan pengobatan ini jarang diterapkan.

Selain operasi penyatuan rahim ganda, pada kasus rahim ganda dengan vagina ganda, dokter mungkin akan menganjurkan prosedur bedah untuk mengangkat dinding jaringan yang memisahkan kedua vagina [2,5,6,7].

Prosedur medis ini diketahui efektif dalam membuat proses persalinan lebih mudah di kemudian hari [5,6].

Prognosis Rahim Ganda

Kondisi rahim ganda sendiri adalah hal yang sangat langka terjadi dan sulit terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala berarti [1,2].

Pada kasus rahim ganda tanpa gejala, semuanya akan baik-baik saja, namun ada pula yang mengalami tanda-tanda gangguan kesehatan yang buruk [1,5,6,7].

Jika memang diperlukan, pasien dapat menempuh prosedur operasi sesuai hasil konsultasi dengan dokter.

Ada beberapa kasus di mana terdeteksinya rahim ganda justru setelah seorang wanita hamil [7,8,9].

Bila demikian, pastikan segera ke dokter dan berkonsultasi mengenai jalan terbaik untuk kondisi diri sendiri maupun sang janin.

Prognosis untuk rahim ganda sendiri cukup baik, sebab risiko komplikasi yang berbahaya sendiri pun sangat jarang terjadi.

Tinjauan
Jika tidak terjadi gejala apapun, maka penanganan tidak diperlukan oleh pemilik rahim ganda. Namun, prosedur bedah untuk menyatukan kedua rahim akan direkomendasikan oleh dokter apabila kondisi pasien membutuhkannya.

Komplikasi Rahim Ganda

Rahim ganda pada dasarnya tidak membahayakan, terutama jika kondisi asimptomatik atau tanpa gejala [5,6].

Sejumlah wanita pemilik rahim ganda pun memiliki kehidupan seksual yang baik-baik saja.

Proses kehamilan dan persalinan pun rata-rata tidak terdapat masalah, namun sejumlah kasus mampu mengakibatkan pada beberapa komplikasi seperti [5,6,7,8] :

  • Perdarahan menstruasi yang berat dan cenderung tidak terkendali sehingga memerlukan bantuan medis.
  • Kelainan ginjal.
  • Kelahiran bayi prematur.
  • Keguguran (yang bahkan dapat terjadi berulang).
  • Ketidaksuburan atau infertilitas.
Tinjauan
Selama kondisi rahim ganda tidak bergejala, maka risiko komplikasinya pun tidak ada. Namun pada beberapa kasus, perdarahan menstruasi berat, kelainan ginjal, ketidaksuburan, kelahiran bayi prematur hingga keguguran adalah risiko komplikasi yang perlu diwaspadai.

Pencegahan Rahim Ganda

Rahim ganda adalah kelainan bawaan yang terjadi karena faktor genetik.

Oleh karena itu, kondisi ini tidak memungkinkan untuk dicegah; belum ada langkah pencegahan yang bisa dilakukan.

Namun bagi perempuan yang mengalami gejala abnormal yang mengarah pada rahim ganda, segera ke dokter dan periksakan dini.

Tinjauan
Belum terdapat langkah pencegahan pasti untuk kondisi rahim ganda, namun pemeriksaan panggul secara rutin sangat dianjurkan agar kelainan pada sistem reproduksi bisa terdeteksi dini.

1. Shadi Rezai, Pameela Bisram, Isamarie Lora Alcantara, Ruchi Upadhyay, Carla Lara, & Malvina Elmadjian. Didelphys Uterus: A Case Report and Review of the Literature. Case Reports in Obstetrics and Gynecology; 2015.
2. MT Connell, CM Owen, & JH Segars. Genetic Syndromes and Genes Involved in the Development of the Female Reproductive Tract: A Possible Role for Gene Therapy. HHS Public Access; 2014.
3. Maren Boehnkef, Michael V. Zaretskyab, Danielle E. Sorannoac, Kimberly A. Dannullad, Bethany D. Tuckera, & Ahmed I. Marwanae. Uterine didelphys with concomitant renal anomalies in both mother and fetus. Journal of Pediatric Surgery Case Reports; 2016.
4. MD G.B. Candiani, MD L. Fedele, & MD M. Candiani. Double uterus, blind hemivagina, and ipsilateral renal agenesis: 36 cases and long-term follow-up. Obstetrics & Gynecology; 1997.
5. Anonim. Double uterus. Drugs; 2019.
6. Anonim. Double uterus. NCH Healthcare System; 2019.
7. Lucy Jones. Twin-credible, My heavy periods were a sign I had two vaginas – now I’ve had miracle twins The Sun; 2019.
8. Eve Anne Felker, BS, RT(R), RDMS. Uterus Didelphys and Pregnancy. Journal of Diagnostic Medical Sonography; 2004.
9. Tim CNN Indonesia. Wanita Rahim Ganda Dua Kali Melahirkan Selama 1 Bulan. CNN Indonesia; 2019.

Share