Penyakit & Kelainan

Skabies: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Penyakit skabies adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa tungau. Berdasarkan data statistik, penyakit ini telah menjangkit lebih dari 300.000 orang per tahun di seluruh dunia, dan Indonesia menjadi negara paling parah dengan level 153.86 DALY (DisabilityAdjusted Life Year) diikuti dengan berbagai negara tropis dan negara Asia lainnya[1].

Apa itu Skabies?

Penyakit ini merupakan jenis penyakit kulit yang ditandai dengan infeksi tungau (Sarcoptes scabiei var. hominis) pada kulit manusia yang menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan ruam pada kulit.

Pada umumnya penyakit ini tidak membahayakan jiwa, namun tetap perlu diberikan obat untuk mencegah komplikasi lebih serius seperti infeksi sekunder oleh bakteri. [2, 3]

Fakta Skabies

  • Penyakit skabies memiliki laju lebih tinggi pada daerah tropis

Menurut studi literatur, secara global, laju perkembangan penyakit skabies lebih tinggi pada negara beriklim tropis dan panas. Namun, tidak menutup kemungkinan negara bermusim dingin tidak memiliki potensi skabies. [11]

  • Penyakit skabies memiliki laju lebih tinggi pada negara berkembang

Berdasarkan referensi, pengaruh sosial-ekonomi daerah berkontribusi terhadap perkembangan laju skabies. Skabies diketahui telah menjadi salah satu penyakit kulit yang paling sering muncul pada negara berkembang. [11]

Bagaimana Mekanisme Skabies dalam Tubuh

  • Penyakit ini disebabkan oleh infeksi tungau dengan jenis Sarcoptes scabiei var. hominis yang akan bersarang di kulit. Tungau betina akan bertelur di sela-sela kulit mati bagian luar (stratum korneum). [2] [4] [5]
  • Telur tungau skabies berukuran sekitar 0.10 hingga 0.15 mm. Telur ini akan menetas dalam waktu tiga hingga sepuluh hari, lalu larva muda akan tumbuh dewasa dan menyebar di kulit dalam waktu tiga hingga empat minggu di kulit inang. [2] [4] [5]
  • Pergerakan tungau di dalam rongga kulit dan di atas kulit akan menyebabkan reaksi gatal berlebih, serta dapat menimbulkan peradangan berkelanjutan. [2] [4] [5]
  • Reaksi inflamasi dapat dipicu oleh respon inflamasi yang dimediasi oleh sel, serta respon antibodi IgE lokal di lokasi infeksi. [2] [4] [5]

Penyebab Skabies

  • Kontak Langsung dengan Penderita
    Pada dasarnya penyakit skabies dapat menular dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan kulit pasien skabies. [11]
  • Transfer Tungau Melalui Kain
    Penyakit skabies dapat menular secara tidak langsung melalui kain seperti pakaian atau selimut yang terkontaminasi tungau dari penderita skabies. [11]

Gejala skabies

Ciri-ciri skabies yang paling utama adalah rasa gatal hebat dan kemunculan garis atau tonjolan pada kulit yang dapat dideskripsikan sebagai berikut: [5] [6]

  • Gatal-gatal hebat dan kemunculan garis atau tonjolan pada kulit adalah hasil dari pergerakan tungau skabies yang mencari lokasi untuk kawin dan bertelur.
  • Gejala-gejala penyakit ini memerlukan waktu hingga 6 minggu setelah mendapatkan kontak dengan tungau tersebut. Gejala seperti gatal-gatal dapat menjadi lebih parah pada waktu malam hari.
  • Peradangan dapat semakin parah apabila digaruk. Pada kasus-kasus tertentu, terutama pada individu dengan sistem imun yang abnormal, skabies dapat menimbulkan krusta kulit.
  • Daerah munculnya gejala-gejala tersebut dapat bervariasi, namun umumnya muncul pada pergelangan tangan, siku, ketiak, puting, penis, pinggang, bokong, area sela-sela jari. Pada kasus langka dapat juga dijumpai di wajah, leher, tangan, serta telapak kaki.

Pasien disarankan ke dokter jika rasa gatal sudah sangat mengganggu dan tidak kunjung hilang. Pasien ibu hamil yang memiliki gejala kulit gatal juga disarankan berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. [12]

Komplikasi dan Risiko Skabies

Komplikasi skabies umumnya terjadi karena respon tubuh terhadap infeksi primer tungau tersebut. Umumnya komplikasi dapat berupa: [2] [3] [6] [7]

  • Infeksi sekunder
    Rasa gatal yang teramat hebat karena dipicu infeksi tungau skabies dapat memicu respon inang untuk menggaruk bagian yang terinfeksi.

    Hal ini dapat memperparah kerusakan kulit dan saat ada bagian kulit yang terbuka, bakteri patogen dapat menginfeksi daerah kulit tersebut. Infeksi sekunder dapat diatasi dengan pemberian salep antibiotik sesuai kebutuhan.
  • Skabies berkrusta
    Komplikasi ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari gejala-gejala skabies yang terjadi pada individu lanjut usia, ataupun individu dengan sistem imun abnormal dan ketidakmampuan merasakan gatal ataupun menggaruk.
    Akibatnya akan terbentuk krusta kulit dari jaringan kulit mati yang menumpuk, dan tungau skabies dapat hidup berkembang biak di jaringan kulit yang menebal tersebut. Bagian krusta tersebut sangat infeksius karena dapat mengandung hingga 2 juta tungau dan dapat menulari orang sekitarnya. Oleh sebab itu penanganan medis harus dilakukan dengan cepat dan efektif.

Diagnosis Skabies

  • Observasi Klinis
    Dokter spesialis akan mengecek kulit pasien secara seksama untuk mencari tanda-tanda tungau, termasuk pola liang tungau pada kulit. [5, 8, 9]
  • Uji Mikroskopi
    Area kulit akan diulas sebagai sampel pada daerah tersebut, kemudian sampel akan diobservasi di bawah mikroskop untuk mendeteksi keberadaan telur tungau. [5, 8, 9]
  • Polymerase Chain Reaction (PCR)
    PCR diketahui menjadi uji paling sensitif untuk mendeteksi keberadaan tungau skabies. Pengembangan lebih lanjut juga menghasilkan uji serum darah pasien untuk mendeteksi keberadaan antibodi spesifik yang mengenali antigen tubuh tungau skabies. [5, 8, 9]

Klasifikasi Skabies

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat klasifikasi yang diajukan untuk memberikan penilaian akan dosis pengobatan untuk pasien skabies. Parameter klasifikasi yang digunakan dalam penilaian adalah: [8, 10]

  • Distribusi dan Penyebaran Krusta
    • Skor 1: Hanya tampak di pergelangan tangan, sela jari, atau telapak kaki (10% dari total area tubuh).
    • Skor 2: Gejala tampak di wilayah tubuh yang telah disebutkan dan ditambah area betis, lengan, bokong, paha, atau 10-30% dari total area tubuh.
    • Skor 3: Gejala tampak di wilayah tubuh yang telah disebutkan dan ditambah terbentuk krusta atau pengelupasan kulit atau melebihi 30% dari total area tubuh.
  • Kondisi Krusta dan/atau Pengelupasan Krusta
    • Skor 1: Tebal krusta tidak melebihi 5mm dengan pengelupasan kulit yang minimal.
    • Skor 2: Tebal krusta di antara 5-10mm dengan pengelupasan kulit level sedang.
    • Skor 3: Tebal krusta melebihi 10mm dengan pengelupasan kulit cukup parah.
  • Rekam Jejak Infeksi Masa Lampau
    • Skor 1: Infeksi tungau belum pernah terjadi.
    • Skor 2: Satu hingga tiga kali perawatan karena skabies berkrusta atau depigmentasi lutut dan siku.
    • Skor 3: Lebih dari empat kali perawatan karena skabies berkrusta atau depigmentasi lutut dan siku disertai penebalan kulit (ichthyosis).
  • Kondisi Kulit Secara Umum
    • Skor 1: Tidak ditemukan kulit pecah-pecah atau gejala pyoderma (nanah).
    • Skor 2: Terlihat beragam pustula dengan pembengkakan dan peradangan kulit.
    • Skor 3: Kulit pecah-pecah secara dalam dan terlihat penyebaran eksudat peradangan kulit.

Setelah dilakukan penilaian, jumlah skor ditotal untuk menentukan tingkatan keparahan pasien, dengan level 1 (skor total 4-6), level 2 (skor total 7-9), dan level 3 (skor total 10-12). Dosis pengobatan yang diberikan berbanding lurus dengan level keparahan skabies yang dialami oleh pasien. [8, 10]

Cara Mengobati Skabies

Skabies dapat diobati dengan mengeradikasi infeksi tungau di kulit menggunakan berbagai krim dan lotion sesuai anjuran dokter. Karena tungau dapat tersebar dengan cepat, maka dokter akan memberikan arahan untuk mengoleskan obat ke sekujur tubuh dan membiarkan obat bekerja selama 8 hingga 10 jam. [4, 7]

Pengobatan berulang dapat diberikan untuk memastikan tungau dan telurnya mati secara sempurna. Anggota keluarga lainnya juga disarankan untuk mendapatkan perawatan yang sama demi mencegah penyebaran tungau. [4, 7]

Ada berbagai obat yang sering direkomendasikan seperti: [2, 3, 4, 5, 6]

  • Krim permethrin: Krim ini perlu diberikan sesuai anjuran dokter, dan biasanya aman untuk orang dewasa serta anak-anak di atas usia 2 tahun.
  • Losion lindan: Pengobatan ini termasuk dalam obat keras dan hanya direkomendasikan sebagai opsi terakhir pada kasus tertentu. Obat ini tidak aman untuk anak-anak, ibu hamil dan menyusui, serta individu dengan berat kurang dari 50 kilogram. Bahan aktif dari obat ini termasuk dalam kelompok klorin organik, sehingga bersifat toksik terhadap jaringan syaraf dan kulit. Oleh karena itu losion lindan tidak boleh digunakan dalam jangka waktu lama.
  • Ivermectin: Ivermectin tergolong antibiotic golongan makrosiklik lakton. Obat ini dapat diberikan secara oral, namun tetap tidak disarankan untuk ibu hamil dan anak-anak. Bahan aktif obat ini dapat menyebabkan hiperpolarisasi di sel invertebrate secara spesifik sehingga berdampak pada kelumpuhan otot parasit. Akan tetapi ivermectin tidak dapat membunuh telur skabies, sehingga perlu diberikan administrasi secara berkala untuk menjamin pemusnahan tungau secara sempurna dari tubuh pasien.

Cara Mencegah Skabies

Lakukan pencegahan-pencegahan di bawah ini agar terhindar dari skabies: [2, 3, 7]

  • Menggunakan peralatan perawatan pribadi seperti pakaian dan handuk secara terpisah dari pasien.
  • Menghindari kontak fisik dengan penderita penyakit skabies.
  • Mencuci pakaian, alas tidur, dan handuk dengan sabun dan air panas, serta mengeringkan di tempat suhu tinggi dan kelembapan rendah.
  • Meskipun bukan termasuk penyakit menular seksual (PMS) namun perilaku seks bebas dapat meningkatkan resiko penularan skabies akibat kontak fisik secara langsung.

1. Chante Karimkhani, Danny Colombara, Aaron Drucker, Scott Norton, Roderick Hay, Daniel Engelman, Andrew Steer, Margot Whitfield, Mohsen Naghavi, Robert Dellavalle. The global burden of scabies: a cross-sectional analysis from the Global Burden of Disease Study 2015. The Lancet Infectious Diseases; 2017.
2. Larry Arlian, Marjorie Morgan. A review of Sarcoptes scabiei: past, present and future. BMC Parasites and Vectors; 2017.
3. Olivier Chosidow. Scabies. The New England Journal of Medicine; 2006.
4. Cristina Thomas, Sarah Coates, Daniel Engelman, Olivier Chosidow, Aileen Chang. Ectoparasites: Scabies. Journal of the American Academy of Dermatology; 2020.
5. Jorg Heukelbach, Hermann Feldmeier. Scabies. The Lancet; 2006.
6. Bart Currie, Ulrich Hengge. Scabies. Tropical Dermatology; 2017.
7. Fuller Claire. Epidemiology of scabies. Current Opinion in Infectious Diseases; 2013.
8. Stefanie Rosumeck, Alexander Nast, Corinna Dessler. Ivermectin and permethrin for treating scabies. Cochrane; 2018.
9. Cielo Pasay, Shelley Walton, Katja Fischer, Deborah Holt, James Mccarthy. PCR-Based Assay To Survey For Knockdown Resistance To Pyrethroid Acaricides In Human Scabies Mites (Sarcoptes Scabiei Var Hominis). The American Society Of Tropical Medicine And Hygiene; 2006.
10. Joshua Davis, Steven McGloughlin, Steven Tong, Shelley Walton, Bart Currie. A Novel Clinical Grading Scale to Guide the Management of Crusted Scabies. PLoS Neglected Tropical Disease; 2013.
11. R. J. Hay, A. C. Steer, D. Engelman, S. Walton. Scabies in the developing world-its prevalence, complications, and management. Science direct; 2012.
12. Anonim. Scabies. Healthdirect; 2019.
13. 11. Graham Johnston, Mike Sladden. Scabies: Diagnosis and treatment. British Medical Journal: 2005.

Share