Daftar isi
Tantrum pada anak adalah hal yang sering terjadi pada anak terutama anak balita yang masih susah dalam komunikasi.
Tantrum yang ditunjukkan oleh anak berbeda – beda ada yang menangis, memukul, menendang, membuang barang bahkan ada yang hingga menahan napasnya.
Tantrum pada anak ini biasa terjadi terutama pada anak berumur 1 sampai 4 tahun yang mana anak masih belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif. Hampir semua anak kecil memiliki fase mengeluarkan tantrum satu atau lebih dalam setiap minggunya untuk mengeluarkan rasa frustasi dan bentuk protes. [1]
Tantrum sendiri merupakan suatu ekspresi dari anak yang ditunjukkan karena ada masalah keterbatasan dalam melakukan sesuatu atau marah karena tidak medapatkan sesuatu sesuai dengan harapannya. Karena anak kecil belum fasih dalam berkomunikasi maka mereka menunjukkanya dengan tantrum. [2]
Gejala tantrum yang ditunjukkan pada anak berbeda – beda. Tantrum ini terjadi ketika anak menahan emosi dan belum dapat menunjukkan komunikasi yang efektif.
Beberapa gejala tantrum yang ditunjukan pada anak seperti [3,4] :
Tantrum pada anak biasanya menjadi salah satu cara anak untuk mengeluarkan rasa frustasi atau sebagai test untuk orang tuanya apakah mereka akan memeberikan yang anak inginkan jika mereka menunjukkan tantrum. [1]
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan tantrum pada anak. Biasanya tantrum ini akan terjadi ketika sudah melewati batas kesabaran anak dan anak tidak dapat mengungkapkan rasa frustrasinya dengan kata – kata. [2]
Beberapa penyebab tantrum yang umum terjadi pada anak seperti [2,5] :
Anak yang memiliki temperamen hyperactive, moody-an dan yang kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan baru akan lebih mudah terpancing emosinya dan akan mengeluarkan tantrum untuk melepas emosinya.
Terkadang ketika bermain atau belajar, ada beberapa hal yang tidak dapat diselesaikan oleh anak yang dapat membuat anak menjadi emosi dan mengeluarkan tantrum karena frustasi,
Beberapa anak yang tidak dapat mengeluarkan emosinya karena hal – hal seperti stress, lelah, lapar dan anak kurang tidur maka akan menggunakan tantrum untuk mengekspresikan emosinya. Hal ini dikarenakan anak belum bisa berkomunikasi dengan efektif.
Emosi seperti ketakutan, malu, marah dan kekhawatiran dapat membuat anak kewalahan dan tidak bisa mengekspresikan emosinya dengan baik.
Terkadang ketika anak memiliki keinginan tertentu dan orang tua tidak dapat memenuhinya anak akan mengeluarkan tantrum seperti merengek, menangis hingga bergulingan di lantai.
Tantrum pada anak bukanlah suatu hal yang perlu dikhawatirkan karena memang sesuatu hal yang biasa terjadi pada masa pertumbuhan anak yang masih belum dapat mengontrol emosinya.
Biasanya tantrum pada anak akan mulai hilang seiring dengan pertumbuhan anak yang semakin besar dan kemampuan untuk melakukan Kontrol pada emosinya menjadi lebih baik. [6]
Namun, jika hal ini masih mengganggu orang tua, maka ke dokter menjadi salah satu solusi untuk melakukan konsultasi tentang apa yang terjadi pada anak.
Beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk datang ke dokter apabila : [2,6]
Dengan datang ke dokter dan melakukan konsultasi dengan dokter maka akan dibantu mencari solusi untuk menyelesaikan masalah tantrum anak dengan lebih efektif dan efisien.
Yang pertama dilakukan dan penting untuk mengatasi tantrum pada anak adalah dengan tetap bersikap tenang karena tugas orang tua adalah untuk membantu anak belajar mengontrol emosi dan menenangkan anak. [6]
Mungkin cara paling mudah untuk mengatasi tantrum adalah dengan memberikan apa yang diinginkan oleh anak. Namun hal ini tidak baik untuk anak jika sering dilakukan karena akan membuat anak merasa bahwa jika mereka melakukan tantrum maka mereka akan medapatkan semua yang diinginkan. [1]
Melakukan distraksi atau dengan mengalihkan fokus anak dapat menjadi cara untuk mengatasi tantrum anak. Anak bisa diajak untuk melihat hal yang lain atau mungkin dengan membuat anak tertawa. [2]
Jika tantrum anak mulai melukai atau membahayakan anak, sebaiknya anak dipeluk atau dipegang agar tidak melukai dirinya hingga emosi anak kembali stabil. [1]
Memukul anak ketika anak mengeluarkan tantrum bukanlah pilihan yang bagus untuk menghentikan anak karena hal ini malah dapat memperparah keadaan. [1]
Jika anak sudah mulai dapat mengontrol emosinya dan lebih tenang, berikan penjelasan tentang apa yang terjadi dan berikan kasih sayang pada anak agar anak lebih merasa nyaman. [6]
Tantrum pada anak memang sesuatu yang biasa dan wajar terjadi pada anak, tetapi ada beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mencegah tantrum pada anak. [2,5]
Stress pada anak dapat terjadi dalam beberapa kondisi seperti lapar, lelah dan terlalu banyak stimulasi yang membuat anak menjadi susah untuk mengontrol emosinya.
Rencanakan terlebih dahulu jika akan bepergian atau melakukan sesuatu dengan membawa makanan kecil untuk anak. Usahakan agar anak tidur cepat di malam hari, untuk mendapatkan istirahat yang cukup.
Dengan mengetahui bagaimana perasaan anak, orang tua akan dapat megenali emosi anak dan dapat mengajak anak berbicara atau membantu anak menguasai emosinya sebelum anak melakukan tantrum.
Dengan mengatahui hal-hal yang dapat memancing tantrum pada anak, orang tua dapat menghindarkan anak dari penyebab tersebut.
Berikan pujian pada anak apabila anak menunjukkan perilaku yang baik dengan memberikan pelukan atau beritahu mereka bahwa anda bangga dengan apa yang dilakukan anak.
Berikan anak kesempatan untuk memberikan opininya dengan menanyakan pilihan anak, misal ketika akan memakaikan pakaian, orang tua dapat bertanya pada anak apakah dia ingin memakai pakaian yang satu atau yang lainnya, dan biarkan anak memilih sendiri.
1. Amita Shroff, MD. How to Handle a Temper Tantrum. Webmd; 2020.
2. Mayo Clinic Staff. Temper Tantrums in Toddlers: How to Keep the Peace. Mayoclinic; 2020.
3. Stephen Brian Sulkes, MD. Temper Tantrums. Msdmanuals; 2020.
4. Melissa Conrad Stoppler, MD. Temper Tantrum; Symptoms & Signs. Medicinenet; 2019.
5. Anonim. Tantrums: Why They Happen and How to Respond. Raisingchildren; 2020.
6. Lauren M. O’Donnell, PsyD. Why Do Kids Have Tantrums. Kidshealth; 2018.