Uvulopalatofaringoplasti, disingkat UPPP atau UP3, adalah pembedahan yang paling umum bagi orang dewasa yang mengalami obstructive sleep apnea (OSA).
Prosedur ini bertujuan meningkatkan ruang udara orofaringeal dengan mengangkat jaringan di tenggorokan, termasuk salah satu atau beberapa bagian berikut: uvula (anak tekak), langit-langit lunak mulut (soft palate), dan amandel.
Daftar isi
Uvulopalatofaringoplasti atau UPPP adalah operasi pada saluran udara bagian atas untuk mengatasi gangguan tidur. Gangguan ini bisa berupa dengkuran yang keras hingga sleep apnea yang berat.
Amandel dan langit-langit mulut adalah dua bagian tubuh yang sangat erat hubungannya dengan obstructive sleep apnea dan mendengkur. Hal ini karena area di belakang langit-langit mulut biasanya adalah titik tenggorokan yang paling sempit.
Orang yang mengalami OSA (obstructive sleep apnea) biasanya memiliki jumlah jaringan longgar yang berlebih di bagian orofaring yang menghalangi aliran udara saat tidur sehingga timbullah dengkuran. Bedah uvulopalatofaringoplasti bertujuan mengencangkan jaringan yang longgar ini. [1, 2, 3, 4]
UPPP meliputi serangkaian teknik, termasuk bedah transoral hingga ablasi laser endoskopis, dan bisa juga melibatkan tonsilektomi pada waktu bersamaan. Pada beberapa kasus, kombinasi dari beberapa prosedur bedah akan dilakukan untuk menyusun ulang dinding faringeal dan membuka jalur udara. [1, 3]
UPPP tidak bersifat darurat. Artinya, penderita OSA hanya akan diberi pilihan bedah ini bila perawatan semacam penurunan berat badan dan penggunaan CPAP tidak berhasil untuk mengatasi gangguan tidur yang dialami pasien.
Jenis pembedahan yang ditawarkan pada tiap-tiap pasien akan bersifat individu berdasarkan tingkat obstruksi atau sejauh mana saluran udara terhalang. Obstruksi ini bisa terjadi di bagian nasal, retrolingual, dan/atau retropalatal.
Pasien dengan kondisi kesehatan yang tidak stabil, seperti hipertensi, obesitas, dan penyakit arteri koroner perlu melakukan evaluasi lebih lanjut.
Penundaan prosedur mungkin akan disarankan bila pasien mengalami: [3]
Semua pasien yang menjalani uvulopalatofaringoplasti membutuhkan anestesi endotrakeal total. Karena sebagian besar pasien OSA juga kelebihan berat badan dan memiliki penyakit kardiovaskular, maka mereka harus dievaluasi oleh tim anestesi sebelum pelaksanaan operasi agar penanganan pada saluran udara bisa direncanakan dengan baik.
Setelah pemberian anestesi endotrakeal total, penahan bahu akan diletakkan menggunakan selimut atau handuk. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan kepala tersangga selama prosedur berjalan untuk mencegah terjadinya cedera ligamen atau tulang belakang.
Mata pasien akan ditutup menggunakan pita perekat kemudian diberi perban. Lalu selang trakeal akan direkatkan di garis tengah bibir bawah agar penempatan alat di mulut dan lidah bisa ditarik dengan benar.
Setelah ini, prosedur yang dilakukan akan berdasar pada kebutuhan pasien dan kondisinya.
Studi menunjukkan bahwa pasien uvulopalatofaringoplasti tidak perlu dibawa ke ruang perawatan intensif setelah pelaksanaan prosedur. Pasien yang telah dipilih dengan hati-hati bahkan bisa pulang di hari yang sama setelah pembedahan. [4]
Jika pasien harus menginap, maka oximeter denyut jantung harus selalu terpasang.
Pasien juga mungkin akan diberi dexamethasone melalui infus sebanyak 8 mg setiap 8 jam untuk mengendalikan pembengkakan pasca operasi. [2, 4]
Pasien mungkin akan mengalami nyeri yang cukup berat setelah pembedahan, tetapi pemberian obat pereda nyeri harus diseimbangkan dengan efek sampingnya pada depresi terhadap pernafasan.
Polisomnogram berulang harus dilakukan setiap 3 hingga 6 bulan setelah pembedahan untuk melihat bagaimana tubuh pasien merespon terapi yang diberikan dan apakah terapi lanjutan perlu dilakukan atau tidak. [2, 4]
Pasien akan diresepkan obat pereda nyeri narkotik setelah prosedur. Nyeri akan berlangsung selama setidaknya satu hingga dua minggu, dan pasien tidak boleh menunggu hingga nyeri sudah tidak tertahankan kemudian baru minum obat. [1, 2, 3, 4]
Karena nyeri dan kesulitan menelan, pasien mungkin hanya bisa mengonsumsi makanan cair atau lembut selama beberapa hari pertama setelah pembedahan. Setelah dua minggu, pasien mulai bisa makan seperti biasa.
Selama masa pemulihan, pasien harus menghindari makanan yang kering dan keras (keripik, kacang, dsb.) karena bisa menyebabkan nyeri semakin parah dan berisiko mengakibatkan perdarahan.
Meskipun beraktivitas sebaiknya tetap dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya pneumonia atau penggumpalan darah di kaki, pasien harus menghindari aktivitas yang berat dan membutuhkan tenaga karena bisa memperparah pembengkakan atau perdarahan.
Pasien harus tidur dengan posisi kepala lebih tinggi sekitar 30 hingga 45 derajat untuk mengurangi pembengkakan dan memperbaiki pernafasan setelah pembedahan langit-langit mulut. [1, 2, 3]
Komplikasi yang bisa dialami pasien saat dan setelah menjalani uvulopalatofaringoplasti termasuk: [2, 3, 4]
Evaluasi terhadap 3,572 pasien yang menjalani uvulopalatofaringoplasti menunjukkan bahwa terjadinya komplikasi yang serius hanya dialami oleh 37.1 dari 1,000 pasien. [4]
Komplikasi yang paling umum adalah perdarahan pasca operasi dan infeksi. Tidak ada kematian baik pra maupun pasca operasi.
Studi yang serupa dilakukan pada 3,130 pasien, dan ditemukan bahwa komplikasi yang tidak bersifat fatal dialami 1.5% pasien dan tingkat kematian dalam jangka 30 hari setelah prosedur adalah 0.2%. [4]
1. Stanford Health Care. Palate Surgery - Snoring Treatment. Stanford Medicine.
2. University of Iowa Health Care. Uvulopalatopharyngoplasty. University of Iowa Carver College of Medicine; 2017.
3. Dan Ellis. Uvulopalatopharyngoplasty – Procedures. Clinical Pain Advisor; 2017.
4. Eelam Aalia Adil, MD, MBA. Uvulopalatopharyngoplasty. Emedicine Medscape; 2020.