Daftar isi
Vagotomi adalah suatu jenis prosedur bedah pengangkatan atau pemotongan sebagian atau seluruh bagian saraf vagus [1,2,3].
Saraf vagus sendiri adalah saraf yang terdapat pada organ pencernaan di mana fungsi utamanya sebagai pengelola proses saluran pencernaan tubuh yang bersifat kompleks [1,11].
Saraf ini memiliki peran sebagai pemberi tanda kepada otot perut agar berkontraksi [1,11].
Saat berkontraksi, makanan yang masuk ke dalam tubuh kemudian akan terdorong masuk ke usus kecil [1,11].
Namun saat kondisi saraf vagus terganggu atau mengalami kerusakan, tanda atau sinyal ke otot perut tidak akan bisa terkirim normal [1,2,3].
Prosedur vagotomi terdiri dari tiga jenis prosedur dengan tujuan operasi yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut.
Prosedur selective vagotomy adalah jenis vagotomi yang diterapkan umumnya diterapkan pada pasien tukak lambung [1,2,3].
Prosedur ini bertujuan memotong saraf vagus yang lebih dekat dengan organ pencernaan yang ada di bawah [1,2,3].
Pemotongan saraf melalui selective vagotomy tidak akan dilakukan secara menyeluruh dan hanya sebagian saja [1,2,3].
Oleh sebab itu, jenis vagotomi ini kerap direkomendasikan bagi pasien tukak lambung sebab tidak akan memberikan efek berbahaya bagi organ-organ lain yang juga berhubungan dengan saraf vagus [1,2,3].
Ini karena saraf vagus juga berkaitan dengan liver/organ hati; maka selalu ada risiko prosedur bedah ini memengaruhi secara ringan maupun tidak pada organ hati pasien [1,2,3].
Pada dasarnya, jenis vagotomi ini mirip dengan selective vagotomy, namun tindakan bedah ini hanya dilakukan dengan memotong bagian saraf vagus yang berpengaruh pada perut [1,2,3].
Saraf vagus lainnya tidak akan ikut dipotong dan fungsinya pun akan tetap terjaga [1,2,3].
Umumnya, jenis vagotomi ini akan diterapkan bersama dengan truncal vagotomi tergantung dari kebutuhan kondisi pasien [1,2,3].
Truncal vagotomy adalah jenis vagotomy yang biasanya tidak diterapkan sendiri, tapi bersama dengan pyloroplasty [1,2,3].
Pyloroplasty merupakan prosedur bedah yang bertujuan membuat bagian bawah lambung yang disebut pilorus memiliki bukaan yang lebih lebar [1,2,3].
Pyloroplasty adalah tindakan bedah yang bertujuan agar aliran isi lambung berjalan normal sampai ke usus halus [1,2,3].
Pada tukak lambung, truncal vagotomy adalah metode bedah yang dikombinasi bersama dengan pyloroplasty [1,2,3].
Truncal vagotomy digunakan untuk memotong salah satu atau lebih cabang saraf vagus yang terpisah dan berada di sepanjang esofagus (kerongkongan) hingga perut dan organ pencernaan lainnya [1,2,3].
Vagotomi adalah prosedur bedah yang dapat membantu mengobati beberapa kondisi, tentu terutama kondisi yang berhubungan dengan saraf vagus, yaitu :
1. Mengatasi Tukak Lambung
Luka pada lambung dapat diatasi salah satunya dengan metode vagotomi [1,2,3,4,5].
Setidaknya 30% populasi orang dewasa di Amerika Serikat diketahui mengalami tukak lambung, baik yang telah didiagnosa maupun tidak terdiagnosa [4,5].
Penyakit lambung dengan gejala mual, muntah, nyeri ulu hati (heartburn), perut bergas biasanya perlu memperoleh pengobatan, bisa dalam bentuk oral maupun injeksi [4,5].
Namun ada kalanya, gejala pasien telah memburuk dan vagotomi harus diterapkan agar kondisi pasien bisa membaik [4,5].
Meski demikian, vagotomi bukan sebuah prosedur yang menjamin bahwa tukak lambung tidak akan kambuh lagi [4,5].
2. Mengatasi Penyakit Lambung Kronik
Pada gejala awal tukak lambung ataupun gangguan pencernaan pada lambung lainnya, pemberian obat berupa antasida atau pereda mual dan penurun kadar asam lambung bisa menjadi solusi [1,2,3,4,5].
Namun, ada kalanya tubuh pasien dapat merespon obat resep dokter tersebut namun gejala tetap berulang [4,5].
Karenanya, dokter kemudian terkadang perlu merekomendasikan tindakan bedah bila gejala penyakit lambung sudah termasuk kronis [5,6].
3. Mengatasi Penyakit Lambung yang Tak Dapat Ditangani dengan Obat
Jika ada beberapa kasus penyakit lambung yang tetap harus dioperasi dengan langkah vagotomi walau tubuh pasien merespon obat dengan baik, terlebih pasien dengan kondisi memburuk karena tubuh tak mampu merespon obat [4,5].
Meski obat dan perubahan pola hidup telah dilakukan, ada kalanya kondisi tidak membaik juga.
Perkembangan kondisi yang terus menjadi lebih serius atau terlalu sering kambuh, dokter akan mengatasinya dengan vagotomi.
4. Mengatasi Peritonitis
Pada kasus pasien yang didiagnosa dengan peritonitis karena perforasi perut, perdarahan pada saluran pencernaan bagian atas, atau obstruksi pada saluran pencernaan bagian atas, vagotomi adalah solusi utama [6].
Pasien dengan kondisi peritonitis dengan penyebab tersebut sudah tergolong sebagai kondisi darurat yang tak lagi bisa diatasi dengan obat [6].
Prosedur vagotomi diharapkan membantu pasien pulih dengan cepat [6].
5. Mengatasi Fibrosis Paru, Diabetes dan Obesitas
Menurut beberapa hasil penelitian, vagotomi juga berguna dalam membantu pasien dengan masalah obesitas [7,8,9].
Selain itu, penderita fibrosis paru dan diabetes juga dapat menempuh vagotomi apabila diperlukan [7,8,9].
Pengangkatan saraf vagus seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga jenis metode yang akan dokter terapkan sesuai dengan kondisi pasien [3].
Setelah persiapan tersebut dilakukan, maka pasien dianggap telah siap menjalani vagotomi dengan langkah prosedur seperti berikut [3] :
Usai menjalani vagotomi, pasien seperti biasa dianjurkan tidak mengangkat benda-benda berat dan melakukan aktivitas-aktivitas berat agar pemulihan lebih cepat [3].
Seperti halnya prosedur bedah lain, vagotomi juga tetap mampu menimbulkan risiko komplikasi walau seringkali termasuk aman [1,3].
Termasuk jarang terjadi, beberapa risiko ini tetap perlu diwaspadai karena tak menutup kemungkinan pasien mengalaminya [1,3] :
Pada beberapa kasus, dumping syndrome adalah efek lainnya yang berpotensi terjadi [1,3].
Gejala-gejala yang bisa dialami pada dumping syndrome antara lain adalah [1,10] :
Gejala-gejala ini dapat terjadi karena makanan melewati perut secara cepat tanpa adanya proses pencernaan yang benar [1,10].
Setelah menjalani vagotomi, efek tersebut berisiko dirasakan tak lama kemudian, namun biasanya tidak berbahaya dan sistem pencernaan akan beradaptasi dengan cepat [1,10].
Pasca menjalani vagotomi, pasien masih harus memperoleh perawatan di rumah sakit selama kurang lebih 7 hari [1,3].
Pemantauan harus tetap dokter lakukan karena dokter perlu mengetahui seperti apa kira-kira efek tubuh pasien terhadap tindakan vagotomi [1,3].
Selain itu, dokter masih harus membuang asam lambung berlebih dari dalam perut pasien secara berkala [1,3].
Jahitan operasi akan dokter lepas setelah lebih dari 1 minggu dan kondisi pasien dipastikan baik-baik saja tanpa adanya komplikasi apapun [1,3].
Namun secara total, pasien memerlukan waktu pemulihan selama 6 minggu di mana dokter menyarankan pasien menjalani diet liquid (cairan) sampai saluran pencernaan beradaptasi dengan baik terhadap perubahan fungsi saraf vagus yang telah dioperasi [1,3].
Pantangan yang harus pasien ikuti adalah mengonsumsi makanan pedas atau makanan/minuman asam demi mendukung tubuh pulih sempurna [1,3].
1. Saurabh Sethi, M.D., MPH & Tim Jewell. Vagotomy. Healthline; 2018.
2. Vinay K Kapoor, MBBS, MS, FRCSEd, FICS, FAMS & Kurt E Roberts, MD, Vagotomy Technique. Medscape; 2021.
3. William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR. What is a vagotomy?. MedicineNet; 2020.
4. Vanessa T Schroder, Theodore N Pappas, Steven N Vaslef, Sebastian G De La Fuente, & John E Scarborough. Vagotomy/drainage is superior to local oversew in patients who require emergency surgery for bleeding peptic ulcers. Annals of Surgery; 2014.
5. Emanuele Lo Menzo & Noel Stevens, Mark Kligman. Laparoscopic revision of gastrojejunostomy and vagotomy for intractable marginal ulcer after revised gastric bypass. Surgery for Obesity and Related Diseases; 2011.
6. A A Shtrapov & A A Kurygin. Vagotomy in perforated duodenal ulcers complicated by peritonitis. Vestn Khir Im II Grek; 1989.
7. Nana Song, Jun Liu, Saad Shaheen, Lei Du, Mary Proctor, Jesse Roman, & Jerry Yua. Vagotomy attenuates bleomycin-induced pulmonary fibrosis in mice. Scientific Reports; 2015.
8. J G Kral & L Görtz. Truncal vagotomy in morbid obesity. International Journal of Obesity; 1981.
9. Jakob Starup-Linde, Michael Gejl, Per Borghammer, Filip K Knop, Søren Gregersen, Jørgen Rungby & Peter Vestergaard. Vagotomy and subsequent development of diabetes - A nested case-control study. Metabolism; 2016.
10. Channing Hui; Aayush Dhakal; & Gustavo J. Bauza. Dumping Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2021.
11. Brian J. Kenny & Bruno Bordoni. Neuroanatomy, Cranial Nerve 10 (Vagus Nerve). National Center for Biotechnology Information; 2021.