Penyakit & Kelainan

Alergi Sperma: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Human seminal plasma allergy merupakan kondisi yang amat jarang terjadi, bahkan gejala yang timbul dapat sangat beragam bisa berupa rasa gatal pada kulit dan anafilaksis yang fatal yang meliputi sesak nafas, muntah, darah rendah, dan sebagainya [1].

Kondisi ini biasanya juga dianggap sebagai bentuk reaksi hipersensitivitas yang dimediasi IgE terhadap protein yang umumnya terdapat pada cairan mani [1].

Beberapa orang mengalami alergi terhadap protein yang terdapat pada cairan mani tersebut atau alergi terhadap enzim dan juga zat kimia lain dan memicu reaksi terhadap tubuh [2].

Gejala Alergi Sperma

Gejala dari alergi sperma ini sangat beragam tergantung dari respons sistem kekebalan tubuh masing-masing penderita. Namun berikut beberapa gejala yang muncul dan dilaporkan pada kasus yang pernah terjadi:

  • Asma merupakan gejala yang pernah dilaporkan dialami penderita alergi sperma [1].
  • Rasa gatal disekujur tubuh atau gatal urtikaria juga merupakan gejala yang biasanya timbul akibat alergi sperma [2]. Terkadang rasa gatal yang muncul spesifik berada di area vaginal pada kasus penderita wanita [1].
  • Demam tinggi, kelelahan, mata yang terasa terbatas, hidung meler juga bisa jadi salah satu gejala yang dialami penderita alergi sperma [2]. Kondisi tersebut bisa muncul dengan durasi kurang lebih 1 minggu.
  • Dermatitis atopik yang meliput rasa gatal, kulit terasa kering, memerah dan juga sakit biasanya juga muncul pada penderita alergi sperma [1].
  • Kesulitan bernafas atau nafas terasa tersengal [2].
  • Adanya pembengkakan terutama pada area tenggorokan terutama di pita suara dan laring [2].
  • Tenggorokan terasa tersumbat yang diikuti dengan turunnya tekanan darah secara mendadak [2].
  • Bengkak dan rasa seperti terbakar pada bagian vagina terutama dalam jangka waktu 10 hingga 30 menit setelah kontak dengan sperma. Meskipun tidak menutup kemungkinan hal tersebut juga dapat terjadi di area sekitar kulit dan juga mulut [3].

Penyebab Alergi Sperma

Penyebab alergi terhadap sperma sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun terdapat berikut beberapa hal yang mungkin menjadi pemicu berdasarkan kasus yang terjadi [1,4,5]:

  • Adanya perubahan pada sistrem reproduksi atau hormon yang mempengaruhi reproduksi.
  • Perubahan hormon ini ditengarai dapat terjadi saat kehamilan atau setelah melahirkan, dan tidak secara pasti apakah kelahiran pertama atau setelahnya yang menjadi pencetus alergi sperma.
  • Adanya prosedur yang dilakukan pada saluran genital seperti pemasangan alat kontrasepsi, prostatektomi, histeroktomi, dan lainnya.
  • Predisposisi genetik.
  • Kontak langsung terhadap alergen (protein yang terkandung pada sperma) misalnya saat dilakukan hubungan seksual yang tidak menggunakan kondom.
  • Biasanya alergen pemicu adalah komponen pada plasma sperma seperti glikoprotein prostat.

Faktor Risiko dan Kemungkinan Komplikasi Alergi Sperma

Berikut faktor risiko pada penderita alergi sperma:

  • Sensitifitas terhadap jaringan epitel pada anjing merupakan faktor risiko pada penderita alergi sperma [1].
  • Wanita dianggap yang paling sering mengalami kondisi alergi sperma dibandingkan laki-laki [2].
  • Wanita dengan rentang usia 20-30 tahun merupakan yang paling sering dilaporkan menderita alergi sperma. Pada wanita usia 40 tahun ke atas, kondisi tersebut jarang terjadi [5].

Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada kasus alergi sperma. Berikut komplikasi yang mungkin terjadi pada alergi sperma [4]:

  • Mempengaruhi emosi penderita dan juga hubungan dengan pasangan, bahkan akan menyebabkan rasa cemas dan disfungsi seksual.
  • Masalah alergi sperma juga akan berimbas pada kehamilan dan proses pembuahan.
  • Munculnya reaksi anafilaksis yang dapat mengancam jiwa, meskipun kejadian fatal hingga saat ini belum pernah dilaporkan.
  • Gejala gangguan pernafasan akut seperti kesulitan bernafas.
  • Angioedema merupakan komplikasi yang mungkin muncul pada penderita alergi sperma, yakni pembengkakan pada area lidah, bibir dan juga tenggorokan.

Diagnosis Alergi Sperma

Cara mendiagnosis alergi sperma pada dasarnya tidak terlalu rumit. Diagnosis biasanya dilakukan berdasarkan riwayat klinis pasien. Dengan melakukan beberapa pemeriksaan yang meliputi [4] :

  • Pemeriksaan vaginal.
  • Swab vaginal untuk pemeriksaan mikroskopis terhadap jaringan bakteri dan juga infeksi jamur serta tes nucleic acid amplification (NAATs) untuk melihat keberadaan chlamydia dan gonorrhoea.
  • Untuk mengetahui pemicu sistemik, pemeriksaan darah juga perlu dilakukan.

Selain beberapa cara di atas, hal berikut juga ditempuh untuk memperkuat diagnosis, diantaranya :

  • Melakukan test dengan penggunaan kondom selama intercourse, jika gejala alergi tidak muncul saat penggunaan kondom, maka penderita diduga mengalami alergi sperma [1,2].
  • Tes tusukan kulit yang kerap digunakan untuk mendiagnosis alergi secara tradisional juga direkomendasikan untuk dilakukan [1,2]

Apakah Alergi Sperma Mempengaruhi Wanita Agar Bisa Hamil?

Meskipun berpengaruh secara emosional terhadap hubungan seksual dan mungkin menyebabkan masalah gangguan (disfungsi) seksual namun alergi sperma tidak berhubungan dengan infertilitas primer [4].

Alergi sperma ini membuat wanita akan mengalami kesulitan untuk hamil [3]. Sehingga pasangan akan mengalami kesulitan atau menemui kesulitan untuk melakukan pembuahan namun alergi sperma tidak menyebabkan ketidak suburan secara total [1].

Patut diperhatikan bahwa alergi sperma dapat menyebabkan keguguran atau kehilangan janin pada saat awal kehamilan, sehingga penderita perlu segera menghubungi dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat [2].

Pengobatan Alergi Sperma

Meskipun dapat membuat wanita kesulitan untuk hamil namun bukan berarti dengan memiliki alergi sperma wanita tidak dapat hamil sepenuhnya. Ada beberapa hal atau pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut :

  • Edukasi dan konseling sangat dibutuhkan terhadap penderita maupun pasangannya [4].
  • Gejala ringan dan sedang umumnya tidak membutuhkan perawatan tertentu karena akan sembuh dengan sendirinya jika mendapatkan pemaparan berulang [2]
  • Sedangkan jalan paling mudah untuk dilakukan adalah dengan menghindari paparan alergen, atau dalam hubungan seksual dapat digunakan kondom [1].
  • Dilaporkan bahwa penggunaan kondom setelah 6 hingga 12 bulan dapat meningkatkan respon kulit dan gejala klinis yang semakin membaik [1].
  • Namun pada kasus pasangan yang mengharapkan kehamilan atau keturunan makan dapat diambil langkah desentisasi intravaginal atau intradermal [1,5].
  • Terapi imun juga dapat ditempuh seperti terapi imun RUSH serta melakukan paparan berkala selama 2-3 hari sehingga batas toleransi terhadap alergen meningkat [1].
  • Pemberian antihistamin oral profilaksis yang diminum 30-60 menit sebelum hubungan seksual yang dapat mengurangi reaksi non-anafilaksis pada penderita alergi sperma [4].
  • Injeksi adrenalin juga dapat dilakukan untuk pasien yang menderita alergi sperma sistemik [4].
  • Pada pasien yang menderita reaksi lokal, gejala alergi sperma juga dapat diatasi dengan penggunaan krim cromolyn lokal [1].

1. Woo-Jung Song, Deok-In Kim, Min-Hye Kim, Min-Suk Yang, Yoon-Jeong Kim, Sae-Hoon Kim, Sang-Heon Cho, Kyung-Up Min, and Yoon-Seok. Human seminal plasma allergy: successful pregnancy after prophylactic anti-histamine treatment. National Center for Biotechnology Information; 2011.
2. Dr. Ananya Mandal, MD. Semen Allergy. News Medical Life Sciences; 2019.
3. Korin Miller. How To Know If You’re Allergic To Semen. Self; 2016.
4. Dr Estella Janz-Robinson. Semen Contact Allergy. Dermnet NZ; 2020.
5. Michael Carroll, Gregory Horne, Richard Antrobus, Cheryl Fitzgerald, Daniel Brison, & Matthew Helbert. Testing for hypersensitivity to seminal ! uid-free spermatozoa. Human Fertility; 2013.
6. Maria Basagan˜a, MD, Borja Bartolome´, MD, PhD, Carlos Pastor, MD, PhD, Ferran Torres, MD, PhD, Rosario Alonso, MD, Fernando Vivanco, MD, PhD, and Anna Cistero´ -Bahı´ma, MD, PhD. Allergy to human seminal fluid: Cross-reactivity with dog dander. J. Allergy Clin. Immunol.; 2008.

Share