Obat

Apakah Antibiotik Bisa Menyembuhkan Covid-19?

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Christine Verina
Antibiotik adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik kurang tepat apabila digunakan untuk mengatasi infeksi virus seperti infeksi covid 19, karena

Masih ada anggapan yang awam dalam masyarakat bahwa antibiotik adalah obat yang bisa dengan cepat menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Mungkin Anda juga pernah mendengar bahwa antibiotik ampuh untuk menyembuhkan Covid-19. Apakah benar dapat menyembuhkan covid-19?

Kegunaan Antibiotik

Antibiotik digunakan untuk menyembuhkan atau mencegah terjadinya beberapa jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Obat ini bisa membunuh bakteri atau mencegahnya menyebar ke bagian-bagian tubuh yang tidak terinfeksi. [1, 2]

Namun, tidak semua jenis infeksi bisa diobati dengan antibiotik.

Antibiotik tidak efektif untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh virus – seperti flu, juga sudah tidak lagi digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti infeksi telinga pada anak-anak dan sakit tenggorokan. [1, 2]

Antibiotik tidak bisa dibeli secara bebas di apotek dan hanya diresepkan untuk masalah kesehatan seperti: [1]

  • Infeksi yang tidak serius namun tidak bisa sembuh tanpa antibiotik – misalnya jerawat
  • Infeksi yang tidak serius namun bisa menular pada orang lain jika tidak segera diobati – seperti impetigo (infeksi kulit) atau chlamydia (penyakit menular seksual)
  • Memulihkan beberapa jenis infeksi dengan lebih cepat – seperti infeksi ginjal
  • Infeksi yang berisiko atau bisa menimbulkan komplikasi yang serius – misalnya pneumonia atau radang paru-paru

Antibiotik juga digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi pada kondisi-kondisi berikut: [1]

  • Sebelum pelaksanaan operasi yang berisiko menimbulkan infeksi
  • Setelah terkena gigitan binatang atau mendapat luka yang bisa menjadi infeksi
  • Masalah kesehatan yang menyebabkan pasien lebih rentan terkena infeksi, seperti pada pasien kemoterapi atau yang diangkat limpa-nya.

Antibiotik dan Covid-19

Seperti yang sudah disebutkan diatas, antibiotik hanya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sementara, Covid-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.

Ini artinya, antibiotik tidak bisa digunakan baik untuk pencegahan maupun pengobatan Covid-19. [3]

Tetapi, bila pasien yang positif terinfeksi Covid-19 kondisinya menurun dan harus dirawat di rumah sakit, maka mungkin akan membutuhkan antibiotik untuk mengobati infeksi lanjutan yang terjadi, seperti pneumonia atau radang paru-paru. [3]

Jenis Obat untuk Covid-19

Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo telah mengimpor beberapa jenis obat yang diklaim bisa mempercepat proses penyembuhan pasien positif Covid-19. Obat-obatan tersebut adalah Klorokuin dan Avigan.

Klorokuin, pada awalnya, digunakan sebagai obat untuk malaria. Namun penggunaannya telah dihentikan karena menyebabkan resistensi pada tubuh penderita – yang artinya sudah tidak efektif lagi untuk mengobati malaria. [6, 8]

Melalui penelitian, ditemukan bahwa klorokuin juga berfungsi sebagai obat antiviral, ia mampu mencegah virus menggandakan diri dalam tubuh penderita. Di China, obat ini memang telah digunakan dalam perawatan pasien positif Covid-19 dan diklaim bisa mempercepat penyembuhan. Di Perancis dan Malaysia, obat ini juga tengah diujicobakan pada pasien dengan menggunakan dosis yang sama seperti yang telah digunakan di China. [6,8]

Avigan adalah obat yang dikembangkan di Jepang sebagai obat flu. Ketika Covid-19 mewabah, pemerintah China mencoba menggunakan obat ini pada pasien yang positif terinfeksi. Hasilnya, pasien yang diberi Avigan menunjukkan perbaikan pada kondisi paru-paru dan lebih cepat pulih dibandingkan yang tidak mengonsumsinya. [6, 8]

Namun, Avigan dinilai tidak efektif digunakan pada pasien Covid-19 yang sudah terlanjur parah kondisinya. [6, 8]

Pemerintah Jepang sendiri masih melakukan penelitian sebelum bisa meresmikan Avigan sebagai obat untuk Covid-19. [6]

Tamiflu, yang juga adalah obat antiviral, telah pula digunakan di Indonesia sebagai bagian dari perawatan pasien Covid-19. Ketika flu burung mewabah pada 2005, obat ini digunakan sebagai penghambat penggandaan virus dalam tubuh penderita. [8]

Kontroversi Obat Untuk Covid-19

Meskipun ketiga obat yang disebutkan diatas telah diklaim efektif dan digunakan untuk pengobatan Covid-19 di beberapa negara, WHO dan FDA masih tetap menegaskan bahwa, hingga saat ini, tidak ada obat yang bisa mencegah seseorang tertular Covid-19 maupun menyembuhkannya bila sudah terinfeksi. [2, 8]

Sangat tidak dianjurkan untuk minum sembarang obat, termasuk antibiotik, tanpa pengawasan tenaga medis.

Beberapa obat herbal, seperti jahe, mungkin bisa membantu meningkatkan kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit atau agar lebih cepat pulih bila sedang sakit, namun tidak untuk mematikan virus.

Covid-19 adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan. Pada kebanyakan pasien, gejala yang muncul hanya ringan saja dan mirip dengan flu seperti bersin-bersin, sakit kepala, badan linu-linu, sakit tenggorokan, hidung meler atau mampet, batuk, dan demam.

Pada gejala seperti ini, obat pereda nyeri yang mengandung paracetamol boleh diminum untuk meredakan demam dan sakit badan. [4]

Bila gejala mulai meningkat hingga terjadi hal-hal berikut, maka harus segera menghubungi fasilitas kesehatan atau nomer telepon 119 extension 9: [3, 5]

  • Kesulitan bernafas
  • Rasa nyeri atau rasa terhimpit di dada yang tidak mau hilang
  • Kesulitan untuk bangkit dari tempat tidur
  • Bibir atau wajah membiru

Di rumah sakit, dokter yang akan menentukan apa yang dibutuhkan pasien untuk perawatan, termasuk bila antibiotik harus diberikan untuk mengobati infeksi lanjutan

1) NHS Assurance Team. 2019. UK National Health Service. Antibiotics
2) WHO Team. 2020. World Health Organization. Q&A on coronaviruses (COVID-19)
3) Division of Viral Disease. 2020. Centers for Disease Control and Prevention. COVID-19, What to Do if You Are Sick
4) NHS Assurance Tea, 2018. UK National Health Service. Respiratory tract infections (RTIs)
5) WHO Team. 2020. World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory infection
(SARI) when COVID-19 disease is suspected
6) Prof. Dra. apt. Zullies Ikawati, PhD. 2020. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Mengenal Klorokuin dan Avigan untuk Terapi COVID-19
7) FDA Staff. 2020. United States Food & Drug Administration. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
8) Redaksi Kumparan. 2020. Kumparan Sains. Dokter Ungkap Obat yang Dipakai Rawat Pasien Positif Corona di Indonesia

Share