Penyakit & Kelainan

Bahaya Obesitas Bagi Lansia

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Obesitas terjadi ketika jumlah kalori yang dikonsumsi jauh lebih banyak daripada yang dihabiskan tubuh untuk beraktifitas. Ketidak seimbangan antara kebutuhan dan konsumsi kalori inilah yang jika dibiarkan akan menjadi pemicu munculnya masalah kegemukan. Selain pola makan, genetik dan lingkungan, beberapa faktor lain juga dapat mendorong terjadinya obesitas.[1]

Seiring bertambahnya usia dan semakin berkurangnya aktifitas fisik, masa otot pada tubuh cenderung berkurang dan digantikan oleh lemak. Osteoporosis dan masalah tulang belakang juga menjadi penyebab perubahan BMI. Hal ini lah yang menyebabkan kemungkinan terkena obesitas dan penyakit lainnya menjadi lebih meningkat.[2]

Usia tua menyebabkan adanya perubahan komposisi pada tubuh. Proses penuaan menyebabkan peningkatan lemak tubuh dan perubahan pola distribusinya. Selanjutnya faktor usia juga turut meningkatkan resiko munculnya berbagai penyakit.[3]

Obesitas pada lansia kemudian ikut mengambil peran pada perubahan kebugaran tubuh sehingga menyebabkan penderitanya lebh rentan terhadap resiko penyakit berbahaya.[3]Secara umum dapat dikatakan bahwa obesitas merupakan bendahara dari segala penyakit.

Dari sekian banyak bahaya yang mungkin terjadi karena obesitas pada lansia, berikut beberapa penyakit yang paling rentan diderita lansia pada kondisi kelebihan berat badan:

1. Nyeri Kronis

Nyeri kronis diartikan sebagai nyeri yang setidaknya dalam tingkat sedang yang berlangsung selama tiga bulan atau bahkan hingga menahun. Pada lansia dengan kondisi obesitas kemungkinan untuk mengalami nyeri kronis pada bagian tubuh dua kali lipat lebih besar. Begitu pula dengan lokasi nyeri yang lebih banyak serta frekuensi nyeri yang juga lebih tinggi.

Penybab nyeri kronis pada lansia obesitas dikarenakan peningkatan beban mekanis pada sendi yang menahan beban tubuh sehingga dapat memicu peradangan. Selain itu, dampak yang ditimbulkan dari penyakit diabetes, penyakit arteri perifer, osteoartritis dan penurunan aktifitas fisik akibat obesitas juga mengambil peran penting untuk memicu nyeri kronis pada lansia dengan berat badan berlebih.[5]

2. Masalah Keseimbangan Postural

Obesitas pada lansia juga ikut mempengaruhi keseimbangan postural. Pada kondisi ini, kelebihan berat badan menyebabkan terjadinya nyeri punggung dan penyusutan tulang belakang akibat aktifitas fisik. Lansia yang menderita obesitas memerlukan waktu lebih lama untuk melakukan kinerja otot.[6]

Berat badan yang berlebih menyebabkan penurunan kemampuan menyeimbangkan beban tubuh, sehingga penderita obesitas memiliki resiko terjatuh yang lebih tinggi dalam melakukan aktifitas sehari-hari.[6]

3. Masalah Pernafasan

Pada penderita obesita terjadi pengecilan paru-paru dan peningkatan berat pada dinding dada yang menyebabkan terjadi kesulitan saat bernafas. Penuaan secara normal memang menyebabkan terjadinya perubahan struktur dan fungsi paru-paru.[7]

Namun pada lansia dengan kondisi obesitas perubahan tersebut dapat menyebabkan penurunan efisiensi pernafasan karena adanya peningkatan kekakuan dinding dada, penurunan permukaan alveolar yang tersedia untuk pertukaran gas dan kekakuan elastin serta jaringan kolagen yang mendukung paru-paru.[17]

Masalah pernafasan ini nantinya akan menimbulkan gangguan tidur yang lebih lanjut akan menyebabkan gangguan halusinasi dan kognitif.[7]

4. Penyakit Kardiovaskular

Obesitas menimbulkan banyak masalah pada tubuh yang dapat memicu banyak resiko penyakit berbahaya. Bersama tekanan darah tinggi, hipertrigliseridemia, dan kolesterol, obesitas pada lansia ikut menjadi pemicu yang mendasari munculnya penyakit kardiovaskular.[8]

Dalam beberapa penelitian menunjukkan bahwa obesitas lebih beresiko memicu penyakit kardiovaskular pada lansia pria. Peningkatan BMI pada pria di usia tua dikaitkan dengan peningkatan penyakit jantung koroner.[9]

Namun bukan berarti wanita pada usia lansia bisa sepenuhnya terbebas dari ancaman penyakit kardiovaskular. Bagaimanapun, obesitas merupakan indikasi awal yang menunjukkan ketidak stabilan dan pola hidup yang buruk.[9]

5. Diabetes

Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang paling umum ditemukan pada usia paruh baya dan lansia. Penurunan sensitivitas insulin pada sel merupakan hal normal dalam proses penuaan. Namum, kondisi itu memburuk akibat obesitas yang menyebabkan predisposisi genetik sehingga terjadi disfungsi sel yang kemudian dengan efek glukotoksik dan lipotoksik kronis dari keadaan resisten menyebabkan kontrol glikemik yang tidak teratur sehingga muncul diabetes tipe 2.

Pertimbangan lain yang harus dipikirkan dari pengobatan diabetes dengan insulin dan sulfonilurea adalah efek sampingnya yang menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan. Pada lansia penderita diabetes dengan kondisi obesitas sangat pentig untuk mengatur keseimbangan antara peningkatan berat badan yang diinduksi dan manfaat klinis dari pengobatan tersebut.[10]

6. Kanker

Obesitas juga berhubungan dengan resiko munculnya penyakit kanker. Diketahui beberapa jenis kanker lebih cepat terpicu pada kondisi kelebihan berat badan. Pada wanita lansia dengan kondisi obesitas resiko terserang kanker payudara (pascamenopause), kanker kantung empedu, leher rahim dan ovarium lebih tinggi dibanding wanita lansia dengan berat badan normal.[11]

Sedangkan pria yang mengalami obesitas pada masa lanjut usia lebih mungkin terkenan kanker usus besar, rektum atau prostat.[11]Kanker sesungguhnya dapat dipicu oleh berbagai faktor. Seperti kadar hormon, infeksi dalam jangka waktu yang panjang dan akibat dari mengonsumsi alkohol.[12]

Obesitas bukan satu-satunya penentu seseorang untuk terkena kanker, namun dengan kondisi berat badan yang berlebih artinya kemungkinan terserang penyakit mematikan tersebut menjadi lebih tinggi.[12]

Hal ini karena perubahan yang terjadi pada tubuh seperti peradangan dan tingkat insulin yang lebih tinggi sebagai dampak dari obesitas membantu mengarah pada kanker. Semakin tinggi tingkat obesitas dalam waktu yang berlangsung lama maka resiko terkena kanker juga akan semakin besar.[12]

Cara Menjaga Kesehatan Lansia

Kondisi fisik yang melemah, penurunan daya tahan tubuh dan berkurangnya kinerja organ menyebabkan lansia dengan kondisi obesitas menjadi lebih rentan pada berbagai macam penyakit baik yang menyerang organ maupun cacat fisik karena adanya masalah persendian akibat berat badan yang berlebih.[4]

Obesitas pada lansia nyatanya juga turut mempengaruhi kemampuan memproses informasi, memori, pemahaman, pemecahan masalah dan keputusan. Kondisi alami yang terjadi bersama proses penuaan akan lebih cepat memburuk karena faktor obesitas.[4]

Proses bertambahnya usia dan penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Namun ada pilihan untuk menjani pola hidup sehat dan berkualitas. Kesadaran akan kondisi fisik yang tidak lagi sepenuhnya prima bisa menjadi dasar untuk memotivasi diri menjalani pola hidup lebih sehat. Pada lansia dengan kondisi obesitas perlu adanya perhatian lebih terkait dengan rencana penurunan berat badan.[13]

  • Perubahan gaya hidup dengan diet dan olahraga.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah perubahan gaya hidup dengan diet dan olahraga. Diet pada lansia tidak hanya sekedar membatasi jumlah kalori, tetapi juga penting untuk memperhatikan komposisi dan keseimbangan nutrisi dari asupan yang dikonsumsi seperti protein, kalsium, dan vitamin D.[13]

Pilihan latihan fisik untuk mempertahankan masa otot pun turut menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan. Yang paling disarankan adalah dengan melakukan latihan ketahanan untuk penguatan otot sebanyak dua kali seminggu. Serta latihan fleksibilitas dan keseimbangan untuk mengurangi resiko jatuh pada lansia dalam beraktifitas.

  • Perhatikan jenis dan efek dari obat-obatan

Kemudian yang tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah jenis dan efek dari obat-obatan yang dikonsumsi para lansia. Dalam prakteknya, obat-obatan, diet dan olahraga yang dilakukan para lansia harus dilakukan dibawah pengawasan dokter yang berpengalaman untuk memastikan keselamatan dalam pelaksanaannya dan meminimalisir resiko yang mungkin ditimbulkan.[13]

[1] Ann Mabe Newman. Ojin.nursingworld.org. Obesity in Older Adults. 2009.
[2] Nadia B. Pietrzykowska. Obesityaction.org. Obesity in the Eldery. 2014.
[3] Rodrigo Riberio Dos Santos, Maria Aparecida, Camargos Bicalho, Polyana Mota, Dirce Riberio de Oliveira, Edgar Nunes de Moraes. Rev Med Minas Gerais. Obesity in the elderly. 2013.
[4] Nadia B. Pietrzykowska. Obesityaction.org. Obesity in the Eldery. 2014.
[5] Lucas H. McCharthy, Marcelo E. Bigal, Mindy Katz, Carol Derby, Richard B. Lipton. Scholar. Chronic Pain and Obesity in the Eldery: Results from the Einstein Aging Study. 2010.
[6] Marcos Rossi Izquierdo, Sofia Santos Peres, Andres Soto Varela. Scholar. Impact of obesity in eldery paients with postural instability. 2015.
[7] Ann Mabe Newman. Ojin.nursingworld.org. Obesity in Older Aduts. 2009.
[8] Ann Mabe Newman. Ojin.nursingworld.org. Obesity in Older Aduts. 2009.
[9] Shilpa Amarya, Kalyani Singh, Manisha Sabharwal. Sciencedirect.com. Health Consequences of Obesity in The Elderly. 2014.
[10] Ioannis Kyrou, Constantine Tsigos. Ncbi.nlm.nih.gov. Obesity in the Elderly Diabetic Patient. 2009.
[11] Ann Mabe Newman. Ojin.nursingworld.org. Obesity in Older Aduts. 2009.
[12] Anonim. Cdc.gov. Obesity and Cancer. 2021.
[13] Nadia B. Pietrzykowska. Obesityaction.org. Obesity in the Eldery. 2014.

Share