Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan banyak manfaat bagi bayi dan ibu. ASI juga merupakan sumber energi dan nutrisi yang penting bagi bayi berusia 6 hingga 23 bulan[1].
Sering kali ibu menyusui mendapatkan berbagai anjuran dan pantangan. Salah satunya ialah mengenai jenis makanan yang dikonsumsi. Jenis makanan yang dikonsumsi ibu dipercaya dapat mempengaruhi kualitas ASI[1, 2].
Terdapat anggapan bahwa makanan pedas dapat menyebabkan gas berlebih/kembung atau bayi menjadi rewel. Hal ini mengakibatkan ibu menyusui melakukan pembatasan menu makan dan menerapkan pantangan pribadi[2, 3].
Daftar isi
Sebagian besar rasa makanan tidak diteruskan secara langsung ke dalam ASI, meski demikian jenis makanan tertentu seperti makanan pedas, asparagus, bawang merah, dan lada, dapat mengakibatkan beberapa protein unik (bersumber dari bahan makanan) disekresikan dalam ASI. Sehingga rasa kuat dalam makanan tertentu dapat mempengaruhi rasa ASI[2, 4].
Akan tetapi, berbanding terbalik dari anggapan umum, makanan pedas aman untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui. Meskipun terjadi perubahan pada ASI, hal ini tidak berpengaruh negatif pada bayi. Selain itu tidak terdapat bukti yang menganjurkan untuk menghindari makanan pedas selama menyusui[2, 3, 4].
Faktanya, studi menunjukkan bahwa bayi yang dikenalkan pada berbagai varietas rasa melalui cairan amniotik selama kehamilan dan ASI setelah lahir, dapat menjadi lebih terbuka untuk mengkonsumsi berbagai jenis makanan kelak di kemudian hari[2, 4].
Bagi mereka yang biasa mengkonsumsi makanan pedas tanpa masalah, kebiasaan tersebut dapat dilakukan selama menyusui. Meski demikian, ibu menyusui sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan dan menjaga pola makan sehat seimbang[3, 4].
Namun bagi mereka yang mengalami mulas atau sakit perut setelah konsumsi makanan tertentu, sebaiknya dipertimbangkan kembali dampak dan risiko yang dapat ditimbulkan kemudian[4].
Setiap ibu menyusui memiliki metabolisme dan kimiawi tubuh yang unik, sehingga tidak diketahui dengan pasti berapa lama rasa pedas akan mempengaruhi ASI. Proses metabolisme makanan dan timbulnya suatu rasa pada ASI rata-rata memerlukan waktu 4-6 jam, meski dapat terjadi selama 24 jam[2, 3].
Banyak ibu cenderung mulai mengkonsumsi makanan pedas setelah melahirkan dalam porsi kecil. Sebaiknya konsumsi makanan pedas ditunda hingga bayi terbiasa untuk menyusu ASI dengan baik dan perkembangan kesehatan serta imunitas bayi telah mencapai tingkat yang baik. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi reaksi alergi, sehingga bayi dapat segera pulih jika mengalami alergi[3].
Beberapa ibu melaporkan bahwa bayi mengalami perut kembung dan menjadi rewel setelah diberi ASI. Namun hal ini tidak berkaitan dengan konsumsi makanan pedas, meski makanan tersebut menyebabkan gangguan pencernaan pada ibu[2].
Pada kebanyakan kasus, makanan yang menyebabkan masalah pencernaan pada ibu tidak mempengaruhi komposisi ASI ataupun mengubah pencernaan dan reaksi bayi terhadap ASI[2].
Gas berlebih terutama disebabkan oleh bakteri yang merombak bahan makanan di dalam usus, terutama makanan berserat. Baik gas maupun serat makanan tidak diteruskan ke aliran darah dan air susu, melainkan hanya nutrisi dan kalori dari proses pencernaan[2].
Kerewelan bayi setelah menyusu ASI, diduga disebabkan oleh kandungan laktosa dalam ASI. Pada beberapa kasus, bayi yang menjadi rewel karena ketidakmampuan untuk memecah protein kompleks di dalam makanan[2].
Gas berlebih pada bayi juga dapat disebabkan oleh penurunan sementara atau perubahan perkembangan, atau karena menelan terlalu banyak udara saat disusui[2].
Jika ibu mendapati suatu pola rewel, perut kembung, muntah, feses cair, dan masalah pencernaan lain, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter. Dokter dapat menyarankan untuk menghindari makanan tertentu selama beberapa hari, misalnya produk susu yang merupakan alergen umum[2].
Terdapat beberapa manfaat dengan mengenalkan berbagai rasa melalui ASI, termasuk rasa pedas. Berikut beberapa dampak positif dari konsumsi makanan pedas oleh ibu menyusui[3]:
Saat bayi mendekati usia mencoba makanan padat dan secara perlahan menghentikan pemberian ASI, banyak bayi yang mengalami kesulitan menghadapi perubahan tersebut. Salah satu penyebabnya ialah rasa pada makanan yang dianggap terlalu kuat. Konsumsi makanan pedas dapat menyebabkan ASI mengandung rasa dan mengenalkannya pada bayi, memungkinkan kuncup perasa terstimulasi dan membuat bayi lebih mudah disapih kemudian.
Stimulasi kuncup perasa (indra pengecap pada lidah) melalui ASI yang mengandung rasa pedas membuat bayi mampu mendeteksi rasa yang disukai dari berbagai jenis makanan dan mulai mencoba membedakannya.
Pengenalan rasa dan makanan dapat menjadi tantangan tersendiri bagi perut yang bayi. Konsumsi ASI yang mengandung rasa pedas dapat membantu perut terpapar bahan makanan dalam bentuk minimal. Sistem pencernaan akan mulai mengatasinya secara bertahap dan menjadi lebih kuat sebelum makanan padat dikenalkan.
Menerapkan menu makanan padat pada bayi yang baru disapih dapat menjadi tugas yang sulit. Mengkonsumsi makanan pedas dapat membantu bayi lebih mudah untuk disapih sekaligus membantu bayi menerapkan menu makan sehat.
Meski pada umumnya konsumsi makanan pedas tidak menimbulkan pengaruh negatif pada ASI, beberapa bayi dapat sangat sensitif terhadap perubahan tersebut. Berikut beberapa dampak negatif pada bayi yang dapat terjadi akibat konsumsi makanan pedas[3]:
Pada kasus yang sangat langka bayi dapat mengembangkan alergi pedas. Biasanya ditandai dengan munculnya gejala setelah ibu mengkonsumsi makanan pedas, yaitu bayi mengalami ruam pada kulit. Jika terkonfirmasi memiliki alergi, sebaiknya ibu menghindari makanan pedas hingga bayi disapih.
Mulas perut (colic) merupakan kondisi yang mempengaruhi perut dan menyebabkan berbagai ketidaknyamanan bagi anak, mengarah pada timbulnya tangisan tidak terkendali akibat rasa sakit. Konsumsi makanan pedas seringkali memicu kambuhnya kondisi.
Untuk beberapa bayi, mengkonsumsi ASI yang mengandung jejak rasa pedas mungkin tidak dapat ditolerir oleh sistem pencernaan. Hal ini mengakibatkan pembentukan gas di dalam perut dan usus. Sehingga bayi akan mengalami perut kembung lebih sering, menyebabkan bayi rewel.
Setelah mengkonsumsi rasa pedas tertentu, bayi dapat cenderung mengembangkan ketertarikan dan meminum lebih banyak ASI dalam durasi yang lebih lama. Meski peningkatan nafsu makan dapat digolongkan baik, hal ini dapat menyebabkan bayi untuk minum melebihi kapasitas dan mengarah memuntahkannya, atau menjadi rewel dan keras kepala ketika rasa berubah.
Beberapa tanda spesifik dapat membantu memahami sensitivitas bayi terhadap makanan pedas, meliputi[3]:
1. Goun Jeong, MD, Sung Won Park, MD, Yeon Kyung Lee, MD, PhD, Sun Young Ko, MD, PhD, and Son Moon Shin, MD, PhD. Maternal Food Restrictions during Breastfeeding. Korean Journal of Pediatrics; 2017.
2. Ojus Patel. What You Need to Know about Eating Your Spicy Faves & Breastfeeding. Romper; 2018.
3. Shruti Kanchan. Is It Safe to Eat Spicy Food During Breastfeeding? First Cry Parenting; 2018.
4. Sara McTigue, reviewed by Debra Rose Wilson, Ph.D., MSN, RN, IBCLC, AHN-BC. Can You Eat Spicy Food While Breastfeeding? Healthline; 2020.