Daftar isi
Cacosmia adalah salah satu jenis parasomia, atau gangguan yang terjadi pada indera penciuman. Cacosmia dalah kondisi di mana seseorang tidak bisa mengenali bau dengan benar, dengan kata lain memiliki persepsi indera penciuman yang salah.
Orang yang menderita cacosmia biasanya merasa mencium bau yang menyengat meskipun tidak ada sumber baunya. Gangguan sistem indera penciuman ini bahkan dapat membuat seseorang merespon bau yang harum sebagai bau busuk yang sangat menggangunya. [1]
Cacosmia ditandai dengan adanya perubahan persepsi indera penciuman, hal ini berkaitan dengan ilusi tertentu yang membuat kesalahan pada indera penciuman, bau yang enak diterima sebagai bau busuk dan sebaliknya bau yang busuk diterima indera sebagai bau yang menyenangkan. [3]
Ilusi pada persepsi indera penciuman ini lebih khususnya terjadi pada penderita gangguan jiwa, gangguan syaraf otak akibat cidera dan orang yang memiliki masalah pada rongga hidung. Jarang sekali cacosmia terjadi pada orang secara umum. [3]
Seperti artinya, yang diambil dari bahasa Yunani, Kakos dan osme, kakos artinya busuk dan osme artinya bau. Maka gejala utama pada penderita cacosmia yaitu terus-menerus mencium aroma busuk, hal ini sangat berpengaruh pada kebutuhan dasar seseorang, yaitu makan dan minum.
Karena bau dan rasa saling berkaitan, maka biasanya orang yang mengalami cacosmia jadi sulit menelan makanan. Kesalahan mengidentifikasi bau pada makanan dapat membuat seseorang sulit makan, karena kurangnya asupan makanan maka penderita cacosmia sering kali mudah sakit. [2]
Gejala pada orang yang menderita cacosmia dapat dikatakan serius jika sudah memiliki ilusi persepsi yang dapat menunjukkan preferensi yang jelas terhadap suatu bau. [3]
Penyebab cacosmia adalah masalah pada 3 area utama jalur bau, hal inilah yang membuat seseorang memiliki gangguan pada penciuman. Ke tiga area tersebut yaitu: [2]
Neuron sensori penciuman (OSN) melapisi bagian dalam hidung, tugasnya adalah sebagai sel reseptor pada lapisan selaput lendir hidung untuk menerima bau dan mengirimkan sinyal bau ke area otak. Jika OSN mengalami peradangan, sinyal bau ke otak dapat terhambat atau terdistraksi.
Terhambatnya atau penyumbatan sinyal bau menuju otak bisa terjadi karena cedera atau penyakit pada otak. Sensor bau pada otak tidak bekerja dan menyebabkan masalah dengan penciuman. Berikut beberapa penyebab cacosmia. [2]
Menghirup zat kimia yang berbahaya dapat merusak fungsi neuron sensori penciuman (OSN), biasanya hal ini bisa sementara, namun jika paparan zat kimia tersebut terus menerus bisa membuat kerusakan permanen pada OSN. [1, 2]
ISPA seperti bronkitis, sinusitits, rinitis dan radang tenggorokan dapat menyebabkan kerusakan OSN dan memungkinkan menyebabkan seseorang mengalami cacosmia. [1]
Cidera kepala di bagian tertentu dapat merusak sinyal bau pada otak, sehingga seseorang tidak dapat merespon berbagai macam bau dengan benar. [1]
Sinusitis adalah peradangan pada sinus, bisa diakibatkan infeksi virus, jamur atau bakteri dan biasanya membuat hidung tersumbat. Sinusitis kronis bisa diakibatkan bakteri atau kuman terperangkap di dalam sinus, maka pengobatan dengan antibiotik dibutuhkan untuk mengatasi infeksis yang terjadi pada sinus. [3]
Rhinitis adalah kondisi yang berpengaruh pada mukosa hidung, menyebabkan bersin, gatal dan sekresi hidung. Untuk mengobati cacosmia, rhinitis harus diobati terlebih dahulu yaitu dengan antibiotika dan juga cuci hidung menggunakan nebulizer, perawatan ini membutuhkan waktu setidaknya 1 bulan.
Operasi untuk mengurangi kerak rhinitis mungkin juga perlu dilakukan agar fungsi penciuman kembali normal. [3]
Perokok lebih rentan mengalami cacosmia dan gangguan bau yang lainnya, hal ini karena kandungan di dalam rokok yang dapat merusak OSN. Kerusakannya bisa saja dalam jangka pendek maupun jangka panjang, tergantung seberapa banyak sel yang sudah rusak. [2]
Konsumsi obat-obatan tertentu bisa menjadi penyebab cacosmia, terutama penggunaan antibiotik untuk jangka panjang. Perawatan kanker yaitu radiasi yang digunakan untuk mengobati kanker kepala dan leher juga dapat merusak sel-sel sensori penciuman. [2]
Jika penyebab cacosmia tidak ditemukan pada area saluran hidung, atau tidak ada permasalahan dengan kondisi saluran bau, maka penyebab cacosmia paling mungkin adalah penyakit saraf.
Penyakit saraf seperti parkinson, alzheimer, schizofrenia dan epilepsi bisa mempengaruhi area otak yang bertugas mengidentifikasi bau. Cacosmia yang terjadi diakibatkan gangguan persepsi yang terjadi pada otak, bukan karena kerusakan indera. [3]
Indera penciuman tak hanya berdiri sendiri sebagai fungsi untuk mengenali bau, namun lebih dari itu indera penciuman sangat terkait dengan memori, perasaan dan emosi. Indera penciuman bisa membantu kita mengingat aroma alam dan menikmati keindahannya dan yang paling dasar adalah membantu kita menikmati makanan.
Indera penciuman yang mengalami gangguan sangat mempengaruhi kondisi seseorang, baik kondisi psikologis, fisik dan emosi. Cacosmia dapat menurunkan kualitas hidup, selain mental, tubuh dan kesehatan dengan mudah dapat mengalami penurunan karena kurangnya asupan makanan. [2]
Tidak ada obat-obatan yang dapat menyembuhkan cacosmia secara khusus, namun gejala cacosmia dapat berkurang jika penyebabnya segera diatasi. Misalnya pada cacosmia yang disebabkan infeksi saluran pernapasan dan merokok, perlahan cacosmia akan berkurang jika saluran penciuman kembali normal.
Operasi bisa menjadi pilihan untuk menghilangkan cacosmia, hal ini adalah pilihan terakhir jika seseorang sudah sangat terganggu dan penyebab cacosmia tidak dapat diatasi. Operasi bertujuan mengangkat bohlam penciuman, gejala cacosmia dapat teratasi namun hal ini juga membuat seseorang sama sekali tidak memiliki indera penciuman. [1]
1. Judith Marcin, M.D & Becky Young Cacosmia. Healthline; 2018.
2. Nellie Cacosmia: what is it, and how does it affect the perception of odors?. Well Being Style; 2022.
3. Anonim. Cacosmia: Characteristics, Causes and Treatments. Lifepersona; 2022.