Parkinsonisme: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Parkinsonisme? 

Parkinsonisme merupakan suatu kondisi seseorang yang mengalami penyakit parkinson seperti tremor, gerakan lambat, gangguan bicara, maupun kekakuan otot. Penyakit ini biasanya terjadi karena hilangnya sel saraf yang mengandung dopamin (neuron). [1]

Dopamin sendiri merupakan zat kimia yang berguna untuk mengirimkan sinyal antara otak dan saraf. Zat inilah yang juga berkaitan dengan gerakan tubuh. [2]

Fakta Parkinsonisme

  • Penyebabnya masih banyak yang tidak diketahui dan belum ada obatnya. [3]
  • Dokter menyebut penyakit ini sebagai Parkinsonisme plus atau Parkinsonisme atipikal. [2]
  • Penyakit parkinson dapat memengaruhi pergerakan orang, seperti kesulitan berjalan dan otot yang kaku. [2]
  • Pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala serta mengobati gangguan yang muncul. [2]
  • Gejala non gerak akan lebih sulit untuk ditangani daripada gejala motorik. [3]

Gejala Parkinsonisme

Parkinsonisme biasanya disebabkan oleh penyakit parkinson. Beberapa gejala yang umum muncul adalah: [4]

  • Tremor pada salah satu tangan dan ketika otot tersebut rileks (tremor pada saat istirahat)
  • Otot kaku
  • Gerakan lambar
  • Kesulitan menjaga keseimbangan serta berjalan

Sedangkan untuk gejala yang tidak disebabkan oleh penyakit parkinson adalah: [4]

  • Demensia atau kehilangan memori 
  • Tekanan darah rendah, kesulitan menelan, sembelit, dan masalah dalam buang air kecil 
  • Kelainan pada gerakan mata
  • Halusinasi dan masalah visual spasial
  • Kesulitan untuk mengekspresikan diri maupun memahami informasi baik lisan maupun tulisan
  • Kesulitan untuk melakukan tugas-tugas sederhana

Penyebab Parkinsonisme

Biasanya parkinsonisme disebabkan oleh penyakit parkinson. Namun terdapat beberapa penyebab lain yang terkait dengan parkinsonisme meliputi: 

  • Degenerasi Kortikobasal

Degenerasi kortikobasal merupakan kondisi tubuh yang menyebabkan demensia serta memengaruhi gerakan tubuh. Biasanya parkinsonisme yang disebabkan oleh degenerasi kortikobasal ini terjadi pada salah satu sisi tubuh. Penyebab ini juga bisa menyebabkan seseorang kesulitan untuk mengontrol gerakan ototnya. [2]

  • Demensia dengan Badan Lewy

Parkinsonisme juga dapat disebabkan oleh demensia dengan badan lewy. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa waspada pada diri serta halusinasi. Penyebab yang satu ini juga termasuk ke dalam penyebab demensia yang umum selain penyakit alzheimer. [2]

  • Atrofi Sistem Ganda

Atrofi sistem ganda akan memengaruhi sistem koordinasi disfungsi otonom, termasuk di dalamnya inkontinensia usus dan juga kandung kemih. [2]

  • Kelumpuhan Supranuklear Progresif

Kelumpuhan ini dapat menyebabkan orang mengalami demensia dan sering jatuh ke belakang. Selain itu, kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah pada mata yaitu kesulitan untuk menggerakkan ke atas maupun ke bawah. [2]

  • Paparan Racun

Parkinsonisme juga dapat disebabkan karena keracunan, seperti keracunan karbon monoksida, sianida, dan juga pelarut organik. [1]

  • Obat-obatan

Sama seperti racun, obat-obatan juga dapat menyebabkan parkinsonisme karena akan mengganggu dopamin.

Akibatnya adalah mengganggu sel-sel saraf untuk berkomunikasi satu sama lain. Contoh obat-obatan yang dapat menyebabkan parkinsonisme adalah metoclopramide, prochlorperazine, serta obat antipsikotik. [4]

  • Ensefalitis Virus

Ensefalitis virus juga dapat menyebabkan seseorang mengalami parkinsonisme, termasuk didalamnya adalah ensefalitis virus West Nile dan juga peradangan otak langka. [4]

Bagaimana Cara Mendiagnosis Parkinsonisme? 

Diagnosis parkinsonisme bukanlah suatu hal yang mudah karena tidak ada tes tunggal yang dapat membuktikan hal itu. Perlu adanya tes gabungan untuk melihat apakah benar Anda mengalami parkinsonisme atau tidak. [4]

Tahap pertama dokter akan memeriksa kondisi kesehatan Anda dengan menanyakan hal tersebut. Selain itu, dokter juga akan menanyakan apakah Anda pernah terpapar racun atau menggunakan obat-obatan yang bisa menyebabkan parkinsonisme. [4]

Tentunya hal tersebut tidaklah cukup untuk mengambil kesimpulan Anda menderita parkinsonisme. Maka dari itu, dokter mungkin meminta Anda untuk melakukan tes darah demi melihat apakah kondisi kesehatan lain memengaruhi gejala tersebut. Misalnya seperti masalah tiroid atau hati. [2]

Dokter juga akan melakukan pengecekan pencitraan pada otak dan tubuh Anda melalui CT scan maupun MRI. Lebih lanjut, dokter mungkin juga melakukan tes untuk mengetahui bagaimana pergerakan dopamin di dalam otak. Tes ini disebut sebagai DaT-SPECT. [2]

Dalam melakukan tes, dokter akan menggunakan penanda radioaktif untuk melacak dopamin di otak. Dengan begitu, dokter akan mengetahui bagaimana proses pelepasan dopamin di otak. Dokter juga dapat mengidentifikasi bagian mana yang menerima dopamin dan yang tidak. [2]

Pengobatan Parkinsonisme

Pengobatan parkinsonisme ditujukan untuk dapat membantu mengurangi gejala yang dirasakan. Jika dari hasil pemeriksaan diagnosisi di atas tidak didapatkan kesimpulan, maka kemungkinan dokter akan memberikan levodopa. [2,5]

Levodopa merupakan pilihan dalam lini pertama untuk terapi parkinson. Jika tubuh Anda merespon baik obat tersebut, maka kemungkinan hal yang Anda alami disebabkan oleh penyakit parkinson. Namun, terdapat beberapa kondisi dimana levodopa tidak efektif. [4,5]

Beberapa pengobatan non farmakologis yang bisa dilakukan untuk parkinsonisme adalah: [5] 

  • Latihan fisik untuk membangun kekuatan, kekencangan, serta kelenturan otot. 
  • Terapi fisik
  • Melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan terapi
  • Terapi berbicara
  • Terapi nutrisi
  • Psikoterapi individu dan keluarga

Pencegahan Parkinsonisme

Hingga artikel ini dibuat, cara pencegahan penyakit parkinson dan parkinsonisme masih belum diketahui. Namun beberapa penelitian menyatakan bahwa olahraga aerobik mungkin bisa mengurangi risiko penyakit ini. [6]

Lebih lanjut, beberapa penelitian juga menyatakan bahwa orang yang mengonsumsi kafein memiliki risiko yang lebih rendah daripada orang yang tidak mengonsumsinya. Sayangnya hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk benar-benar membenarkan hal tersebut. [6]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment