Herpes pada kulit atau herpes zoster adalah infeksi pada area saraf akibat reaktivasi virus varicella zoster, yang merupakan virus yang sama yang menyebabkan cacar air. Infeksi ini menyebabkan rasa sakit pada daerah yang terkena dan ruam di sepanjang kulit tempat saraf yang terinfeksi. Kondisi ini terjadi pada siapapun yang pernah mengalami cacar air di masa lalu[1].
Herpes dapat dikenali melalui beberapa gejala. Gejala tersebut di antaranya[3]
Gejala yang mungkin juga timbul yaitu sakit perut. Ruam ringan muncul setelah lima hari dan pertama kali terlihat seperti bintik-bintik merah kecil yang berubah menjadi lepuh. Kemudian mengunin dan kering serta meninggalkan bekas luka kecil yang berlubang. Ruam hilang dalam 1 – 2 minggu setelah muncul[4].
Herpes zoster sering kali menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penderitanya. Oleh karena itu, agar tidak mengalami hal tersebut pencegahan perlu dilakukan. Beberapa cara pencegahan yang bisa diterapkan, antara lain:
Daftar isi
Herpes zoster termasuk menular, meski penularannya lebih rendah daripada cacar air. Risiko penyebaran akan lebih rendah apabila ruam tertutup. Cara agar tidak tertular dan menularkan herpes zoster salah satunya dengan rajin mencuci tangan[5].
Cuci tangan setelah menyentuh ruam dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Sebaiknya cuci tangan juga sering dilakukan untuk mencegah penyebaran virus. Selain itu, hindari juga menyentuh dan menggaruk ruam agar virus tidak menyebar dan semakin parah [5].
Herpes zoster merupakan kondisi yang disebabkan oleh reaktivasi virus penyebab cacar air. Dengan kata lain, orang tersebut pernah mengalami cacar air di masa lalu. Virus tersebut dapat menyebar dari penderita herpes zoster yang aktif terhadap orang yang belum pernah menderita cacar air atau belum mendapat vaksin cacar air[6].
Orang yang terkena sebaran virus tersebut, akan mengalami cacar air bukan herpes zoster. Penyebaran virus dapat terjadi saat ruam berada dalam fase melepuh. Virus menyebar melalui kontak langsung dengan ruam atau partikel virus yang bercampur di udara. Oleh karena itu, agar tidak tertular sebaiknya membatasi atau menghindari kontak fisik dengan penderita herpes zoster [6].
Virus dapat menyebar saat ruam dalam fase melepuh. Ketika menyentuh ruam tersebut tentu virus dapat berpindah ke tangan. Apabila tangan menyentuh benda lain maka virus dapat menyebar pula ke benda-benda lain[7].
Oleh karena itu, saat akan mengoleskan obat pada bagian kulit yang terinfeksi atau ruam, sebaiknya tidak dengan menyentuh secara langsung untuk mencegah penyebaran. Gunakan kapas untuk mengoleskan obat untuk meminimalkan penyebaran virus [7].
Herpes zoster dapat menular dari satu orang ke orang lain. Cairan di dalam ruam yang melepuh mengandung virus penyebab herpes zoster. Apabila seseorang terkena cairan tersebut kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata tentu risiko tertular akan semakin besar. Cairan tersebut juga bisa menempel pada barang-barang seperti handuk, piring, sendok, dan sebagainya[8].
Penggunaan barang-barang tersebut secara bersama-sama dengan orang lain tentu berisiko menyebarkan virus penyebab herpes zoster. Oleh karena itu, sebaiknya hindari penggunaan barang-barang tersebut secara bersama-sama untuk mencegah penularan herpes zoster [8].
Vaksinasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah herpes zoster. Vaksin yang tersedia di Indonesia yaitu vaksin varisela-zoster. Vaksin ini terbuat dari virus hidup varisela-zoster yang dilemahkan. CDC merekomendasikan vaksin Shingrix diberikan pada usia 0 – 19 tahun sebagai upaya pencegahan herpes pada kulit[11].
Sementara FDA merekomendasikan vaksin Zostavax untuk mengurangi risiko herpes zoster untuk individu berusia 50 tahun ke atas. Melalui vaksinasi ini diharapkan tubuh menghasilkan antibodi untuk melawan virus penyebab herpes zoster [9]–[11].
Herpes zoster terjadi karena adanya reaktivasi virus varisela atau virus penyebab cacar. Mekanisme yang menyebabkan reaktivasi tersebut masih belum dipastikan. Namun, mungkin berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh[12].
Orang berusia 50 tahun ke atas yang pernah mengalami cacar air, saat sistem kekebalan lemah maka akan memiliki risiko lebih tinggi terkena herpes zoster. Oleh karena itu, menjaga sistem kekebalan tubuh perlu dilakukan untuk mencegah serangan herpes zoster[13].
Sistem kekebalan tubuh yang lemah akan mengaktifkan kembali virus varisela yang tidak aktif. Reaktivasi virus tersebut rentan terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas; berada di bawah banyak tekanan; menderita kanker, HIV, atau penyakit lain yang menurunkan pertahanan tubuh. Cedera fisik serius dan mengkonsumsi steroid jangka panjang juga merupakan faktor risiko herpes zoster [4].
Cara menjaga sistem imun yaitu tidak merokok, mengkonsumsi buah dan sayuran, olahraga rutin, menjaga berat badan tetap ideal, hindari konsumsi alkohol, waktu tidur cukup, menghindari stress, menjaga kebersihan, dan vaksinasi[13].
Herpes zoster terkadang dapat menimbulkan komplikasi setelah ruam hilang. Peradangan otak atau kelumpuhan wajah jika herpes mempengaruhi saraf tertentu merupakan salah satu komplikasi yang terjadi. Jika ruam ada di dalam atau sekitar mata maka bisa menimbulkan masalah mata dan kehilangan penglihatan [4].
Setelah sembuh dari cacar air, virus varicella tidak sepenuhnya hilang tetapi terus hidup di jaringan saraf manusia. Saat tidak aktif, mereka tidak menyebabkan kerusakan pada tubuh atau menyebabkan gejala apa pun. Namun, saat virus aktif dan berkembang biak lagi, virus akan menyebabkan herpes zoster [2].
[1] Anonim. Docdoc.com. DocDoc - What is Herpes Zoster: Symptoms, Causes, Diagnosis, and Treatment. 2020.
[2] Anonim. Cdc.gov. Clinical Overview of Herpes Zoster (Shingles) | CDC. 2020.
[3] Anonim. Childrenshospital.org. Herpes Zoster (Shingles) | Boston Children’s Hospital. Diakses pada 8 Maret 2022.
[4] N. Pathak. Webmd.com. Shingles (Herpes Zoster): Symptoms, Causes, Contagiousness, Vaccine, Diagnosis, and Treatment. 2021.
[5] Anonim. Health.gov.au. Shingles (herpes zoster) | Australian Government Department of Health. 2022.
[6] Anonim. Health.gov.au. Shingles (herpes zoster). 2016.
[7] Anonim. Cdc.gov. How Shingles Spreads | CDC. 2019.
[8] Anonim. Provincial Health Services Authority. Shingles (Herpes Zoster). 2017.
[9] Anonim. My.clevelandclinic.org. Shingles (Herpes Zoster): Symptoms, Treatment & Prevention. 2020.
[10] S. Basaraba. Verywellhealth.com. Preventing Shingles: Avoidance and Vaccination. 2022.
[11] Anonim. Pionas.pom.go.id. VAKSIN VARISELA-ZOSTER | PIO Nas. Diakses pada 9 Maret 2022.
[12] Anonim. Health.harvard.edu. How to boost your immune system - Harvard Health. 2021.
[13] D. Mann. Webmd.com. Risk of Shingles Recurrence Is Low. 2012.