Kehamilan & Parenting

12 Cara Mengatasi Remaja Yang Tidak Percaya Diri

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Usia remaja tak hanya tentang masa tumbuh kembang fisik, tapi juga emosi, psikologis, dan sosial [1].

Peran orang tua sangat penting bagi seorang remaja di masa-masa pertumbuhannya, termasuk di masa tersulitnya [1].

Walaupun remaja kerap dianggap sebagai masa berapi-api karena ada banyak hal yang ingin remaja coba lakukan dan capai, hal ini tidak dapat terwujud apabila remaja memiliki rasa percaya diri yang rendah [1,5].

Apa itu rasa percaya diri?

Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki oleh diri sendiri bahwa ia memiliki kemampuan dan bakat di dalam dirinya [1,2].

Oleh karena itu, seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut [1,3,4].

  • Mudah berdamai dengan kelemahan yang ia miliki dan berfokus pada apa yang menjadi kekuatan dalam dirinya.
  • Tidak mudah merasa iri dengki apabila melihat keberhasilan orang lain karena kepercayaan terhadap dirinya sendiri bahwa ia juga mampu mencapai keberhasilan sangat besar, bahkan tanpa harus merendahkan atau berbuat curang terhadap orang lain.
  • Menghindari gosip karena seorang percaya diri tidak suka dan tidak memiliki waktu untuk banyak omong kosong karena hanya orang-orang yang tidak percaya diri akan bergosip demi menutupi kekurangannya.
  • Menerima tantangan dan tidak takut mencoba hal-hal baru karena adanya peluang-peluang baru akan berpotensi pula membawa ke tempat atau posisi baru.
  • Menghargai diri sendiri dan yakin bahwa posisi dirinya sama dengan orang lain (tidak lebih rendah); karena hal ini, orang-orang percaya diri selalu siap bersaing dengan orang lain.
  • Berani menerima kegagalan karena orang-orang percaya diri sekalipun merasakan keraguan, ketakutan, atau kecemasan mereka akan mampu mengendalikannya sehingga tetap melangkah maju.
  • Mendengarkan nasehat, saran dan kritik dari orang lain.
  • Tidak mudah menciut saat orang lain mencaci atau mengolok karena tetap memiliki semangat dalam menghadapi setiap masalah.
  • Tidak mudah besar kepala dan menjadi sombong setiap orang lain memberi pujian. Alih-alih lengah, orang-orang percaya diri justru lebih semangat dalam mengejar kesuksesan mereka.

Remaja membutuhkan peran orang tua dan lingkungan yang sangat besar untuk berani mengejar mimpi mereka, membangun relasi dengan orang lain, memperluas pergaulan, mengambil keputusan matang, dan menghindari situasi maupun orang-orang yang bisa berbahaya bagi jalan mereka [1,5].

Namun tak semua remaja tumbuh dengan rasa percaya diri yang cukup besar, maka berikut ini adalah beberapa cara mengatasi remaja yang tidak percaya diri [1,5].

1. Memberikan Pujian yang Tulus

Ketika anak remaja melakukan sesuatu yang baik, orang tua sebaiknya memberi pujian, baik terhadap prosesnya maupun hasilnya [1,6].

Pujian dari orang terdekat, terutama orang tua atau pengasuh akan berdampak baik bagi diri seorang remaja [1].

Pujian bermanfaat mendorong dan meningkatkan kepercayaan dirinya lebih besar dan tinggi lagi [1,6].

Orang tua tidak perlu takut memberi pujian kepada sang anak karena dengan pujian anak akan merasa terdukung untuk melakukan hal yang lebih baik dari sebelumnya [1,6].

Orang tua, kerabat dan pengasuh yang mengekspresikan diri secara positif akan memberikan dampak positif juga terhadap perkembangan mental remaja [1,6].

Biarkan remaja tahu betapa orang tua dan anggota keluarganya yang lain bangga terhadapnya karena sang remaja memiliki kebaikan, kepintaran, kreativitas, dan/atau upaya yang terbaik [1,6].

2. Menghormati Perasaan dan Keputusan Remaja

Tak sedikit orang tua yang terlampau meremehkan apa yang dirasakan, dilakukan dan bahkan dicapai oleh anaknya dengan alasan ‘masih kecil’.

Usia remaja bukan lagi usia anak-anak karena remaja adalah masa-masa peralihan menuju dewasa.

Oleh karena itu, para remaja pun perlu dihargai dan dihormati tentang segala masalah, perasaan, pencapaian dan keputusannya [1].

Orang tua perlu menghindari hinaan ataupun pembicaraan dengan nada menghina kepada remaja apapun masalah yang remaja miliki [1].

Ketika anak mengungkapkan rasa takut dan menceritakan masalahnya, orang tua perlu menganggap itu penting dan tidak meremehkannya [1].

Menjadi teman berbagi anak sewaktu remaja tidak hanya bermanfaat dalam mengeratkan hubungan antara orang tua dengan anak, tapi juga membuat anak merasa lebih percaya kepada orang tua dan tidak takut untuk mengandalkan orang tuanya sendiri.

3. Mendukung Pengembangan Diri Remaja

Tidak semua remaja kuat dan berani dalam menghadapi setiap masalah dan kegagalan.

Beberapa remaja yang mengalami masalah di pelajaran tertentu bisa berpikir bahwa diri mereka bodoh [5].

Orang tua bisa membimbing dan mengajarkan anak mengenai pentingnya penerimaan diri dan kekurangan yang dimiliki [5].

Orang tua dapat menunjukkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar dan berkembang lebih baik di saat yang sama dengan penerimaan diri dan kekurangan yang ada [7].

Orang tua perlu menghindari kata “bodoh” ketika memanggil anak; daripada memarahinya dengan mengucap kata-kata kasar, orang tua dapat membantu mengidentifikasi kelemahan maupun kelebihan yang sang anak punya [5,7].

Remaja dapat mengembangkan diri ketika mereka belajar dengan baik dalam menciptakan tujuan dan menyelesaikan masalah [5,7].

4. Menghindari Pemberian Kritikan

Sekalipun kritikan selalu dianggap membangun, orang tua sebaiknya menghindari memberi kritikan terhadap anak remaja [1].

Memberi kritikan sama dengan meruntuhkan rasa percaya diri yang baru dibangun oleh anak [1].

Ada kalanya memang orang tua tidak selalu setuju dan menyukai apa yang anak lakukan atau hasilkan, namun daripada mengritiknya, berbicaralah pelan-pelan dengan anak [1].

Usia remaja adalah usia di mana mereka akan menerima kritikan sebagai hal yang memalukan dan anggapan bahwa apa yang mereka kerjakan itu konyol [1].

Sensitivitas remaja sungguh tinggi sehingga mengritik, apalagi terlalu sering tidak membantu sama sekali terhadap peningkatan kepercayaan diri anak [1].

Jika pun ingin memberi kritikan, orang tua dapat melakukannya melalui penyampaian yang santai, lembut dan benar agar tidak menyakiti anak [1].

5. Memberi Tahu Anak Bahwa Penampilan Fisik Bukan Segalanya

Tidak sedikit remaja mengalami penurunan rasa percaya diri karena masalah penampilan fisik, salah satunya adalah berat badan [1,5,8].

Remaja rentan terhadap stres dan terbeban untuk terlihat baik di hadapan orang lain, oleh karena itu penampilan fisik menjadi penting bagi kebanyakan remaja [1].

Keinginan untuk berpenampilan bak selebriti dan model tentu terkadang tak terelakkan yang justru menurunkan kepercayaan diri apabila mereka tidak bisa mencapainya [1].

Orang tua dapat pelan-pelan menjelaskan kepada anak bahwa penampilan fisik bukan segalanya [1].

Tanamkan pada anak untuk tetap berpenampilan rapi, merawat diri dengan baik, menjaga kebersihan diri, serta memiliki sopan santun di mana saja anak berada [1,8].

6. Mendukung Hubungan Persahabatan Remaja yang Optimis

Sudah bukan zamannya orang tua memarahi anak ketika orang tua tidak setuju anak bergaul dengan beberapa tipe temannya.

Orang tua tidak dapat mengontrol anak remaja dalam memilih teman seperti yang orang tua inginkan [1].

Namun sedari awal, ajarkan anak untuk membangun relasi persahabatan dengan orang yang memiliki nilai-nilai sama [1].

Saling menghargai dan memahami adalah kunci untuk persahabatan yang positif dan berjalan dengan baik [1].

Ketika menemukan sahabat berkualitas, anak akan otomatis memiliki rasa percaya diri lebih tinggi [1].

7. Mendukung Remaja dengan Kegiatan di Luar Sekolah

Orang tua wajib mengenali apa saja hobi sang anak, lalu dukung mereka untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sesuai dengan kesukaan mereka [1].

Dengan demikian, anak dapat mengembangkan potensinya, terutama dalam bidang yang mereka sukai [1].

Di sekolah, ada kegiatan ekstrakurikuler yang bisa menjadi wadah bagi anak belajar banyak hal, termasuk kerjasama tim yang positif [1].

8. Menjadi Teladan Bagi Anak

Anak pada masa tumbuh kembangnya sekalipun sudah remaja akan tetap menyontoh perkataan, pola pikir, hingga perilaku orang terdekatnya, dalam hal ini adalah orang tua [5,9].

Orang tua yang memiliki rasa percaya diri tinggi akan memberi dampak terbaik untuk pengembangan kepercayaan diri anak [5,9].

Anak melihat aksi dan tindakan orang tuanya, bukan sekadar mendengar apa yang dikatakan saja [5,9].

Orang tua dapat menjadi role model bagi anaknya sendiri dengan memberikan contoh bagaimana mengambil keputusan, menghadapi situasi baru, dan menghadapi tantangan secara percaya diri dan berani [5,9].

9. Menghindari Pengekangan Terhadap Remaja

Anak remaja rentan memberontak dan membangkang, walaupun tidak semuanya akan demikian [5].

Semakin orang tua memberi larangan ketat, terutama tanpa alasan yang jelas, anak justru bisa saja berani melanggar.

Oleh karena itu, orang tua dapat menyeimbangkan antara pemberian kebebasan terhadap anak dengan arahan yang bertanggung jawab [5].

Remaja dengan begitu tidak takut mengambil kesempatan baru untuk melakukan hal baru dan biarkan anak mengalami konsekuensi yang ada secara alami [5].

Belajar dari kesalahan akan membuat anak belajar bertanggung jawab, mandiri, dan juga lebih percaya diri [5].

10. Mengajarkan Anak untuk Lebih Kuat

Remaja bisa dengan mudah merasa sensitif dan tak percaya diri ketika orang lain menggoda mereka [1].

Oleh sebab itu, orang tua perlu ajarkan kepada anak remaja untuk tersenyum dan bersabar dengan godaan orang lain [1].

Belajar menanggapi dengan santai adalah salah satu cara menoleransi emosi negatif yang dipicu oleh orang lain [1].

11. Mengajarkan Anak untuk Fokus pada Kelebihan Diri

Orang tua yang terus-menerus atau sering membandingkan anak remajanya dengan anak lain atau orang lain tentu akan membuat rasa percaya dirinya lama-kelamaan hilang [1].

Jika anak remaja mulai mempertanyakan kemampuan dirinya, maka sebenarnya orang tua hanya perlu tidak membandingkannya dengan orang lain [1].

Hindari membandingkan anak sendiri dengan temannya, anak tetangga, sepupu, bahkan termasuk saudara kandungnya sendiri [1].

Orang tua justru perlu memberi tahu anak bahwa setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing dan membandingkan diri hanya akan menciptakan persaingan [1].

Remaja perlu memahami bahwa persaingan yang paling dapat dilakukan adalah dengan diri mereka sendiri agar seiring waktu semakin baik dari diri yang sebelumnya [1].

12. Mencari Pertolongan Profesional Ketika Anak Sangat Tidak Percaya Diri

Bila anak remaja mengalami kekurangan rasa percaya diri yang parah hingga menghambat aktivitas sehari-harinya dan menurunan kualitas hidupnya, orang tua perlu segera bertindak [1,5].

Hal pertama yang bisa diupayakan adalah melakukan diskusi dengan anggota keluarga yang lain [1].

Pastikan orang tua bertanya kepada kerabat yang dekat dengan anak sekaligus dipercaya dan disukai oleh anak agar lebih nyaman [1].

Jika konseling keluarga ini tidak efektif, maka segera cari tenaga profesional yang bisa membantu membangkitkan kembali rasa percaya diri anak dengan mengidentifikasi akar masalahnya [1,5].

Cara mengatasi remaja yang tidak percaya diri dapat diawali dengan upaya orang tua mendekatkan diri dengan anak dan menjadi teladan yang baik agar anak bisa menyontohnya.

1. Mitha Shameer. 10 Tips To Increase Self Confidence In Teenagers. Mom Junction; 2022.
2. University of South Florida. What is Self-Confidence?. University of South Florida; 2022.
3. Raising Children Network (Australia). Confidence in pre-teens and teenagers. Raising Children Network (Australia); 2021.
4. Ahmad. 7 Ciri-ciri Orang Yang Percaya Diri. Gramedia; 2022.
5. Amy Morin, LCSW & Carly Snyder, MD. 8 Essential Strategies for Raising a Confident Teen. Verywell Family; 2021.
6. Mizuho Hosogi, Ayumi Okada, Chikako Fujii, Keizou Noguchi & Kumi Watanabe. Importance and usefulness of evaluating self-esteem in children. BioPsychoSocial Medicine; 2012.
7. Shufen Xing, Xin Gao, Ying Jiang, Marc Archer & Xia Liu2. Effects of Ability and Effort Praise on Children’s Failure Attribution, Self-Handicapping, and Performance. Frontiers in Psychology; 2018.
8. Loredana Tirlea, Helen Truby & Terry P Haines. Investigation of the effectiveness of the “Girls on the Go!” program for building self-esteem in young women: trial protocol. SpringerPlus; 2013.
9. Noelle M. Hurd, Marc A. Zimmerman & Yange Xue. Negative Adult Influences and the Protective Effects of Role Models: A Study with Urban Adolescents. Journal of Youth and Adolescence; 2008.

Share