Penyakit & Kelainan

7 Cara Menghilangkan Depresi pada Remaja

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Depresi tidak memandang usia, sebab sekalipun kerap diderita oleh orang dewasa, tidak menutup kemungkinan para remaja dapat mengalaminya juga.

Tak sedikit remaja merasa depresi dengan diawali stres, sering cemas berlebihan, hingga adanya pikiran untuk mengakhiri hidup.

Bagaimanapun, orang tua perlu terlibat dalam mengatasi kondisi depresi anak-anak remajanya agar depresi tidak memengaruhi kualitas hidup sehari-hari sang anak.

Menurut data CDC (Centers for Disease Control and Prevention), sekitar 3,2% anak usia 3-17 tahun di Amerika Serikat didiagnosa dengan depresi [1].

Diketahui pula bahwa 1 dari 2 anak usia 3-17 tahun dengan gangguan perilaku sebanyak 47,2% turut mengalami depresi [1].

Sementara itu, 3 dari 4 anak usia 3-17 tahun dengan gangguan kecemasan 73,8% juga disertai dengan depresi [1].

Meski demikian, tingkat kasus depresi pada remaja sendiri lebih rendah daripada kasus gangguan mental lainnya [1].

Depresi berada pada peringkat ke-3 di Amerika Serikat menyusul gangguan kecemasan dan gangguan perilaku [1].

Walau tidak mudah, berikut adalah beberapa cara menghilangkan depresi pada remaja yang sebaiknya para orang tua ketahui.

1. Remaja Tidak Mengurung Diri

Memiliki masalah dan merasa stres seringkali justru membuat remaja hanya ingin sendiri, meratap dan mengurung diri di kamar dan menarik diri dari siapapun [2,10].

Namun, keputusan seperti ini justru dapat membuat kondisi stres dan depresi jauh lebih buruk [2].

Mendorong diri dan memaksakan diri untuk tetap bersosialisasi dengan siapa saja akan membantu meredakan depresi [2].

Alangkah baiknya jika remaja pun tidak terlalu banyak “mengonsumsi” informasi dari media sosial [4].

Memilih aktif di komunitas-komunitas yang ada akan lebih menyenangkan sesuai dengan bidang yang diminati [3].

2. Pembicaraan dengan Orang Dewasa

Para remaja dengan tingkat stres tinggi sangat dianjurkan untuk tidak memendam segala masalah sendiri [5,10].

Menemui orang tua atau orang dewasa yang dipercaya dan memilih membicarakannya akan setidaknya mengurangi rasa stres [5].

Proses mengutarakan perasaan dan pikiran serta menjelaskannya kepada orang yang lebih dewasa tidak mudah, namun perlu diingat bahwa ada orang lain yang mengalami hal serupa [5].

Bahkan membicarakan rasa tertekan dan segala masalah yang dimiliki bukan tanda bahwa sang remaja lemah.

Para orang tua sendiri sebaiknya lebih memerhatikan perubahan perilaku pada anak remajanya.

Anak yang lebih sering sedih dan menangis serta gampang marah ditambah sulit konsentrasi, minat pada kegiatan yang disukai menurun, hingga perubahan pada nafsu makan perlu menjadi kecurigaan [6].

Orang tua juga perlu mengamati perubahan pola tidur, perubahan prestasi di sekolah, keluhan-keluhan yang dikatakan sang anak, hingga misalnya ada keinginan bunuh diri [6].

Jika anak tak kunjung datang dan menceritakan masalahnya, tidak ada salahnya orang tua yang memulai lebih dulu bertanya dengan memosisikan diri sebagai teman tanpa menghakimi perasaan sang anak [7,10].

2. Orang Tua Tidak Menegur Emosi Anak

Ketika remaja memiliki perilaku yang salah, jelas mendisiplinkan mereka adalah langkah tepat [8].

Namun saat anak tengah memiliki suasana hati tak menyenangkan dan mudah marah, ada baiknya untuk tidak menegur apalagi memarahi [8].

Menunjukkan bahwa orang tua berpengertian akan jauh lebih baik, terutama meningkatkan kepercayaan anak terhadap orang tua sehingga mereka berpeluang untuk lebih terbuka nantinya [8].

Orang tua dapat memberikan reaksi positif dengan menunjukkan bahwa mereka baik-baik saja terhadap emosi yang anak tunjukkan [8].

Alih-alih menegur dan mengomeli, mengajarkan mereka untuk mengendalikan dan mengatasi ketidaknyamanan pada perasaan mereka (rasa sedih, malu, frustrasi, hingga marah) dengan baik dan sehat [8].

4. Penerapan Pola Hidup Sehat

Banyak remaja tidak terlalu mengetahui dan menyadari bahwa perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat dan positif akan memengaruhi suasana hati [9].

Olahraga rutin, makan makanan bernutrisi tinggi, hingga memperoleh tidur cukup dan berkualitas akan menurunkan risiko depresi [9].

Depresi akan semakin buruk justru ketika remaja memilih menjerumuskan diri ke kebiasaan-kebiasaan tidak baik, seperti penggunaan narkoba, konsumsi alkohol, dan merokok [9].

Jika para orang tua memiliki anak dengan perubahan perilaku negatif tanpa adanya upaya mandiri dari sang anak untuk memperbaiki kondisinya sendiri, orang tua bisa terjun langsung [9].

Perubahan gaya hidup memang tidak mudah, apalagi jika mengarah pada diet sehat dan olahraga [9].

Oleh sebab itu, para orang tua dapat mencoba mengajak sang anak berolahraga bersama atau setidaknya melakukan kegiatan aktif apapun daripada membiarkan anak bermain dengan gadget-nya.

5. Orang Tua Mendorong Pergaulan Anak

Orang tua yang memerhatikan perilaku anak remajanya akan langsung mengetahui perubahan seperti apa yang sedang terjadi.

Jika anak menarik diri dari pergaulan, ini saatnya bagi orang tua untuk mendorong mereka kembali bersosialiasi [10].

Memberikan penjelasan dengan baik efek dari mengurung diri terlalu lama akan memperburuk depresi tanpa memaksa tentunya akan lebih dapat diterima oleh sang anak [10].

Daripada dengan nada tinggi dan marah-marah, orang tua dapat memberikan dorongan positif kepada anak secara persuasif serta lembut.

6. Penjelasan Orang Tua Tentang Depresi

Orang tua pun perlu mencari tahu secara jelas mengenai perbedaan antara depresi dengan penyakit mental lainnya [11].

Beri penjelasan dengan lembut kepada anak mengenai depresi, gejalanya dan sepenting apa penanganan yang perlu diperoleh penderita [11].

Membicarakan topik depresi dengan anak dengan bahasa yang sederhana namun mudah ditangkap serta memberi kesempatan mereka untuk bertanya akan memudahkan dalam menangani gejala-gejalanya [11].

7. Bantuan Profesional

Ketika orang tua sudah mengupayakan berbagai cara dan remaja penderita depresi sendiri pun telah berusaha mengatasi namun tidak ada hasil, segera cari bantuan profesional [12].

Ahli kesehatan mental akan membantu anak menjalani psikoterapi, memberikan resep obat yang tepat, dan merekomendasikan terapi-terapi lainnya apabila dibutuhkan [12].

Orang tua sebaiknya tidak memberikan obat antidepresan kepada anak tanpa berkonsultai dengan dokter apalagi tanpa resep [12].

Para remaja penderita depresi pun hindari membeli obat antidepresan sebelum mengonsultasikan kondisi dengan dokter ahli kesehatan mental profesional.

Apapun cara menghilangkan depresi pada remaja yang orang tua dan remaja pilih serta tempuh, perlu untuk diingat bahwa penderita depresi akan merasa lebih baik ketika memiliki orang terdekat yang mendukungnya.

1. Centers for Disease Control and Prevention. Data and Statistics on Children's Mental Health. Centers for Disease Control and Prevention; 2021.
2. Kenneth H. Rubin, Robert J. Coplan, & Julie C. Bowker. Social Withdrawal in Childhood. HHS Public Access; 2013.
3. Sarah D. Pressman, PhD, Karen A. Matthews, PhD, Sheldon Cohen, PhD, Lynn M. Martire, PhD, Michael Scheier, PhD, Andrew Baum, PhD, & Richard Schulz, PhD. Association of Enjoyable Leisure Activities With Psychological and Physical Well-Being. HHS Public Access; 2010.
4. Fazida Karim, Azeezat A Oyewande, Lamis F Abdalla, Reem Chaudhry Ehsanullah, & Safeera Khan. Social Media Use and Its Connection to Mental Health: A Systematic Review. Cureus; 2020.
5. Anonim. Depression in children and teenagers. National Center for Biotechnology Information; 2020.
6. American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. Depression in Children and Teens. American Academy of Child and Adolescent Psychiatry; 2021.
7. Anne-Laura van Harmelen, Jenny L. Gibson, Michelle C. St Clair, Matt Owens, Jeannette Brodbeck, Valerie Dunn, Gemma Lewis, Tim Croudace, Peter B. Jones, Rogier A. Kievit, & Ian M. Goodyer. Friendships and Family Support Reduce Subsequent Depressive Symptoms in At-Risk Adolescents. PLoS One; 2016.
8. Michael O Ogundele. Behavioural and emotional disorders in childhood: A brief overview for paediatricians. World Journal of Clinical Pediatrics; 2018.
9. L. Maenhout, C. Peuters, G. Cardon, S. Compernolle, G. Crombez, & A. DeSmet. The association of healthy lifestyle behaviors with mental health indicators among adolescents of different family affluence in Belgium. BMC Public Health; 2020.
10. Timothy Matthews, Andrea Danese, Jasmin Wertz, Candice L. Odgers, Antony Ambler, Terrie E. Moffitt & Louise Arseneault. Social isolation, loneliness and depression in young adulthood: a behavioural genetic analysis. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology; 2016.
11. Lauren Rearick. Here's How To Effectively Talk To Your Kids About Depression. HuffPost Wellness; 2017.
12. Sandra Mullen, PharmD, BCPP. Major depressive disorder in children and adolescents. Mental Health Clinician; 2018.

Share