Daftar isi
Apa Itu Depresi Pada Remaja ?
Fase remaja mungkin bisa dikatakan sebagai fase menuju kedewasaan, di mana pada masa ini, seseorang akan mulai mengalami banyak kondisi menyulitkan dalam hidupnya [1].
Kesulitan hidup inilah yang kemudian dapat menyebabkan gejala-gejala seperti sering merasa sedih, susah konsentrasi, kehilangan minat pada hobi atau merasa berputus asa [1].
Jika hal-hal tersebut terjadi dalam waktu yang lama, maka mungkin remaja tersebut sedang mengalami depresi [1].
Depresi yang terjadi pada remaja ini ternyata menjadi salah satu faktor risiko utama penyebab bunuh diri. Selain itu, depresi remaja ini dinilai sebagai sub bentuk awal dari gangguan depresi pada usia dewasa nanti [2].
Gejala Depresi Pada Remaja
Gejala-gejala depresi remaja ini akan sangat terlihat, khususnya pada perubahan nyata dalam pemikiran dan perilaku remaja [3].
Gejala paling umum dari depresi pada remaja dapat berupa hilangnya motivasi atau bahkan cenderung menarik diri dari lingkungan. Remaja jadi lebih sering di kamar selama berjam-jam sehingga waktu tidur jadi berlebihan [3].
Selain itu, gejala-gejala berikut ini mungkin juga akan dialami oleh remaja yang mengalami depresi, namun tidak harus semua [3]:
- Apati
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Nyeri pinggang
- Cenderung merasa lelah
- Kesulitan berkonsentrasi
- Sulit membuat keputusan
- Merasa bersalah berlebihan
- Merasa rendah diri
- Melakukan hal yang tidak bertanggung jawab seperti bolos sekolah, terlambat atau melanggar aturan lain
- Tidak seleran makan hingga terjadi penurunan berat badan secara cepat
- Cenderung makan berlebihan hingga berat badan naik dengan cepat
- Kemampuan mengingat berkurang
- Preokupasi dengan kematian
- Menunjukkan perilaku pemberontak
- Cenderung merasa sedih
- Cemas berlebihan
- Merasa putus asa
- Malam hari begadang, siang hari tidur
- Mengonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang
- Melakukan seks bebas
Penyebab Depresi Pada Remaja
Depresi pada remaja ini umumnya tidak hanya disebabkan oleh satu penyebab saja, melainkan akumulasi dari beberapa penyebab [4].
Adapun berikut ini merupakan beberapa hal yang mungkin berperan dalam menyebabkan depresi pada remaja [4]:
- Kelainan Di Otak
Para remaja yang mengalami depresi, menurut hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan atau kelainan pada bagian tertentu otaknya. Adapun menurut para ahli, perbedaan tersebut terletak pada hormon dan tingkat neurotrasnmiternya.
Neurotransmiter sendiri merupakan bahan kimia utama di otak yang berperan dalam mengatur suasana hati dan perilaku seseorang.
Adapun Neurotransmiter yang berkaitan dengan depresi antara lain serotonin, dopamine dan norepinefrin. Jika neurotransmiter tersebut rendah maka depresi dapat terjadi.
- Peristiwa Kehidupan Awal Yang Traumatis
Remaja mungkin dapat mengalami depresi akibat adanya peristiwa traumatis yang dialaminya pada masa kehidupan awal atau masa anak-anak. Adapun peristiwa traumatis yang dimaksud dapat berupa [4]:
- Kehilangan orang tua
- Pelecehan fisik
- Pelecehan emosional
- Pelecehan seksual
- Kekerasan dalam rumah tangga
Peristiwa traumatis tersebut diketahui dapat menetap dalam otak (ingatan) anak-anak hingga usia selanjutnya, khususnya ketika remaja. Mengingat, anak-anak belum memiliki mekanisme koping yang baik.
- Genetik
Depresi ternyata dapat diturunkan dari orang tua kepada anak melalui komponen biologis tertentu. Selain itu, depresi pada remaja juga dapat terjadi jika dalam lingkungan hidup remaja tersebut terdapat beberapa orang yang depresi.
- Pola Berpikir Negatif Yang Dipelajari
Remaja mungkin dapat mengalami depresi jika terbiasa mendapatkan pemikiran pesimis dari orang-orang sekitarnya, termasuk orang tua.
Kurangnya contoh positif yang diketahui dapat membuat remaja menjadi kesulitan dalam mengatasi tantangan dalam hidupnya.
Faktor Risiko Depresi Pada Remaja
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko remaja mengembangkan depresi [4]:
- Kematian orang terdekat yang menjadi trauma
- Perceraian orang tua
- Memiliki orientasi seksual berbeda (lesbian, gay, biseksual, transgender, queer, interseks, aseksual, dan orientasi seksual lainnya)
- Kesulitan menyesuaikan diri di lingkungan sosial
- Tidak memiliki dukungan sosial
- Lingkungan rumah penuh praktik kekerasan
- Intimidasi yang dialami dari lingkungan sekitar
- Memiliki penyakit kronis tertentu
Komplikasi Depresi Pada Remaja
Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan oleh depresi pada remaja [5]:
- Mengalami masalah hukum akibat perkelahian, narkoba, minum minuman keras dan lainnya
- Kehilangan prestasi akademik dan masa depan mungkin terancam
- Terisolasi secara sosial dari lingkungan sekitar
- Mengalami gangguan kesehatan
- Bunuh diri
Untuk bunuh diri sendiri, umumnya dapat terjadi jika remaja yang depresi tidak mendapatkan bantuan secara tepat. Oleh karena itu, keinginan bunuh diri memburuk hingga menjadi perbuatan nyata bunuh diri [5].
Kapan Harus Kedokter ?
Depresi pada remaja bukanlah sekadar moody, atau perubahan suasana hati yang sering terjadi. Namun, lebih dari itu, depresi pada remaja merupakan suatu kondisi media yang harus mendapatkan penanganan yang tepat [5].
Dalam hal ini, orang tua harus lebih paham dengan perubahan tingkah laku anak remajanya, sehingga tindakan yang tepat dapat segera diberikan [5].
Jika remaja menunjukkan hal berikut ini maka sangat disarankan untuk segera membawanya kedokter atau ahli kesehatan mental [5]:
- Gejala depresi memburuk
- Efek samping obat yang tak tertahankan untuk remaja
- Remaja tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah beberapa bulan pengobatan
- Remaja memiliki keinginan bunuh diri
Diagnosis Depresi Pada Remaja
Diagnosis depresi pada remaja mungkin akan dilakukan dengan beberapa tahapan termasuk [5]:
- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik mungkin akan dilakukan secara mendalam pada remaja yang dicurigai mengalami depresi, termasuk kondisi medis yang mungkin terjadi. Hal ini tidak lain untuk mengetahui kemungkinan penyebab depresi.
- Tes Laboratorium
Tes laboratorium berupa tes darah lengkap maupun tes tiroid mungkin akan sangat membantu untuk mengetahui fungsinya apakah berjalan dengan baik atau tidak.
- Evaluasi Psikologis
Tahap yang tidak kalah penting untuk dilakukan dalam diagnosis depresi pada remaja yaitu evaluasi psikologis. Tes ini dapat berupa kuesioner yang digunakan untuk membantu mendiagnosis dan memeriksa komplikasi depresi.
Cara Mengatasi Depresi Pada Otak
Depresi pada remaja hampir sama dengan depresi pada umumnya, di mana tidak ada pengobatan tunggal yang dapat menyembuhkannya [4].
Beberapa jenis pengobatan mungkin akan dikombinasikan untuk mendapatkan hasil terbaik. Adapun berikut ini merupakan beberapa jenis pengobatan mungkin digunakan untuk mengobati depresi pada remaha [4]:
- Konsumsi Antidepresan
Antidepresan merupakan salah satu jenis obat yang digunakan untuk mengobati depresi pada umumnya. Penggunaan antidepresan ini berbeda-beda pada masing-masing orang.
Untuk itu, sebelum menemukan obat antidepresan yang tepat, seseorang mungkin akan mencoba beberapa obat antidepresan.
Dalam tahap percobaan tersebut, dokter atau ahli kesehatan mental akan membantu untuk menemukan obat yang paling cocok untuk setiap pasiennya.
- Psikoterapi
Psikoterapi merupakan salah satu jenis metode pengobatan yang dapat juga digunakan dalam membantu proses pengobatan depresi pada remaja. Adapun psikoterapi ini ada bermacam-macam, termasuk [4]:
- Terapi perilaku kognitif (CBT), yang bertujuan mengubah pola pikir negatif dan mengajari individu untuk mengenali serta mengatasi pikiran negatif yang muncul
- Terapi Interpersonal (IPT) yang bertujuan untuk mengajari pasien mengevaluasi interaksinya dengan orang lain sehingga hubungan dengan orang lain meningkat
- Terapi psikodinamik yang bertujuan untuk mengelola proses bawah sadar individu dan pemahaman perasaan yang berasal dari pengalaman masa lalu
- Pilihan Pengobatan Lainnya
Pengobatan lain mungkin juga akan dibutuhkan dalam membantu mengobati depresi [4]:
- Perubahan gaya hidup, olahraga atau makan sehat, membanngun komunitas yang mendukung dan tidak menstigmatisasi depresi yang dialami
- Konseling keluarga untuk mendukung remaja dengan lebih baik dan mengidentifikasi setiap dinamika keluarga penyebab depresi
- Stimulasi otak dengan melakukan terapi kejang listrik untuk merangsang atau mengatur ulang otak
- Psikoedukasi, untuk memberikan pendidikan tentang kesehatan mental dan penyakit mental bersama seluruh anggota keluarga termasuk orang tua, saudara hingga pengasuh jika ada
- Pengobatan komplementer seperti yoga, tai chi, akupunktur, chiropractic, atau pijat untuk membantu terapi depresi tradisional
Cara Mencegah Depresi Pada Otak
Depresi merupakan salah satu penyakit yang hingga kini tidak diketahui cara pencegahannya secara pasti. Baik depresi pada orang dewasa maupun depresi pada remaja [6].
Namun, beberapa langkah berikut ini mungkin akan dapat membantu mencegah depresi pada remaja [6]:
- Ajari remaja mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan stres
- Beri pengetahuan dan contoh yang baik agar remaja memiliki ketahanan yang tinggi
- Beri penghargaan pada anak remaja agar kepercayaan dirinya meningkat
- Selalu memberikan tempat yang nyaman untuk remaja bercerita tentang masalahnya
- Ciptakan lingkungan rumah yang bersahabat dan penuh dukungan sosial
- Selalu mengamati perubahan perilaku remaja sehingga depresi memburuk dapat dicegah
- Jika gejala awal muncul, atau ada kekhawatiran, maka membawa remaja kedokter adalah pilihan tepat
- Perawatan berkelanjutan akan dapat membantu mencegah kambuhnya gejala depresi