Tidak hanya selama hamil, pasca bersalin dan harus menyusui, perubahan fisik terjadi pada para ibu [1,2,3].
Payudara akan mengalami perubahan karena areola akan menjadi lebih besar dan warnanya lebih gelap [1,2,3].
Areola sendiri adalah istilah untuk bagian yang berwarna lebih gelap pada sekeliling puting payudara [10].
Perubahan pada payudara ini berkaitan erat dengan peningkatan hormon dalam tubuh yang memicu jaringan payudara membesar karena diperlukan dalam produksi ASI [1,2,3].
Ditambah dengan aktivitas memompa ASI, seringkali payudara menjadi lebih tak nyaman [1,2,3].
Oleh sebab itu, para wanita sebaiknya mengetahui bagaimana cara merawat payudara saat menyusui agar terasa lebih nyaman dan terhindar dari stres [1,2,3].
Daftar isi
Selama menyusui, salah satu cara merawat payudara adalah dengan membersihkan tangan setiap sebelum menyusui [1].
Mencuci tangan lebih dulu sampai bersih sebelum menyentuh payudara sangat dianjurkan, tak hanya menjaga agar payudara dan puting payudara tetap bersih, hal ini juga akan lebih baik untuk si kecil [1].
Membersihkan payudara serta puting payudara menggunakan air hangat juga sangat dianjurkan dalam perawatan ini [1,3].
Namun selama menyusui, pastikan membersihkan payudara tanpa menggunakan sabun karena sabun berisiko membuat kulit payudara kering, iritasi dan mudah pecah-pecah [1].
Selain itu, sabun yang dikombinasi dengan air hangat bisa jadi justru mengurangi kadar minyak alami yang dihasilkan oleh kelenjar montgomery [1].
Kelenjar ini adalah sejumlah kelenjar kecil yang ada pada area areola dan puting payudara [4].
Berkat kelenjar tersebut, produksi minyak alami tetap lancar sehingga puting payudara serta areola senantiasa dalam kondisi lembap serta lebih bersih [4].
Dalam merawat payudara, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memijatnya [2].
Tidak masalah memijat payudara selama menyusui sebab melakukannya 1-2 menit sebelum menyusui justru akan memperlancar aliran ASI [2,5].
Pijatan yang biasanya dianjurkan adalah dengan gerakan melingkar dan bisa dilakukan satu per satu bergantian antara satu payudara ke payudara lainnya [2,5].
Mulai pijatan di bagian atas areola lalu ke puting dengan mengusapnya agar ASI keluar lebih banyak, lanjutkan dengan gerakan memutar yang sama dari dada ke puting payudara [2,5].
Selain memperlancar ASI, pijatan pada payudara akan mencegah sekaligus meminimalisir rasa nyeri selama menyusui [2,5].
Breast pad atau bantalan pada bra yang berfungsi sebagai penyerap air ini biasanya mampu mencegah rembesan ASI [1,3].
Karena ASI akan lebih sering merembes, maka sebaiknya sering-seringlah mengganti breast pad sebelum terlalu basah [1,3].
Bahkan kelembapannya akan terasa kurang nyaman dan bila dibiarkan justru mampu meningkatkan risiko pada pertumbuhan kuman atau bakteri pada payudara karena tingkat kelembapannya yang tinggi [1,3].
Ganti breast pad sesering mungkin dengan yang bersih dan kering supaya tidak terjadi mastitis dan nyeri pada puting payudara [1].
Mastitis sendiri adalah radang yang menyerang jaringan payudara; walaupun ibu menyusui rentan mengalaminya, hal ini dapat diminimalisir dengan penggunaan breast pad yang benar dan kering [1,2].
Terdapat bra khusus bagi para ibu menyusui yang lebih aman dan nyaman bagi payudara [1,2,3].
Pastikan untuk memilih mengenakan bra yang benar-benar nyaman, baik itu bra biasa atau bra khusus untuk menyusui [1,2,3].
Bra yang terlalu ketat dapat memicu ketidaknyamanan sekaligus rasa nyeri, begitu pula dengan bahan bra yang tak membiarkan kulit bernafas [1,2,3].
Bra dari bahan katun akan jauh lebih baik dan bahkan paling direkomendasikan agar selama menyusui payudara tetap terawat maksimal.
Setiap sehabis menyusui, para ibu dapat mencoba merendam puting payudara ke dalam larutan saline secara rutin [2].
Larutan saline adalah cairan nonpirogenik atau cairan steril tanpa kandungan gula dan cenderung berwarna bening tanpa rasa dan tak berbau [2].
Cairan ini aman bagi payudara wanita saat menyusui karena sama sekali tak berkandungan sifat antimikroba juga [2].
Siapkan semangkok kecil cairan saline dan rendam puting payudara ke dalam larutan kurang lebih 1 menit [2].
Larutan saline normal ini memiliki dua bahan aktif, yakni klorida dan natrium sehingga sangat baik sebagai pengganti elektrolit dan cairan tubuh [2].
Cairan ini biasanya dikonsumsi oleh para penderita dehidrasi, diare dan demam [6].
Jika saat menyusui puting payudara cenderung kering dan bahkan perih karena terjadi pecah-pecah, segera gunakan salep antibiotik [1,2].
Tentu penggunaan salep ini perlu lebih dulu dikonsultasikan dengan dokter agar tidak berbahaya bagi bayi yang menyusu [1,2].
Salep ini hanya perlu dioles secara rutin ke bagian payudara yang terluka atau mengalami kulit pecah-pecah setiap sehabis menyusui [1,2].
Pemulihan pada puting payudara biasanya terjadi lebih cepat berkat penggunaan salep antibiotik [1,2].
Puting payudara terasa sakit adalah hal yang wajar dan kondisi ini begitu normal bagi para ibu menyusui [1,2].
Meski wajar, kondisi ini begitu tak menyenangkan dan oleh sebab itu para ibu menyusui dapat menggunakan krim khusus yang aman untuk dioles ke area puting payudara dan sekitar areola untuk meredakan rasa sakitnya [1,2].
Setelah mengoleskan krim pelembap atau pereda nyeri, tunggu kering dengan sendirinya terpapar angin [1,2].
Namun, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai krim, obat semprot, atau losion apapun sebelum menggunakannya [1,2].
Dengan mengonsultasikan dengan dokter, para ibu dapat menghindari produk yang bisa membahayakan si kecil saat menyusui.
Sebab pada beberapa produk terdapat kandungan yang berpotensi menyumbat saluran ASI atau bahkan memicu iritasi pada kulit payudara [1,2].
Dokter pada umumnya pun dapat merekomendasikan bantalan hidrogel atau lanolin murni sebagai penenang payudara sehingga ibu menyusui tak perlu lagi takut terhadap rasa sakitnya [1,7,8].
Daun kol atau kubis dapat digunakan sebagai bahan perawatan payudara selama ibu menyusui [9].
Jika payudara terasa keras dan penuh diikuti dengan pembengkakan, kompres dingin menggunakan daun kol dingin [9].
Kompres dingin ini mampu mengurangi rasa nyeri sekaligus meminimalisir gejala-gejala peradangan (termasuk bengkak yang terjadi) [9].
Para ibu menyusui dapat menghindari ketidaknyamanan dan rasa nyeri di payudara dengan memastikan si kecil menyusu dengan baik dan benar [1,2,3].
Selain itu, memberikan ASI 2-3 jam sekali juga dapat mengurangi rasa sakit yang dirasakan di bagian puting [1,2,3].
Menyusui dengan selisih waktu tersebut juga akan meminimalisir risiko mastitis, sumbatan saluran ASI dan pembengkakan payudara [1,2,3].
Agar payudara terhindar dari rasa sakit dan ketidaknyamanan yang lain, setiap selesai menyusu, jangan menarik si kecil begitu saja [1,2,3].
Hati-hati dan lakukan perlahan dalam melepaskan atau menarik mulut bayi dari puting payudara [1,2,3].
Jari ibu bisa diletakkan pada tepi mulut si kecil untuk melepaskan mulut bayi dari puting; dengan begitu, payudara tidak akan terasa terlalu sakit nantinya [1,2,3].
Untuk meminimalisir risiko luka pada payudara dan area sekitarnya selama menyusui, gunakan pompa ASI yang tidak terlalu besar maupun terlalu kecil [1,3].
Proses pemompaan ASI akan lebih efektif dan jauh lebih aman ketika disesuaikan dengan ukuran payudara dan puting [1,3].
Selain itu, sebelum menggunakan pompa ASI, selalu cuci tangan sampai bersih lebih dulu, begitu pula dengan alat pompa ASI yang digunakan dalam kondisi bersih [1].
Dengan demikian, ibu menyusui dapat mencegah risiko infeksi [1].
Jika beberapa cara merawat payudara saat menyusui tersebut tidak cukup efektif, maka sebaiknya konsultasikan dengan dokter mengenai masalah yang sedang dihadapi [1,2,3].
Seringkali masalah lain yang dihadapi oleh ibu menyusui adalah ASI yang tetap terproduksi sewaktu busui memutuskan tak lagi menyusui atau sedang tidak menyusui [1].
Cukup sulit untuk menghentikan produksi ASI, sebab hal ini membutuhkan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan [1].
Apabila hal ini menjadi masalah dan cukup tak nyaman bagi payudara, segera datang temui dokter untuk [1] :
Merawat payudara dengan benar selama menyusui bermanfaat menurunkan risiko masalah-masalah yang kerap dihadapi ketika menyusui.
Selain itu, para ibu juga akan tetap nyaman serta sehat dengan penerapan perawatan tersebut.
Namun jika cara-cara mandiri dirasa cukup sulit atau tak efektif, jangan ragu untuk berkonsultasi langsung dengan dokter atau konsultan laktasi [1].
Bahkan ada baiknya jika para ibu menyusui bergabung dalam komunitas sesama ibu menyusui lainnya untuk berbagai pengalaman dan solusi mengenai masalah menyusui yang dihadapi.
1. Donna Murray, RN, BSN & Meredith Shur, MD. Caring for Your Breasts When Breastfeeding. Verywell Family; 2021.
2. Anonim. 10 Tips For Nipple And Breast Care While Breastfeeding. The Breastfeeding Shop; 2016.
3. Anonim. 8 Breast Care Tips That All Breastfeeding Mothers Should Know. Byram Healthcare; 2021.
4. Sébastien Doucet, Robert Soussignan, Paul Sagot, & Benoist Schaal. The Secretion of Areolar (Montgomery's) Glands from Lactating Women Elicits Selective, Unconditional Responses in Neonates. PLoS One; 2009.
5. Anonim. How to do breast massage for milk production. Baby Center; 2021.
6. Mohammed A El-Bayoumi, Alaa M Abdelkader, Mohamed M A El-Assmy, Angi A Alwakeel, & Hanem M El-Tahan. Normal saline is a safe initial rehydration fluid in children with diarrhea-related hypernatremia. European Journal of Pediatrics; 2012.
7. Anonim. Lanolin. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Victoria Dodd & Catherine Chalmers. Comparing the use of hydrogel dressings to lanolin ointment with lactating mothers. Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing; 2003.
9. A-Reum Lim, Ji-Ah Song, Myung-Haeng Hur, Mi-Kyoung Lee, & Myeong Soo Lee. Cabbage compression early breast care on breast engorgement in primiparous women after cesarean birth: a controlled clinical trial. International Journal of Clinical and Experimental Medicine; 2015.
10. National Cancer Institute. areola. National Cancer Institute; 2021.