Daftar isi
Chancroid merupakan infeksi menular seksual yang menyebabkan luka terbuka yang menimbulkan rasa sakit berkembang pada alat genital. Chancroid juga sering kali menyebabkan nodus limfa pada selangkangan membengkak dan sakit[1].
Chancroid merupakan kondisi yang sangat langka secara global. Di Amerika Serikat hanya terdapat tujuh kasus dalam enam negara yang dilaporkan ke Center for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 2016[2].
Chancroid pernah terjadi sangat umum pada berbagai belahan dunia, namun usaha bersama dalam meningkatkan kesadaran sosial dan perubahan yang mengikutinya dalam praktek seksual, bersamaan dengan peningkatan diagnosis dan opsi pengobatan, chancroid sebagai penyakit endemik telah diberantas di negara-negara industri [3, 4].
Pada tahun 2000, proporsi chancroid di antara penyakit ulseratif genital menurun dari 69% hingga 15%. Saat ini secara global insidensi telah menurun, tapi penyakit ini masih dapat ditemukan di beberapa daerah di Afrika dan Karibia[3, 5, 6].
Chancroid, seperti halnya herpes genital dan sifilis, merupakan faktor risiko dari penularan infeksi HIV.
Laporan dari World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa adanya penyakit menular seksual ulseratif meningkatkan risiko penularan HIV hingga 10%-50% pada wanita dan 50%-300% pada pria[3, 5].
Chancroid lebih banyak mempengaruhi individu berusia lebih muda yang aktif secara seksual pada usia antara 21 hingga 30 tahun.
Dilaporkan bahwa terdapat carrier asimptomatik (pembawa patogen tanpa mengalami gejala)di antara wanita. Carrier berpotensi menyebabkan penularan penyakit secara tidak diduga[2].
Chancroid disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyi. Haemophilus ducreyi adalah bakteri gram negatif, jenis bacillus, bersifat anaerob fakultatif yang sangat tidak efektif. Bakteri ini patogen pada manusia saja, tanpa memiliki inang perantara di lingkungan atau hewan[3, 6].
Chancroid ditularkan melalui dua cara[5]:
H. ducreyi memasuki kulit melalui kerusakan pada lapisan mukosa dan mikroabrasi pada kulit. Bakteri ini menghasilkan toksin penggelembung sitosidal yang menyebabkan siklus sel tertahan dan apoptosis/nekrosis pada sel-sel manusia dan memperparah perlukaan[3].
Selain itu, proses fagositosis oleh makrofag juga terganggu. Mekanisme virulensi lain meliputi protein LspA yang memiliki fungsi antifagositik, map DsrA yang memfasilitasi penempelan, dan suatu transporter influks yang melindungi H ducreyi dari pemusnahan oleh zat antimikroba[3].
Periode inkubasi biasanya 4-10 hari setelah mengalami perlukaan minor atau mikro abrasi selama berhubungan seksual.
Tempat infeksi umum pada pria ialah pada corona, prepuce, atau kelenjar pada penis. Pada wanita, tempat infeksi umum meliputi labia, introitus, dan bagian perianal.
Biasanya pada tempat penularan, berkembang papula eritematosa yang dengan cepat akan menjadi pustule (bintil) dan kemudian berkembang menjadi bisul yang menyakitkan dengan tepi tidak beraturan.
Faktor risiko utama tertular chancroid ialah melalui kontak dengan luka terbuka dari seseorang yang terkena chancroid[1].
Faktor risiko lainnya meliputi[1, 6]:
Gejala umumnya muncul antara 3-10 hari setelah terkena infeksi. Beberapa orang tidak mengalami gejala yang terlihat. Gejala paling umum ialah benjolan berwarna merah dan terasa sakit pada daerah genital yang membisul sebagai luka terbuka[1].
Luka dapat terbentuk pada berbagai bagian genital, termasuk penis dan skrotum. Biasanya, luka chancroid pada pria lebih menyakitkan[6].
Pada wanita, chancroid dapat menimbulkan empat atau lebih benjolan merah, di antara labia dan anus, atau pada paha. Labia merupakan lipatan kulit yang menutupi genital wanita[6].
Berikut ciri-ciri luka akibat chancroid[6]:
Beberapa gejala lain akibat chancroid meliputi[1, 6]:
Untuk mendiagnosis chancroid, dokter akan menanyakan mengenai gejala yang dialami pasien, riwayat hubungan seksual, dan perjalanan yang dilakukan.
Diagnosis chancroid memerlukan pengambilan sampel cairan yang diambil dari luka. Sampel kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis[1, 6].
Diagnosis melalui pengujian darah saat ini belum dapat dilakukan. Selain pengambilan sampel, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan pada nodus limfa di selangkangan untuk melihat adanya pembengkakan[6].
Chancroid termasuk sulit untuk didiagnosis karena dari presentasi klinis menyerupai infeksi sifilis dan herpes genital.
Pengkulturan H. ducreyi juga hanya bisa dilakukan pada beberapa laboratorium tertentu karena media kultur selektif spesifik untuk bakteri tersebut tidak tersedia secara komersial. Analisis dengan media kultur spesifik memiliki sensitivitas <80%[4, 7].
Menurut CDC, diagnosis chancroid dapat dibuat jika memenuhi kriteria berikut[7]:
Penanganan chancroid meliputi pengobatan infeksi, meredakan gejala klinis, dan pencegahan penularan pada orang lain. Untuk mengatasi infeksi, dokter biasanya meresepkan antibiotik[7].
CDC menganjurkan salah satu antibiotik berikut untuk mengatasi chancroid[7]:
Konsumsi atau penggunaan obat harus dilakukan sesuai resep dokter, meski pasien sudah merasa lebih baik sebelum interval pengobatan yang diresepkan berakhir. [1,6]
Infeksi yang tidak tertangani atau kronis lebih sulit untuk diobati karena bakteri dapat menyebar ke bagian lain tubuh[1, 6].
Gejala chancroid umumnya membaik dalam satu hingga dua minggu setelah inisiasi pengobatan antibiotik, meskipun respon dari limfadenitis regional yang berhubungan dapat terjadi lebih pelan. Limfadenitis fluktuatif dapat memerlukan aspirasi jarum atau insisi dan drainase untuk membantu pemulihan[2].
Dokter akan memeriksa gejala chancroid 3 sampai 7 hari setelah meresepkan obat antibiotik. Jika perawatan bekerja, luka biasanya membaik dalam 3-7 hari setelah pengobatan diberikan[1, 7].
Jika gejala belum membaik, dokter dapat melakukan langkah berikut[7]:
Waktu pemulihan dari chancroid umumnya bergantung pada tingkat beratnya infeksi dan ukuran dari luka. Luka besar akibat chancroid dapat memerlukan lebih dari 2 minggu untuk sembuh sepenuhnya[1].
Pasien pria yang tidak di-sirkumsisi (khitan) dan pasien dengan infeksi HIV tidak merespon perawatan sebaik pasien yang di-sirkumsisi atau negatif HIV.
Pasien dianjurkan melakukan tes untuk infeksi HIV pada waktu chancroid didiagnosis. Jika tes awal menunjukkan hasil negatif, sebaiknya dilakukan tes serologis untuk infeksi sifilis dan HIV 3 bulan setelah diagnosis chancroid[7].
Pasangan dari pasien yang didignosis chancroid, baik mengalami gejala ataupun tidak, sebaiknya diperiksa dan mendapat penanganan jika mereka melakukan kontak seksual dengan pasien selama 10 hari sebelum onset gejala chancroid pasien[7].
Cara mencegah chancroid meliputi menghindari kontak seksual, atau dengan menggunakan kondom atau pelindung lainnya saat berhubungan[6].
Berikut beberapa langkah pencegahan chancroid[1, 6]:
1. Jennifer Huizen, reviewed by Holly Ernst, PA. How Do You Treat Chancroid? Medical News Today; 2018.
2. Irizarry L, Velasquez J, Wray AA. Chancroid. [Updated 2020 Dec 14]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
3. Joseph Adrian L Buensalido, MD. Chancroid. MedScape; 2019.
4. Pierre J. Plourde, MD, FRCPC and Allan Ronald, OC, MD, FRCPC. Haemophilus ducreyi (Chancroid). Antimicrobe; 2020.
5. Anonim. Chancroid. Illinois Department of Public Health; 2021.
6. Brindles Lee Macon, reviewed by Jill Seladi-Schulman, Ph.D. Chancroid. Healthline; 2020.
7. Anonim. 2015 Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines: Chancroid. Centers for Disease Control and Prevention; 2015.