Nikotin adalah senyawa kimia dengan kandungan nitrogen yang biasa ditemukan pada rokok dan produk-produk tembakau. Senyawa ini tergolong berbahaya karena termasuk zat adiktif yang membuat seseorang mengalami ketergantungan.
Selain itu, nikotin dapat menyebabkan seseorang mengalami keracunan apabila dikonsumsi secara berlebihan, terutama nikotin cair dan produk tembakau tanpa asap. Efek yang ditimbulkan dapat memengaruhi kinerja jantung, sistem saraf pusat, dan organ-organ tubuh lainnya [1,2].
Kasus keracunan nikotin lebih banyak dijumpai pada anak-anak daripada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena anak-anak memiliki organ tubuh yang lebih kecil sehingga tidak mampu menangani paparan nikotin dalam jumlah besar.
Pada orang dewasa, mengonsumsi nikotin dengan kadar 40-60 miligram dapat berakibat fatal, sedangkan pada anak-anak, keracunan dapat terjadi setelah mengonsumsi 1 mg nikotin per kilogram berat badan. [1].
Anak dapat mengalami keracunan nikotin melalui berbagai cara, yaitu ketika nikotin tertelan, terhirup, atau terkena bagian kulit dan mata. Ketika anak mengalami keracunan, ada beberapa ciri yang dapat dikenali dan terjadi kurang lebih 15 menit hingga 1 jam pertama setelah anak terpapar nikotin.
Adapun ciri-ciri keracunan nikotin pada anak adalah sebagai berikut [1]:
Mual disertai muntah-muntah merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang dialami oleh anak yang keracunan nikotin. Hal itu terjadi akibat respon tubuh si anak untuk mengeluarkan benda asing yang dianggap dapat membahayakan tubuh.
Ketika anak menelan atau menghisap produk rokok dalam jumlah banyak, tentu mengakibatkan penumpukan nikotin dalam tubuh dan berisiko menyebabkan keracunan. Selain itu, efek lain yang dirasakan anak ketika mengalami keracunan nikotin, antara lain nyeri pada perut, kehilangan nafsu makan, dan diare.
Pada organ pencernaan lainnya, anak dapat mengalami masalah seperti adanya rasa panas pada rongga mulut dan kerongkongan serta produksi air liur yang meningkat [1,2].
Keracunan nikotin pada anak dapat menyebabkan gangguan neurologi (sistem saraf). Anak dapat mengalami pusing, rasa kantuk yang berlebihan, kejang, bahkan hilang kesadaran.
Selain itu, anak dapat mengalami tremor ekstremitas apabila racun dalam nikotin yang masuk ke dalam tubuh sangat tinggi. Pada kasus lain, sistem saraf, tepatnya pada neuron yang berhubungan langsung dengan telinga bagian dalam mengalami penurunan fungsi sehingga anak dapat mengalami gangguan pendengaran [2].
Gangguan kardiovaskular atau sistem peredaran darah menjadi ciri-ciri keracunan nikotin pada anak. Ketika anak terpapar nikotin dalam jumlah yang berlebihan, hal itu menyebabkan perubahan pada denyut jantung dan tekanan darah.
Kondisi denyut jantung yang terlalu cepat (takikardia) menyebabkan aliran darah yang masuk ke jantung berkurang sehingga jantung tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Selain itu, tekanan darah pada anak juga dapat meningkat kemudian menurun drastis di bawah batas normal [1,2].
Ketika anak menghirup asap rokok secara berlebihan, hal ini berisiko menyebabkan anak mengalami keracunan nikotin yang mengarah pada gangguan pada sistem respirasi (pernapasan). Dalam gejala ringan, anak hanya mengalami batuk atau tersedak yang berisiko pada infeksi paru-paru.
Pada gejala sedang, batang tenggorokan (trakea) dan laring mengalami iritasi sehingga suara menjadi serak. Sedangkan, pada gejala berat, anak mengalami sesak napas akibat fungsi paru-paru mulai berkurang, penyempitan saluran paru-paru, dan adanya lendir berlebih pada saluran paru-paru.
Selain itu, frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat bahkan berhenti secara mendadak [2].
Selain menyerang kesehatan organ tubuh, keracunan nikotin juga menyebabkan gangguan pada otak yang menyangkut psikologis si anak. Ketika anak terpapar nikotin secara berlebihan, hal itu mengakibatkan anak mengalami perubahan tingkat kesadaran dan suasana hati serta perilaku.
Anak akan mengalami rasa cemas, depresi, gelisah, mudah tersinggung, kebingungan, dan emosi yang labil. Selain ciri-ciri di atas, terdapat beberapa ciri lain yang dapat ditemui, yaitu dehidrasi, kelelahan, dan kulit pucat.
Anak-anak yang tinggal di sekitar ladang tembakau dan memiliki orang tua yang merokok cenderung berisiko lebih tinggi mengalami keracunan nikotin [2].
Nikotin merupakan salah satu zat yang paling beracun dari semua zat lain yang terkandung dalam rokok maupun produk tembakau lainnya. Anak- anak cenderung rentan mengalami keracunan nikotin jika terpapar secara berlebihan.
Apabila gejala yang dialami anak terus berlanjut dan semakin parah setelah terpapar nikotin, sebaiknya segera hubungi dokter atau kunjungi rumah sakit terdekat. Penanganan dan pengobatan yang dilakukan tergantung pada banyaknya nikotin yang masuk dalam tubuh anak serta gejala yang dialami.
Ketika anak mengalami gejala sesak napas, dokter akan memberikan ventilator untuk menyalurkan oksigen pada tubuh anak. Penanganan lain seperti pemberian obat-obatan biasanya digunakan untuk anak yang memiliki gejala kejang, denyut jantung melemah, dan tekanan darah rendah.
Sementara itu, konsultasikan dengan dokter mengenai penanganan yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah agar kondisi anak semakin membaik. Contoh penanganan yang dapat dilakukan yaitu menjauhkan anak dari paparan rokok dan produk tembakau lainnya, memperbanyak konsumsi air putih, makan makanan yang bergizi seimbang, serta istirahat yang cukup [3].
1. Aseem Mishra, Pankaj Chaturvedi, Sourav Datta, Snita Sinukumar, Poonam Joshi, & Apurva Garg. Harmful effects of nicotine. 36(1): 24–31. Indian Journal of Medical and Paediatric Oncology; 2015.
2. Baoguang Wang, MD, DrPH, Epidemiologist & Brian Rostron, PhD, Epidemiologist. Tobacco-related Poison Events Involving Young Children in the US, 2001–2016. 3(4): 525–535. Tobacco Regulatory Science; 2017.
3. Robert A. Bassett, Kevin Osterhoudt & Tecla Brabazon. Nicotine Poisoning in an Infant. 370:2249-2250. The New England Journal of Medicine; 2014.