Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Nikotin adalah salah satu zat aktif yang terkadung di dalam rokok, dan zat inilah yang membuat seseorang selalu ingin merokok. Keracunan nikotin adalah suatu hal yang terjadi jika seseorang terlalu banyak... memiliki nikotin di dalam tubuhnya. Hal ini dapat menyebabkan overdosis dan menimbulkan efek jangka panjang. Gejala keracunan nikotin biasanya terjadi selama satu sampai dua jam pada kasus ringan, dan dapat berlangsung sampai 24 jam pada kasus yang berat. Gejala dapat meliputi rasa mual dan muntah, nyeri perut, napas yang terasa berat, pucat, sakit kepala, pusing, gangguan keseimbangan, atau bingung. Curigai adanya keracunan nikotin jika seseorang, terutama anak-anak, menelan produk nikotin atau rokok, adanya nikotin cair yang masuk ke mata, atau menumpahkan nikotin cair ke kulit. Segera cari pertolongan ke fasyankes terdekat, dan jangan mencoba memberikan obat atau air kepada pasien. Jaga produk-produk nikotin Anda di tempat yang aman, jauh dari jangkauan anak atau binatang peliharaan. Read more
Nikotin adalah racun yang sangat kuat dan cepat diserap melalui selaput lendir orofaringeal, kulit, alveoli, dan mukosa saluran cerna. Nikotin merupakan salah satu senyawa yang paling banyak disalahgunakan di zaman modern, tetapi kasus overdosis yang serius atau fatal dari nikotin jarang terjadi. [5]
Daftar isi
Apa itu Keracunan Nikotin?
Keracunan nikotin adalah kondisi tubuh yang memiliki kandungan nikotin terlalu banyak di dalam plasma darahnya akibat paparan yang terlalu besar terhadap nikotin dengan cara menghirup, menelan, atau terpapar melalui kulit. [5]
Jumlah perokok dan konsumsi rokok selalu mengalami peningkatan di seluruh dunia. Rokok konvensional maupun rokok elektrik merupakan penyebab paling umum nikotin dapat masuk ke sistem organ tubuh yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan hingga kematian. [2]
Fakta Keracunan Nikotin
Berikut ini adalah fakta-fakta terkait dengan keracuna nikotin: [1, 2, 5]
- Prevalensi kasus keracunan nikotin di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi pengonsumsi rokok dari negara berkembang seperti Indonesia sekitar 50% laki-laki dan 9% perempuan. Usia konsumen rokok juga mengalami penurunan, banyak dijumpai kasus anak-anak sekolah dasar (SD) yang kecanduan merokok dan tidak dapat berhenti.
- Keracunan nikotin meningkat 300% akibat penggunaan rokok elektrik di Amerika Serikat. Pada 2014, ada 651 kasus yang dilaporkan, dan lebih dari setengah diantaranya adalah anak-anak dibawah usia 6 tahun.
- Kematian akibat keracunan nikotin dilaporkan dari salad yang mengandung tembakau liar, enema air tembakau untuk mengatasi parasite usus, dan paparan kulit terhadap larutan nikotin.
Bagaimana Penyakit ini Menggerogoti Tubuh?
Pajanan nikotin secara inhalasi akan lebih mudah diserap dalam sistem sirkulasi tubuh dibanding nikotin secara oral maupun injeksi intraperitoneal. [6]
Nikotin aerosol yang dihirup (pada rokok konvensional maupun rokok elektrik) akan cepat masuk ke sirkulasi paru-paru dan jantung, lalu masuk ke sirkulasi coroner, sistemik, dan otak. [6]
Nikotin aerosol memiliki ketersediaan dan konsentrasi pada plasma yang lebih tinggi. Nikotin bekerja pada nikotinik reseptor asetilkolin (nAChRs) dalam sistem saraf dan system organ lainnya, menghasilkan berbagai efek kesehatan. [6]
Nikotinik reseptor asetilkolin (nAChR) diekspresikan secara besar-besaran di amigdala, area yang terlibat dalam pembentukan kejang dan epileptogenesis. Nikotin mengaktifkan neuron amigdala, terutama melalui a7 nAChR pada tikus. [6]
Aktivasi nAChR oleh nikotin merangsang pelepasan glutamate yang dimediasi melalui kaskade kalsium-kalmodulin. Glutamat mengaktifkan reseptor NMDA yang menyebabkan kejang. [6]
Kecepatan peningkatan konsentrasi nikotin dalam plasma sangat berpengaruh pada fungsi sistemik seperti sirkulasi, respirasi, hemodinamik, dan juga kejang. [6]
Penyebab Keracunan Nikotin
Pengunaan rokok konvensional dan rokok elektrik (e-cigarette) yang pada liquid/cairan untuk mengisinya mengandung nikotin sulfat yang merupakan neurotoksin kuat (merusak sel saraf) yang bisa diserap melalui kulit atau ditelan. [1]
Median dosis mematikan untuk nikotin adalah 0,5-1 mg/kg berat badan pada orang dewasa. Penelitian pada tikus menunjukkan dosis letal rata-rata penggunaan nikotin adalah 70 mg/kg berat badan (oral) dan 23,5 mg/kg berat badan (injeksi peritoneal/ injeksi pada perut). [6]
Gejala Keracunan Nikotin
Berikut ini gejala keracunan nikotin dimulai dari yang ringan hingga parah: [5, 6]
1. Keracunan Ringan-Sedang
Pasien dengan keadaan toksik ringan-sedang mungkin akan datang dengan kondisi kelebihan kolinergik/asetilkolin dan ditunjukkan dengan gejala:
- Fasikulasi otot/kedutan.
- Penyempitan pupil mata.
- Produksi air liur berlebih.
- Produksi air mata berlebih.
- Buang air kecil.
- Buang air besar.
- Berkeringat.
- Mual.
- Bronkospasme (penyempitan saluran napas)
- Peningkatan sekresi paru karena adanya stimulasi ganglionic parasimpatis di reseptor nikotinik.
2. Keracunan Nikotin Parah
Untuk konsumsi nikotin yang parah sering mengakibatkan perkembangan cepat menjadi hipotensi ataupun kematian akibat henti napas dan kolaps kardiovaskular.
- Kejang.
- Depresi pernapasan (hypopnea, dan apnea yang diselingi dengan nafas terengah-engah) setelah paparan inhalasi aerosol dosis tinggi.
- Kecemasan.
- Peningkatan sekresi bronkial.
- Peningkatan produksi air liur.
- Bradikardia.
- Hipotensi.
- Lesu.
- Henti jantung.
- Perubahan kecepatan dan pola pernapasan, saturasi oksigen, udara di darah pembuluh arteri, tekanan darah, dan elektrokardiogram.
Risiko Keracunan Nikotin
Nikotin yang dihirup mengganggu fungsi sistem kardiovaskular, dan variabel hemodinamik, termasuk fluktuasi tekanan darah yang tidak teraktur dan aliran darah organ, serta aritmia seperti bradikardia, blok sinoatrial, henti sinus, blok AV (atrioventricular) derajat dua dan tiga, ritme pelarian supraventricular. [6]
Bahaya aritmia jantung yang disebabkan oleh toksisitas nikotin akut bergantung pada jenis aritmianya dan menyebabkan gangguan hemodinamik yang signifikan atau tidak. [6]
Diagnosis Keracuna Nikotin
Secara umum, evaluasi diagnostik kejang terdiri dari riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan neurologis, pemeriksaan laboratorium seperti kadar nikotin dan/atau kotinin dalam darah, electroencephalography (EEG), dan CT scan, dan/atau Magnetic Resonance Imagine (MRI). [6]
Cara Mengobati Keracunan Nikotin
Terapi keracunan nikotin harus dilakukan secara dini dan agresif, yang bertujuan untuk mendukung fungsi pernapasan, melindungi jalan napas, dan mencegah kolaps kardiovaskular. Berikut ini beberapa cara mengobati keracunan nikotin: [3, 4, 5, 6]
- Bilas Lambung
Dalam pengobatan konsumsi nikotin, penggunaan emesis, gastric lavage/ bilas lambung, dan karbon aktif harus digunakan. Hal ini membantu tubuh untuk mengeluarkan racun karena mudah diserap tubuh dan menyebabkan muntah dengan menstimulasi zona pemicu kemoreseptor yang merespon bahan kimia. Penggunaan lavage dengan larutan kalium 1:5000 permanganat telah disarankan, tetapi manfaatnya masih dipertanyakan.
- Melindungi Jalan Napas
Penanganan ketika kejang terjadi, pasien harus ditempatkan pada posisi dekubitus lateral (posisi tubuh terlentang miring) untuk menghindari aspirasi/ masuknya benda asing ke saluran pernapasan.
- Penggunaan Obat-obatan
Efek kejang dan komplikasi dapat dicegah atau diblokir dengan antagonis nAChR seperti mecamylamine. Mecamylamine adalah obat yang memiliki mekanisme kerja memblok ganglion (bagian saraf untuk meneruskan rangsangan ke bagian saraf berikutnya), menghambat asetilkolin pada ganglion autonomic sehingga tekanan darah dapat menurun.
Selain penghapusan dini nikotin dan tindakan suportif, obat antiepilepsi harus dipertimbangkan jika kejang terus berlanjut atau kambuh.
- Pengobatan Komplikasi Kardiovaskular
Untuk pengobatan gelaja pernapasan dan kardiovaskular, perlu dipersiapkan bantuan pernapasan yang agresif. Selain itu, Atropin harus diberikan untuk bradikardia atau dispnea karena sekresi paru. Atropin merupakan agen antispasmodic.
Membantu mengurangi kejang otot dengan menghambat kerja asetilkolin pada saraf parasimpatis di otot polos, system saraf pusat, dan kelenjar sekretori, tetapi pemakaiannya harus diawasi karena dapat menyebabkan efek berlawanan yaitu aritmia. Jika hipotensi dan aritmia berlanjut, vasopressor dan obat antiartimia harus dipertimbangkan.
Cara Mencegah Keracunan Nikotin
Dengan meningkatnya penggunakan rokok elektrik dan rokok konvensional, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda, saatnya professional medis untuk mendidik masyarakat bahwa bukan hanya rokok konvensional yang berbahaya, tetapi juga rokok elektrik karena keduanya sama-sama mengandung nikotin yang dapat mengancam kesehatan.