Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Mandi bertujuan untuk membersihkan kulit kita dari kuman dan iritan lain yang dapat merusak kulit. Selain itu mandi juga memiliki efek yang baik secara psikologis; mandi di pagi hari dapat menyegarkan
Mandi dapat menjadi sesuatu yang membuat nyaman karena bau badan kita kembali fresh setelah seharian diterpa debu.
Akan tetapi, mandi, dapat juga mengganggu mikrobioma yang terdapat di kulit, seperti ekosistem halus bakteri, jamur, tungau, dan virus yang hidup di dalam organ kulit yang dianggap sebagai freeloader jinak (mikroba-mikroba tersebut memakan keringat dan minyak tubuh manusia tanpa mempengaruhi kesehatan). [1]
Manusia setelah mengenal kosmetik dan bau-bau aroma yang enak serta nyaman, semakin peduli terhadap kebersihan diri sendiri. Alasannya, selain untuk kebersihan diri sendiri, juga penting untuk membuat orang lain nyaman di dekat kita dengan bau yang harum.
Berikut ini beberapa dampak atau efek samping karena jarang mandi: [2,3]
Daftar isi
Bau badan memang tidak terlalu berdampak karena jarang mandi. Alasannya, bau badan disebabkan oleh hormon, lalu lintas kelenjar minyak yang bermasalah, dan lainnya. Akan tetapi, bau badan tersebut akan semakin meningkat seiring dengan jarangnya untuk mandi.
Semakin lama tidak mandi, maka bau badan tidak bisa dihindari terutama di bagian ketiak dan selangkangan. Hal ini tentu membuat tidak nyaman apalagi bersama dengan rekan sejawat.
Tentu saja, risiko bau badan bukanlah satu-satunya alasan untuk mandi atau mandi secara teratur. Kebersihan yang buruk atau jarang mandi dapat menyebabkan penumpukan sel kulit mati, kotoran, dan keringat pada kulit Anda. Ini dapat memicu jerawat, dan mungkin memperburuk kondisi seperti psoriasis, dermatitis, dan eksim.
Jerawat memang menjadi momok yang menjadi alasan utama bagi sebagian penganut mandi dua kali sehari. Kelenjar minyak yang bermasalah, ditambah dengan lingkungan yang berdebu akan menjadi sasaran empuk jerawat pada kulit, apalagi malas untuk mandi.
Perubahan warna kulit memang bisa terjadi karena beberapa faktor baik secara buatan maupun alamiah. Secara buatan, mungkin sudah sering diketahui dari informasi yang beredar di media massa dan media sosial.
Sedangkan perubahan kulit secara alami, memang akan terasa lama atau bahkan janggal untuk dikatakan bahwa terjadi perubahan warna kulit (khusus untuk yang usia lanjut lebih umum dikatakan kulit yang menua daripada terjadi perubahan warna kulit).
Dalam hal jarang mandi, perubahan warna kulit tersebut dapat terjadi secara menyeluruh (pigmen kulit juga berubah) atau secara kasat mata. Yang biasanya terjadi adalah secara kasat mata.
Tampilan warna kulit yang berbeda dari normalnya terutama di bagian leher belakang, dapat disebabkan karena terjadi penumpukan sel kulit mati, kelenjar minyak yang bercampur dengan debu.
Penumpukan tersebut dalam jangka waktu yang lama dan tidak dibersihkan dapat memicu perubahan warna kulit.
Beberapa kasus yang ekstrim dan pernah ditangani medis dengan alasan tidak pernah mandi dalam jangka waktu yang lama (ada yang 1-5 tahun), menyebabkan kondisi dermatitis neglecta dan kulit bercak serta bersisik.
Dalam hal ini, sel kulit mati yang seharusnya terbuang, malah berkumpul dan lama kelamaan, menyatu kembali dengan kulit yang masih adaptif sehingga menyebabkan bentuk yang tidak teratur.
Kulit kering karena tertutupnya pori-pori kulit yang disebabkan penumpukan kelenjar minyak, debu ataupun keringat badan yang sudah lama.
Proses penguapan yang terjadi pada kulit menjadi terhambat dan menyebabkan kulit akan mengering karena minyak badan yang seharusnya merembes dari pori-pori juga terhalang.
Kulit yang kering dan pecah-pecah memungkinkan bakteri menembus penghalang yang seharusnya disediakan oleh kulit, sehingga memungkinkan terjadinya infeksi kulit dan reaksi alergi.
Kasus ini biasanya terjadi karena keinginan untuk mempercepat menghilangkan mikroorganisme penyebab bau badan tidak sedap. Penggunaan bahan-bahan kimia yang awalnya bertujuan untuk membersihkan bakteri, dapat menjadi bumerang di kemudian hari.
Hal tersebut dikarenakan akan menyebabkan bakteri normal yang awalnya dapat dihilangkan dengan sabun antibakteri, lama-kelamaan akan mendorong munculnya organisme yang lebih keras dan kurang ramah yang lebih resisten terhadap antibiotik.
Diantara efek samping atau dampak dari jarang mandi di atas, dampak ini merupakan yang paling menguntungkan. Hal ini dikarenakan, sudah menjadi saran medis untuk beberapa kasus kesehatan. Tentunya, bukan berarti tidak mandi dalam jangka waktu yang lama.
Sistem kekebalan atau imunitas manusia akan selalu membutuhkan sejumlah rangsangan dari mikroba, baik mikroba normal, kotoran, dan juga paparan lingkungan lainnya. Rangsangan tersebut berguna untuk menciptakan antibodi pelindung dan “memori kekebalan”.
Menurut dokter anak maupun dokter kulit, bahwa mandi yang terlalu sering sepanjang hidup dapat mengurangi kemampuan sistem kekebalan untuk melakukan tugasnya.
Berikut ini beberapa tips mungkin dapat dilakukan supaya tidak malas mandi: [3]
1. Emily Vaughn. In The Era Of Hygiene, 'Clean' Author Makes The Case For Showering Less. Npr; 2020.
2. Robert H. Shmerling, MD. Showering daily — is it necessary?. Harvard University ; 2019.
3. Carissa Stephens, R.N., CCRN, CPN, Valencia Higuera. How Often Should You Shower?. Healthline; 2019.